Pesan Rahbar

Home » » Shahih: Muawiyah Menjual Berhala, Hadis Muawiyah Mati Tidak Dalam Agama Islam? , Syubhat Salafy Dalam Membela Muawiyah, Sahabat Nabi Yang Masuk Neraka, Kelompok Muawiyah Berada Di Jalan Yang Bathil

Shahih: Muawiyah Menjual Berhala, Hadis Muawiyah Mati Tidak Dalam Agama Islam? , Syubhat Salafy Dalam Membela Muawiyah, Sahabat Nabi Yang Masuk Neraka, Kelompok Muawiyah Berada Di Jalan Yang Bathil

Written By Unknown on Friday, 27 March 2015 | 08:59:00


Jika Imam Ali dikenal sebagai penghancur berhala maka Muawiyah dikenal sebagai penjual Berhala. Jika Imam Ali dikenal sebagai orang yang menghancurkan kesyirikan maka Muawiyah dikenal sebagai orang yang ikut andil menyebarkan kesyirikan. Diriwayatkan Ibnu Jarir Ath Thabari dengan sanad yang shahih bahwasanya Muawiyah telah menjual berhala.

ŁˆŲ­ŲÆŲ«Ł†Ų§ Ł…Ų­Ł…ŲÆ بن ŲØŲ“Ų§Ų± قال حدثنا Ų¹ŲØŲÆ الرحمن قال حدثنا Ų³ŁŁŠŲ§Ł† عن الأعمؓ عن أبي ŁˆŲ§Ų¦Ł„ قال ŁƒŁ†ŲŖ Ł…Ų¹ Ł…Ų³Ų±ŁˆŁ‚ بالسلسلة فمرت Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ Ų³ŁŁŠŁ†Ų© ŁŁŠŁ‡Ų§ أصنام ذهب وفضة ŲØŲ¹Ų« بها Ł…Ų¹Ų§ŁˆŁŠŲ© ؄لى الهند ŲŖŲØŲ§Ų¹ فقال Ł…Ų³Ų±ŁˆŁ‚ Ł„Łˆ أعلم أنهم ŁŠŁ‚ŲŖŁ„ŁˆŁ†ŁŠ لغرقتها ŁˆŁ„ŁƒŁ†ŁŠ أخؓى الفتنة

Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyaar yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman yang berkata telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Al A’masy dari Abi Wa’il yang berkata “aku bersama Masruq kemudian melintas kapal yang membawa berhala-berhala dari emas dan perak, Muawiyah mengirimnya ke India untuk dijual. Masruq berkata “seandainya aku tahu bahwa mereka akan membunuhku maka aku akan menenggelamkannya [kapal itu] tetapi aku khawatir munculnya fitnah” [Tahdzib Al Atsar Ibnu Jarir Ath Thabari no 1642].

Riwayat ini sanadnya shahih dan Abu Wa’il adalah Syaqiq bin Salamah mukhadhramun yang tsiqat perawi kutubus sittah.

1. Muhammad bin Basyaar bin ‘Utsman Al Bashriy dengan kuniyah Abu Bakar atau Bindaar adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Telah meriwayatkan darinya Abu Hatim, Abu Zur’ah, Baqi bin Makhlad dan Abdullah bin Ahmad dimana mereka dikenal hanya meriwayatkan dari perawi yang tsiqat. Al Ijli menyatakan ia tsiqat. Abu Hatim berkata “shaduq”. Nasa’i berkata “shalih tidak ada masalah padanya”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ibnu Khuzaimah menyebutnya imam. Daruquthni berkata “termasuk hafizh tsabit” [At Tahdzib juz 9 no 87]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 2/58].

2. Abdurrahman bin Mahdi bin Utsman Al Azdiy Al Bashriy adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ibnu Hajar menyebutnya hafizh imam alim. Ali bin Madini berkata “orang yang paling alim adalah ‘Abdurrahman bin Mahdi”. Abu Hatim menyatakan ia seorang imam yang tsiqat. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat banyak meriwayatkan hadis”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat dan menyatakan ia hafih mutqin dan wara’. [At Tahdzib juz 6 no 552]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat tsabit hafizh ‘arif dalam ilmu rijal dan ilmu hadis, Ali bin Madini berkata “aku belum pernah melihat orang yang lebih alim darinya” [At Taqrib 1/592].

3. Sufyan bin Sa’id bin Masruq Ats Tsauriy adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Telah meriwayatkan darinya Malik, Ibnu Mahdi dan Yahya bin Sa’id yang berarti mereka menganggapnya tsiqat. Ibnu Ma’in menyatakan tidak ada yang mendahului Sufyan pada zamannya dalam fiqh hadis dan zuhud. Abdullah bin Daud berkata “aku belum pernah melihat orang yang lebih faqih dari Sufyan”. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat ma’mun ahli ibadah yang tsabit”. Abu Hatim, Abu Zur’ah dan Ibnu Ma’in berkata “ia lebih hafizh dari Syu’bah” [At Tahdzib juz 4 no 199]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat hafizh faqih ahli ibadah imam hujjah termasuk pemimpin thabaqat ketujuh [At Taqrib 1/371].

4. Sulaiman bin Mihran Al ‘Amasy perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Al Ijli dan Nasa’i berkata “tsiqat tsabit”. Ibnu Ma’in berkata “tsiqat”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. [At Tahdzib juz 4 no 386]. Ibnu Hajar menyebutkannya sebagai mudallis martabat kedua yang ‘an anahnya dijadikan hujjah dalam kitab shahih [Thabaqat Al Mudallisin no 55]. Riwayat ‘an anahnya dari para syaikh-nya seperti Ibrahim, Abu Wail dan Abu Shalih dianggap muttashil [bersambung] seperti yang dikatakan Adz Dzahabi [Mizan Al Itidal 2/224 no 3517].

5. Abu Wa’il Al Kufiy adalah Syaqiq bin Salamah Mukhadhramun yang tsiqat perawi kutubus sittah. Ibnu Ma’in, Waki’, Ibnu Sa’ad dan Ibnu Hibban menyatakan ia tsiqat. [At Tahdzib juz 4 no 619]. Ibnu Hajar menyatakan “tsiqat” [At Taqrib 1/421].

6. Masruq bin Al Ajda’ adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat mukhadhramun. Al Ijli menyatakan ia tsiqat. Ibnu Sa’ad berkata “tsiqat memiliki hadis-hadis shalih”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 10 no 206]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat faqih ahli ibadah mukhadhramun” [At Taqrib 2/175].

Dapat disimpulkan bahwa atsar Ibnu Jarir Ath Thabari di atas sanadnya shahih dan para perawinya adalah perawi Bukhari dan Muslim. Matannya dengan jelas menyebutkan kalau Abu Wa’il dan Masyruq menyaksikan kapal yang membawa berhala-berhala yang akan dijual oleh Muawiyah ke India. Keduanya adalah mukhadhramun yang tsiqat maka sudah pasti menemui masa Muawiyah jadi kesaksian mereka bisa dijadikan hujjah. Mungkin perilaku Muawiyah ini akan menjadi suri tauladan bagi para salafiyun karena dalam pandangan mereka, Muawiyah adalah sahabat yang diberi petunjuk oleh Allah SWT dan sekaligus sebagai pemberi petunjuk.
_______________________________________


Pandangan Imam ‘Aliy bin Abi Thalib Terhadap Perangnya Dengan Muawiyah

Tidak diragukan kalau Imam Ali benar dalam tindakannya memerangi Muawiyah. Sebagaimana yang telah dengan jelas disebutkan oleh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] bahwa Muawiyah dan pengikutnya adalah kelompok pemberontak [baaghiyyah]. Hanya saja beberapa orang dari pengikut salafy yang ghuluw mencintai Muawiyah tidak bisa menerima kenyataan ini, mereka dengan segenap usaha “yang melelahkan” membela Muawiyah. Tidak jarang demi membela Muawiyah mereka mengutip perkataan Imam Ali. Bagaimana sebenarnya pandangan Imam Ali terhadap Muawiyah dan para pengikutnya?. Perhatikanlah hadis-hadis berikut:

Doa Imam Ali Untuk Muawiyah dan Pengikutnya:

حدثنا ŲŖŁ…ŁŠŁ… بن المنتصر Ų§Ł„ŁˆŲ§Ų³Ų·ŁŠ قال أخبرنا Ų„Ų³Ų­Ų§Ł‚ ŁŠŲ¹Ł†ŁŠ الأزرق عن ؓريك عن Ų­ŲµŁŠŁ† عن Ų¹ŲØŲÆ الرحمن بن معقل Ų§Ł„Ł…Ų²Ł†ŁŠ قال ŲµŁ„ŁŠŲŖ Ł…Ų¹ Ų¹Ł„ŁŠ بن أبي طالب Ų±Ų¶ŁˆŲ§Ł† الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ الفجر ” فقنت على Ų³ŲØŲ¹Ų© نفر منهم فلان ŁˆŁŁ„Ų§Ł† وأبو فلان وأبو فلان

Telah menceritakan kepada kami Tamim bin Muntashir Al Wasithiy yang berkata telah mengabarkan kepada kami Ishaq yakni Al Azraq dari Syarik dari Hushain dari ‘Abdurrahman bin Ma’qil Al Muzanniy yang berkata “aku shalat fajar bersama Ali bin Abi Thalib radiallahu ‘anhu maka ia membaca qunut untuk tujuh orang, diantara mereka adalah fulan, fulan, abu fulan dan abu fulan” [Tahdzib Al Atsar Ibnu Jarir Ath Thabari no 2628].

Riwayat ini diriwayatkan oleh para perawi tsiqat kecuali Syarik ia memang seorang yang tsiqat shaduq tetapi diperbincangkan hafalannya. Ishaq Al Azraq meriwayatkan dari Syarik sebelum hafalannya berubah maka riwayatnya shahih.

1. Tamim bin Muntashir Al Wasithiy adalah perawi Abu Dawud, Nasa’i dan Ibnu Majah. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Al Ijli menyatakan tsiqat. Nasa’I menyatakan ia tsiqat [At Tahdzib juz 1 no 958]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat dhabit [At Taqrib 1/143-144].

2. Ishaq bin Yusuf Al Azraq adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ahmad, Ibnu Ma’in dan Al Ijli menyatakan tsiqat. Abu Hatim berkata “shahih hadisnya shaduq tidak ada masalah dengannya”. Yaqub bin Syaibah berkata “ia termasuk orang yang alim diantara yang meriwayatkan dari Syarik”. Al Khatib berkata “termasuk tsiqat dan ma’mun”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Al Bazzar menyatakan tsiqat [At Tahdzib juz 1 no 486]. Ibnu Hajar menyatakan tsiqat [At Taqrib 1/87].

3. Syarik Al Qadhi adalah Syarik bin Abdullah An Nakha’i perawi Bukhari dalam Ta’liq Shahih Bukhari, Muslim dan Ashabus Sunan. Ibnu Ma’in, Al Ijli, Ibrahim Al Harbi menyatakan ia tsiqat. Nasa’i menyatakan “tidak ada masalah padanya”. Ia diperbincangkan sebagian ulama bahwa ia melakukan kesalahan dan terkadang hadisnya mudhtharib diantara yang membicarakannya adalah Abu Dawud, Ibnu Sa’ad dan Ibnu Hibban tetapi mereka tetap menyatakan Syarik tsiqat [At Tahdzib juz 4 no 587]. Hafalan yang dipermasalahkan pada diri Syarik adalah setelah ia menjabat menjadi Qadhi dimana ia sering salah dan mengalami ikhtilath tetapi mereka yang meriwayatkan dari Syarik sebelum ia menjabat sebagai Qadhi seperti Yazid bin Harun dan Ishaq Al Azraq maka riwayatnya bebas dari ikhtilath [Ats Tsiqat Ibnu Hibban juz 6 no 8507].

4. Hushain adalah Hushain bin Abdurrahman As Sulami Al Kufi seorang perawi kutubus sittah. Ibnu Hajar menyebutkan kalau ia dinyatakan tsiqat oleh Ahmad, Al Ajli, Abu Hatim, Abu Zur’ah, Ibnu Ma’in dan Ibnu Hibban [At Tahdzib juz 2 no 659]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/222] dan Adz Dzahabi menyatakan ia tsiqat hujjah [Al Kasyf no 1124].

5. Abdurrahman bin Ma’qil Al Muzanni adalah perawi Abu Dawud seorang tabiin [walaupun ada yang mengatakan ia sahabat]. Ibnu Hajar menyebutkan ia dinyatakan tsiqah oleh Ibnu Hibban dan Abu Zur’ah [At Tahdzib juz 6 no 543]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/591].

Riwayat di atas menyebutkan bahwa Imam Ali membaca qunut nazilah untuk beberapa orang pada shalat fajar. Terdapat riwayat lain yang menyebutkan kalau Imam Ali juga membaca qunut ini [nazilah] pada shalat maghrib.

Ų­ŲÆŲ«Ł†ŁŠ Ų¹ŁŠŲ³Ł‰ بن عثمان بن Ų¹ŁŠŲ³Ł‰ قال حدثنا ŁŠŲ­ŁŠŁ‰ بن Ų¹ŁŠŲ³Ł‰ عن الأعمؓ عن Ų¹ŲØŲÆ الله بن خالد عن Ų¹ŲØŲÆ الرحمن بن معقل قال ŲµŁ„ŁŠŲŖ خلف Ų¹Ł„ŁŠ المغرب فلما رفع رأسه من Ų§Ł„Ų±ŁƒŲ¹Ų© الثالثة قال اللهم العن فلانا ŁˆŁŁ„Ų§Ł†Ų§ وأبا فلان وأبا فلان

Telah menceritakan kepadaku Isa bin Utsman bin Isa yang berkata telah menceritakan kepada kami Yahya bin Isa dari Al A’masy dari ‘Abdullah bin Khalid dari ‘Abdurrahman bin Ma’qil yang berkata “aku shalat maghrib di belakang Ali ketika ia mengangkat kepalanya pada rakaat ketiga, ia berkata “ya Allah laknatlah fulan, fulan, abu fulan dan abu fulan” [Tahdzib Al Atsar Ibnu Jarir Ath Thabari no 2627].

Riwayat ini sanadnya hasan dengan penguat riwayat sebelumnya. ‘Abdullah bin Khalid adalah seorang kufah yang tsiqat dimana telah meriwayatkan darinya Sufyan Ats Tsawri dan Al A’masy.

1. Isa bin Utsman bin Isa adalah perawi Tirmidzi. Telah meriwayatkan darinya jama’ah hafizh diantaranya Tirmidzi dan Ibnu Jarir. Nasa’I menyatakan “shalih” [At Tahdzib juz 8 no 410]. Ibnu Hajar berkata “shaduq” [At Taqrib 1/772].

2. Yahya bin Isa Ar Ramliy adalah perawi Bukhari dalam Adabul Mufrad, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah. Ahmad bin Hanbal telah menta’dilnya. Al Ijli menyatakan ia tsiqat tasyayyu’. Abu Muawiyah telah menulis darinya. Nasa’i berkata “tidak kuat”. Ibnu Ma’in berkata dhaif atau tidak ada apa-apanya atau tidak ditulis hadisnya. Maslamah berkata “tidak ada masalah padanya tetapi di dalamnya ada kelemahan”. Ibnu Ady berkata “kebanyakan riwayatnya tidak memiliki mutaba’ah” [At Tahdzib juz 11 no 428]. Ibnu Hajar berkata “jujur sering salah dan tasyayyu’” [At Taqrib 2/311-312]. Adz Dzahabi berkata “shuwailih” [Man Tukullima Fihi Wa Huwa Muwatstsaq no 376].

3. Sulaiman bin Mihran Al A’masy perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Al Ijli dan Nasa’i berkata “tsiqat tsabit”. Ibnu Ma’in berkata “tsiqat”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. [At Tahdzib juz 4 no 386]. Ibnu Hajar menyebutkannya sebagai mudallis martabat kedua yang ‘an anahnya dijadikan hujjah dalam kitab shahih [Thabaqat Al Mudallisin no 55].

4. ‘Abdullah bin Khalid meriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin Ma’qil Al Muzanniy dan telah meriwayatkan darinya Sufyan dan ‘Amasy. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [Ats Tsiqat juz 7 no 8812]. Al Fasawiy menyebutkan ia seorang yang tsiqat [Ma’rifat Wal Tarikh Al Fasawi 3/104].

5. Abdurrahman bin Ma’qil Al Muzanni adalah perawi Abu Dawud seorang tabiin [walaupun ada yang mengatakan ia sahabat]. Ibnu Hajar menyebutkan ia dinyatakan tsiqah oleh Ibnu Hibban dan Abu Zur’ah [At Tahdzib juz 6 no 543]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/591].

Kedua riwayat ini menyebutkan kalau Imam Ali membaca qunut nazilah pada shalat shubuh dan maghrib dimana Beliau mendoakan keburukan atau melaknat orang-orang tertentu. Siapa orang-orang tersebut memang tidak disebutkan dalam riwayat Ibnu Jarir tetapi tampak jelas kalau perawi [entah siapa] menyembunyikan nama-nama mereka karena tidak mungkin ada seseorang bernama fulan atau abu fulan. Alhamdulillah ternyata terdapat riwayat-riwayat yang menyebutkan nama beberapa diantara mereka.

حدثنا Ł‡Ų“ŁŠŁ… قال أخبرنا Ų­ŲµŁŠŁ† قال حدثنا Ų¹ŲØŲÆ الرحمن بن معقل قال ŲµŁ„ŁŠŲŖ Ł…Ų¹ Ų¹Ł„ŁŠ صلاة الغداة قال فقنت فقال في Ł‚Ł†ŁˆŲŖŁ‡ اللهم Ų¹Ł„ŁŠŁƒ ŲØŁ…Ų¹Ų§ŁˆŁŠŲ© ŁˆŲ£Ų“ŁŠŲ§Ų¹Ł‡ ŁˆŲ¹Ł…Ų±Łˆ بن العاص ŁˆŲ£Ų“ŁŠŲ§Ų¹Ł‡ وأبا Ų§Ł„Ų³Ł„Ł…ŁŠ ŁˆŲ£Ų“ŁŠŲ§Ų¹Ł‡ وعبد الله بن Ł‚ŁŠŲ³ ŁˆŲ£Ų“ŁŠŲ§Ų¹Ł‡

Telah menceritakan kepada kami Husyaim yang berkata telah mengabarkan kepada kami Hushain yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Ma’qil yang berkata Aku shalat bersama Ali dalam shalat fajar dan kemudian ketika Qunut Beliau berkata “Ya Allah hukumlah Muawiyah dan pengikutnya, Amru bin Ash dan pengikutnya, Abu As Sulami dan pengikutnya, Abdullah bin Qais dan pengikutnya” [Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 2/108 no 7050].

Riwayat ini sanadnya shahih, Husyaim adalah Husyaim bin Basyiir seorang perawi kutubus sittah. Ibnu Hajar menyebutkan kalau ia dinyatakan tsiqat oleh Al Ijli, Ibnu Saad dan Abu Hatim. Ibnu Mahdi, Abu Zar’ah dan Abu Hatim memuji hafalannya [At Tahdzib juz 11 no 100]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit [At Taqrib 2/269]. Adz Dzahabi menyebutkan kalau Husyaim seorang Hafiz Baghdad Imam yang tsiqat [Al Kasyf no 5979]. Sedangkan Hushain dan Abdurrahman bin Ma’qil telah disebutkan kalau mereka tsiqat.

Ų­َŲÆَّŲ«َنَŲ§ Ų¹ُŲØَيد الله بن Ł…Ų¹Ų§Ų° Ł‚َŲ§Ł„ Ų­ŲÆŲ«Ł†ŁŠ أبي Ł‚َŲ§Ł„ Ų­َŲÆَّŲ«َنَŲ§ Ų“ُŲ¹ŲØŲ© عن Ų¹ُŲØَيد أبي الحسن سمع Ų¹ŲØŲÆ الرحمن بن معقل ŁŠŁ‚ŁˆŁ„ ؓهدت Ų¹Ł„ŁŠ بن أبي طالب قنت في صلاة العتمة ŲØŲ¹ŲÆ Ų§Ł„Ų±ŁƒŁˆŲ¹ يدعو في Ł‚Ł†ŁˆŲŖŁ‡ على خمسة رهط على Ł…Ų¹Ų§ŁˆŁŠŲ© وأبي Ų§Ł„Ų£Ų¹ŁˆŲ±

Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidillah bin Mu’adz yang berkata telah menceritakan kepadaku ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari ‘Ubaid Abi Hasan yang mendengar ‘Abdurrahman bin Ma’qil berkata “aku menyaksikan Ali bin ‘Abi Thalib membaca qunut dalam shalat ‘atamah [shalat malam yaitu maghrib atau isya’] setelah ruku’ untuk lima orang untuk Mu’awiyah dan Abul A’war [Ma’rifat Wal Tarikh Al Fasawi 3/134].

Riwayat ini sanadnya shahih. Diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat. Ubaidillah bin Mu’adz adalah seorang hafizh yang tsiqat termasuk perawi Bukhari Muslim [At Taqrib 1/639] dan ayahnya Mu’adz bin Mu’adz adalah seorang yang tsiqat mutqin perawi kutubus sittah [At Taqrib 2/193]. Syu’bah bin Hajjaj adalah perawi kutubus sittah yang telah disepakati tsiqat. Syu’bah seorang yang tsiqat hafizh mutqin dan Ats Tsawri menyebutnya “amirul mukminin dalam hadis” [At Taqrib 1/418]. Ubaid bin Hasan Al Muzanniy atau Abu Hasan Al Kufiy adalah perawi Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Ibnu Ma’in, Abu Zur’ah dan Nasa’I menyatakan tsiqat. Abu Hatim berkata “tsiqat shaduq”. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat [At Tahdzib juz 7 no 128]. Ibnu Hajar berkata “tsiqat” [At Taqrib 1/643]. Dan ‘Abdurrahman bin Ma’qil telah disebutkan bahwa ia tabiin yang tsiqat.

Kedua riwayat Abdurrahman bin Ma’qil ini menyebutkan kalau diantara mereka yang didoakan [dalam qunut] keburukan atau laknat oleh Imam Ali adalah Mu’awiyah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pandangan Imam Ali, Muawiyah dan pengikutnya itu menyimpang dan telah sesat plus menyesatkan banyak orang sehingga Imam Ali sampai membaca qunut nazilah untuk mereka. Abbas Ad Duuriy berkata:

سمعت ŁŠŲ­ŁŠŁ‰ ŁŠŁ‚ŁˆŁ„ أبو Ų§Ł„Ų£Ų¹ŁˆŲ± Ų§Ł„Ų³Ł„Ł…ŁŠ رجل من Ų£ŲµŲ­Ų§ŲØ Ų§Ł„Ł†ŲØŁŠ صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ و سلم ŁˆŁƒŲ§Ł† Ł…Ų¹ Ł…Ų¹Ų§ŁˆŁŠŲ© ŁˆŁƒŲ§Ł† Ų¹Ł„ŁŠ ŁŠŁ„Ų¹Ł†Ł‡ في الصلاة

Aku mendengar Yahya [bin Ma’in] berkata “Abul A’war As Sulamiy seorang sahabat Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] ia bersama Muawiyah dan Ali telah melaknatnya di dalam shalat” [Tarikh Ibnu Ma’in 3/43 no 175].
______________________________________________


Kelompok Muawiyah Berada Di Jalan Yang Bathil


Ų­َŲÆَّŲ«َنَŲ§ Ł…ُŲ³َŲÆَّŲÆٌ Ł‚َŲ§Ł„َ Ų­َŲÆَّŲ«َنَŲ§ Ų¹َŲØْŲÆُ Ų§Ł„ْŲ¹َŲ²ِيزِ ŲØْنُ Ł…ُŲ®ْŲŖَŲ§Ų±ٍ Ł‚َŲ§Ł„َ Ų­َŲÆَّŲ«َنَŲ§ Ų®َŲ§Ł„ِŲÆٌ Ų§Ł„ْŲ­َŲ°َّŲ§Ų”ُ Ų¹َنْ Ų¹ِكْŲ±ِŁ…َŲ©َ Ł‚َŲ§Ł„َ Ł„ِي Ų§ŲØْنُ Ų¹َŲØَّŲ§Ų³ٍ وَŁ„ِŲ§ŲØْنِهِ Ų¹َŁ„ِيٍّ انْŲ·َŁ„ِŁ‚َŲ§ Ų„ِŁ„َى Ų£َŲØِي Ų³َŲ¹ِيدٍ فَŲ§Ų³ْŁ…َŲ¹َŲ§ Ł…ِنْ Ų­َŲÆِيثِهِ فَانْŲ·َŁ„َŁ‚ْنَŲ§ فَŲ„ِŲ°َŲ§ هُوَ فِي Ų­َŲ§Ų¦ِŲ·ٍ يُŲµْŁ„ِŲ­ُهُ فَŲ£َŲ®َŲ°َ Ų±ِŲÆَŲ§Ų”َهُ فَŲ§Ų­ْŲŖَŲØَى Ų«ُŁ…َّ Ų£َنْŲ“َŲ£َ يُŲ­َŲÆِّŲ«ُنَŲ§ Ų­َŲŖَّى Ų£َŲŖَى Ų°ِكْŲ±ُ ŲØِنَŲ§Ų”ِ Ų§Ł„ْŁ…َŲ³ْŲ¬ِŲÆِ فَŁ‚َŲ§Ł„َ كُنَّŲ§ نَŲ­ْŁ…ِŁ„ُ Ł„َŲØِنَŲ©ً Ł„َŲØِنَŲ©ً وَŲ¹َŁ…َّŲ§Ų±ٌ Ł„َŲØِنَŲŖَيْنِ Ł„َŲØِنَŲŖَيْنِ فَŲ±َآهُ النَّŲØِيُّ ŲµَŁ„َّى اللَّهُ Ų¹َŁ„َيْهِ وَŲ³َŁ„َّŁ…َ فَيَنْفُŲ¶ُ التُّŲ±َŲ§ŲØَ Ų¹َنْهُ وَيَŁ‚ُŁˆŁ„ُ وَيْŲ­َ Ų¹َŁ…َّŲ§Ų±ٍ ŲŖَŁ‚ْŲŖُŁ„ُهُ Ų§Ł„ْفِŲ¦َŲ©ُ Ų§Ł„ْŲØَŲ§ŲŗِيَŲ©ُ يَŲÆْŲ¹ُŁˆŁ‡ُŁ…ْ Ų„ِŁ„َى Ų§Ł„ْŲ¬َنَّŲ©ِ وَيَŲÆْŲ¹ُŁˆŁ†َهُ Ų„ِŁ„َى النَّŲ§Ų±ِ Ł‚َŲ§Ł„َ يَŁ‚ُŁˆŁ„ُ Ų¹َŁ…َّŲ§Ų±ٌ Ų£َŲ¹ُوذُ ŲØِاللَّهِ Ł…ِنْ Ų§Ł„ْفِŲŖَنِ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin Mukhtar yang berkata telah menceritakan kepada kami Khalid Al Hidzaa’ dari Ikrimah yang berkata Ibnu Abbas berkata kepadaku dan kepada anaknya Ali, pergilah kalian kepada Abu Sa’id dan dengarkanlah hadis darinya maka kami menemuinya. Ketika itu ia sedang memperbaiki dinding miliknya, ia mengambil kain dan duduk kemudian ia mulai menceritakan kepada kami sampai ia menyebutkan tentang pembangunan masjid. Ia berkata “kami membawa batu satu persatu sedangkan Ammar membawa dua batu sekaligus, Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] melihatnya, kemudian Beliau berkata sambil membersihkan tanah yang ada padanya “kasihan ‘Ammar, dia akan dibunuh oleh kelompok baaghiyah [pembangkang], ia [Ammar] mengajak mereka ke surga dan mereka mengajaknya ke neraka. ‘Ammar berkata “aku berlindung kepada Allah dari fitnah” [Shahih Bukhari 1/97 no 447].

Telah terbukti kalau ‘Ammar terbunuh dalam perang shiffin dan ia berada di pihak Imam Ali jadi kelompok baaghiyyah [pembangkang] yang membunuh ‘Ammar dalam hadis Bukhari di atas adalah kelompok Muawiyah. Muawiyah dan pengikutnya adalah kelompok yang mengajak ke neraka. Jadi berdasarkan dalil shahih dari Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] maka dalam perang shiffin Imam Ali dan pengikutnya berada dalam kebenaran sedangkan Muawiyah dan pengikutnya berada dalam kesesatan.

حدثنا Ų¹ŲØŲÆ الله Ų­ŲÆŲ«Ł†ŁŠ أبي ثنا Ł…Ų­Ł…ŲÆ بن جعفر ثنا Ų“Ų¹ŲØŲ© عن Ų¹Ł…Ų±Łˆ بن Ł…Ų±Ų© قال سمعت Ų¹ŲØŲÆ الله بن سلمة ŁŠŁ‚ŁˆŁ„ رأيت عمارا ŁŠŁˆŁ… ŲµŁŁŠŁ† ؓيخا كبيرا Ų¢ŲÆŁ… Ų·ŁˆŲ§Ł„Ų§ Ų¢Ų®Ų°Ų§ الحربة ŲØŁŠŲÆŁ‡ ŁˆŁŠŲÆŁ‡ ŲŖŲ±Ų¹ŲÆ فقال ŁˆŲ§Ł„Ų°ŁŠ Ł†ŁŲ³ŁŠ ŲØŁŠŲÆŁ‡ لقد قاتلت بهذه Ų§Ł„Ų±Ų§ŁŠŲ© Ł…Ų¹ Ų±Ų³ŁˆŁ„ الله صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ و سلم ثلاث Ł…Ų±Ų§ŲŖ ŁˆŁ‡Ų°Ł‡ الرابعة ŁˆŲ§Ł„Ų°ŁŠ Ł†ŁŲ³ŁŠ ŲØŁŠŲÆŁ‡ Ł„Łˆ Ų¶Ų±ŲØŁˆŁ†Ų§ حتى ŁŠŲØŁ„ŲŗŁˆŲ§ بنا ؓعفات هجر لعرفت أن Ł…ŲµŁ„Ų­ŁŠŁ†Ų§ على الحق ŁˆŲ£Ł†Ł‡Ł… على الضلالة

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far yang berkata telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari ‘Amru bin Murrah yang berkata aku mendengar ‘Abdullah bin Salamah berkata “aku melihat ‘Ammar dalam perang shiffin, dia seorang Syaikh yang berumur, berkulit agak gelap dan berperawakan tinggi, ia memegang tombak dengan tangan bergetar. Ia berkata “demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku telah berperang membawa panji ini bersama Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] tiga kali dan ini adalah yang keempat. Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya sekiranya mereka menebas kami hingga membawa kami kepada kematian maka aku yakin bahwa orang-orang shalih yang bersama kami berada di atas kebenaran dan mereka berada di atas kesesatan [Musnad Ahmad 4/319 no 18904].

Riwayat ini sanadnya hasan. ‘Abdullah bin Salamah seorang yang hadisnya hasan terdapat sedikit perbincangan karena hafalannya. Riwayat ini juga disebutkan Ibnu Hibban dalam Shahih Ibnu Hibban 15/555 no 7080 dan Al Hakim dalam Al Mustadrak juz 3 no 5651.

1. Muhammad bin Ja’far Al Hudzaliy Abu Abdullah Al Bashriy yang dikenal dengan sebutan Ghundar adalah perawi kutubus sittah yang tsiqat. Ali bin Madini berkata “ia lebih aku sukai daripada Abdurrahman [Ibnu Mahdi] dalam periwayatan dari Syu’bah”. Abu Hatim berkata dari Muhammad bin Aban Al Balkhiy bahwa Ibnu Mahdi berkata “Ghundar lebih tsabit dariku dalam periwayatan dari Syu’bah”. Abu Hatim, Ibnu Hibban dan Ibnu Sa’ad menyatakan tsiqat. Al Ijli menyatakan ia orang bashrah yang tsiqat dan ia adalah orang yang paling tsabit dalam riwayat dari Syu’bah [At Tahdzib juz 9 no 129].

2. Syu’bah bin Hajjaj adalah perawi kutubus sittah yang telah disepakati tsiqat. Syu’bah seorang yang tsiqat hafizh mutqin dan Ats Tsawri menyebutnya “amirul mukminin dalam hadis” [At Taqrib 1/418].

3. ‘Amru bin Murrah adalah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ibnu Ma’in menyatakan tsiqat. Abu Hatim menyatakan shaduq tsiqat. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ibnu Numair dan Yaqub bin Sufyan menyatakan tsiqat. [At Tahdzib juz 8 no 163]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat ahli ibadah [At Taqrib 1/745].

4. ‘Abdullah bin Salamah adalah perawi Ashabus Sunan. Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Ai Ijli menyatakan ia tsiqat. Yaqub bin Syaibah berkata “tsiqat termasuk thabaqat pertama dari ahli fiqih kufah setelah sahabat”. Abu Hatim berkata “dikenal dan diingkari”. Bukhari berkata “hadisnya tidak memiliki mutaba’ah”. Ibnu Ady berkata “aku kira tidak ada masalah padanya”. [At Tahdzib juz 5 no 421]. Ibnu Hajar berkata “shaduq mengalami perubahan pada hafalannya” [At Taqrib 1/498]. Adz Dzahabi berkata “shuwailih” [Al Kasyf no 2760], Adz Dzahabi juga memasukkannya dalam Man Tukullima Fihi wa huwa Muwatstsaq no 182. Ibnu Hibban telah menshahihkan hadisnya [Shahih Ibnu Hibban 15/555 no 7080]. Ibnu Khuzaimah telah berhujjah dan menshahihkan hadisnya [Shahih Ibnu Khuzaimah 1/104 no 208]. Al Hakim ketika membawakan hadis ‘Abdullah bin Salamah ia menyatakan hadis tersebut shahih sanadnya walaupun syaikhan tidak berhujjah dengan ‘Abdullah bin Salamah tetapi tidak ada cela terhadapnya [Al Mustadrak juz 1 no 541] itu berarti Al Hakim menganggap ‘Abdullah bin Salamah tsiqat. Pendapat yang rajih, ‘Abdullah bin Salamah adalah seorang yang hadisnya hasan terdapat sedikit pembicaraan dalam hafalannya tetapi itu tidak menurunkan hadisnya dari derajat hasan.

Riwayat ini dengan tegas menyatakan kalau ‘Ammar dan orang-orang shalih di pihak Imam Ali adalah berada di atas kebenaran sedangkan mereka kelompok Muawiyah berada di atas kesesatan atau kebathilan. Kami tidak akan berbasa-basi seperti sebagian orang yang mengklaim kalau Muawiyah berijtihad dan walaupun salah ijtihadnya tetap mendapat pahala. Itu berarti Muawiyah yang dalam perang shiffin dikatakan mengajak orang ke neraka tetap mendapat pahala. Sungguh perkataan yang aneh bin ajaib.

Kami juga ingin menegaskan kepada orang yang memang tidak punya kemampuan memahami perkataan orang lain bahwa kami tidak pernah menyatakan kalau Muawiyah dan pengikutnya kafir dalam perang shiffin berdasarkan hadis-hadis di atas. Jika dikatakan mereka bermaksiat maka itu sudah jelas, orang yang mengajak ke jalan neraka maka sudah jelas ia bermaksiat. Tetapi apakah maksiat itu membawa kepada kekafirannya maka hanya Allah SWT yang tahu. Soal Muawiyah kami sudah pernah membahas hadis shahih yang menunjukkan bahwa pada akhirnya ia mati tidak dalam agama islam sedangkan soal pengikutnya yang lain kami tidak memiliki dalil yang jelas soal itu.
_________________________________________


Hadis Muawiyah Mati Tidak Dalam Agama Islam?

Terdapat hadis yang mungkin akan mengejutkan sebagian orang terutama akan mengejutkan para nashibi pecinta berat Muawiyah yaitu hadis yang menyatakan kalau Muawiyah mati tidak dalam agama Islam. Kami akan mencoba memaparkan hadis ini dan sebelumnya kami ingatkan kami tidak peduli apapun perkataan [baca: cacian] orang yang telah membaca tulisan ini. Apa yang kami tulis adalah hadis yang tertulis dalam kitab. Jadi kami tidak mengada-ada.

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru bin Ash dari Rasulullah SAW sebagaimana yang tertulis dalam kitab Ansab Al Asyraf Al Baladzuri 2/120-121.

عن Ų¹ŲØŲÆ الله بن Ų¹Ł…Ų±Łˆ قال ŁƒŁ†ŲŖ جالساً عند Ų§Ł„Ł†ŲØŁŠ صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł… فقال ŁŠŲ·Ł„Ų¹ Ų¹Ł„ŁŠŁƒŁ… من هذا الفج رجل ŁŠŁ…ŁˆŲŖ ŁŠŁˆŁ… ŁŠŁ…ŁˆŲŖ على غير Ł…Ł„ŲŖŁŠ، قال ŁˆŁƒŁ†ŲŖ تركت أبي ŁŠŁ„ŲØŲ³ Ų«ŁŠŲ§ŲØŁ‡ فخؓيت أن ŁŠŲ·Ł„Ų¹، فطلع Ł…Ų¹Ų§ŁˆŁŠŲ©

Dari Abdullah bin Amru yang berkata aku duduk bersama Nabi SAW kemudian Beliau bersabda ”akan datang dari jalan besar ini seorang laki-laki yang mati pada hari kematiannya tidak berada dalam agamaKu”. Aku berkata “Ketika itu, aku telah meninggalkan ayahku yang sedang mengenakan pakaian, aku khawatir kalau ia akan datang dari jalan tersebut, kemudian datanglah Muawiyah dari jalan tersebut”.

Hadis ini diriwayatkan oleh Baladzuri dalam Ansab Al Asyraf dengan dua jalan sanad yaitu:

Ų­ŲÆŲ«Ł†ŁŠ Ų¹ŲØŲÆ الله بن صالح Ų­ŲÆŲ«Ł†ŁŠ ŁŠŲ­ŁŠŁ‰ بن Ų¢ŲÆŁ… عن ؓريك عن Ł„ŁŠŲ« عن طاووس عن Ų¹ŲØŲÆ الله بن Ų¹Ł…Ų±Łˆ

Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Shalih yang berkata telah menceritakan kepadaku Yahya bin Adam dari Syarik dari Laits dari Thawus dari Abdullah bin Amru [Ansab Al Asyraf Al Baladzuri 2/121].

Ų­ŲÆŲ«Ł†ŁŠ Ų„Ų³Ų­Ų§Ł‚ وبكر بن Ų§Ł„Ł‡ŁŠŲ«Ł… قالا حدثنا Ų¹ŲØŲÆ الرزاق بن همام انبأنا معمر عن ابن طاوس عن Ų£ŲØŁŠŁ‡ عن Ų¹ŲØŲÆ الله بن Ų¹Ł…Ų±Łˆ بن العاص

Telah menceritakan kepadaku Ishaq dan Bakr bin Al Haitsam yang keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq bin Hamam yang berkata telah memberitakan kepada kami Ma’mar dari Ibnu Thawus dari ayahnya dari Abdullah bin Amru bin Ash [Ansab Al Asyraf Al Baladzuri 2/120].

Sanad pertama semuanya adalah perawi Muslim oleh karena itu Syaikh Al Ghumari menyatakan hadis tersebut shahih dengan syarat Muslim. Tetapi walaupun semuanya perawi Muslim terdapat cacat pada sanadnya yaitu Abdullah bin Shalih dan Laits. Mereka berdua walaupun seorang yang shaduq telah diperbincangkan oleh para ulama mengenai hafalannya. Sebagaimana yang disebutkan dalam At Taqrib 1/501 kalau Abdullah bin Shalih jujur tetapi banyak melakukan kesalahan dan At Taqrib 2/48 kalau Laits bin Abi Sulaim jujur tetapi mengalami ikhtilath. Jadi sanad pertama itu dhaif.

Sanad kedua telah diriwayatkan oleh para perawi tsiqat yaitu Ishaq, Abddurrazaq, Ma’mar, Ibnu Thawus dan Thawus. Hanya satu orang yang tidak diketahui kredibilitasnya yaitu Bakr bin Al Haitsam tetapi ini tidak menjadi masalah karena ia meriwayatkan hadis ini bersama dengan Ishaq bin Abi Israil seorang yang tsiqat dan ma’mun.

1. Ishaq adalah Ishaq bin Abi Israil termasuk gurunya Al Baladzuri, ia perawi Bukhari dalam Adabul Mufrad, Abu Dawud dan Nasa’i. Biografinya disebutkan dalam At Tahdzib juz 1 no 415, dimana Ibnu Hajar menyebutkan kalau ia dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Ma’in, Daruquthni, Al Baghawi, Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Hibban. Dalam At Taqrib 1/79 Ibnu Hajar menyatakan ia shaduq tetapi dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib no 338 kalau Ishaq bin Abi Israil seorang yang tsiqat ma’mun.

2. Abdurrazaq bin Hammam adalah perawi kutubus sittah dimana Bukhari dan Muslim telah berhujjah dengan hadisnya. Ia seorang hafiz yang dikenal tsiqat sebagaimana disebutkan Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/599.

3. Ma’mar adalah Ma’mar bin Rasyd perawi kutubus sittah. Ibnu Hajar dalam At Tahdzib juz 10 no 441 menyebutkan kalau ia dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Ma’in, Al Ajli, Yaqub bin Syaibah, Ibnu Hibban dan An Nasa’i. Dalam At Taqrib 2/202 ia dinyatakan tsiqat tsabit.

4. Abdullah bin Thawus adalah putra Thawus bin Kisan, ia seorang perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Biografinya disebutkan dalam At Tahdzib juz 5 no 459 dan ia telah dinyatakan tsiqat oleh Nasa’i, Al Ajli, Ibnu Hibban dan Daruquthni. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/503 menyatakan Ibnu Thawus tsiqat.

5. Thawus bin Kisan Al Yamani adalah seorang tabiin yang tsiqat. Ia termasuk perawi kutubus sittah. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/449 menyatakan kalau Thawus tsiqat.

Jadi dapat disimpulkan kalau sanad kedua itu diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat sehingga sanadnya shahih. Dengan melihat kedua sanad hadis tersebut maka kedudukan hadis tersebut sudah jelas shahih. Sanad pertama berstatus dhaif tetapi dikuatkan oleh sanad kedua yang merupakan sanad yang shahih. Sekedar informasi hadis ini telah dishahihkan oleh Syaikh Al Ghumari, Syaikh Hasan As Saqqaf, Syaikh Muhammad bin Aqil Al Alawy dan Syaikh Hasan bin Farhan Al Maliki.

Sudah jelas para Nashibi tidak akan rela dengan hadis ini dan mereka memang akan selalu mencari-cari cara atau dalih untuk melemahkan hadis tersebut. Terus terang kami tertarik melihat dalih-dalih nashibi untuk mencacatkan hadis ini. Kita tunggu saja.

Syubhat Salafy Dalam Membela Muawiyah

Ų­َŲÆَّŲ«َنَŲ§ Ų¹ُŁ…َŲ±ُ ŲØْنُ Ų£َيُّوبَ Ų§Ł„ْŁ…َوْŲµِŁ„ِيُّ ، Ų¹َنْ Ų¬َŲ¹ْفَŲ±ِ ŲØْنِ ŲØُŲ±ْŁ‚َانَ ، Ų¹َنْ يَŲ²ِيدَ ŲØْنِ الأَŲµَŁ…ِّ ، Ł‚َŲ§Ł„َ : Ų³ُŲ¦ِŁ„َ Ų¹َŁ„ِيٌّ Ų¹َنْ Ł‚َŲŖْŁ„َى يَوْŁ…ِ ŲµِفِّŁŠŁ†َ ، فَŁ‚َŲ§Ł„َ : Ł‚َŲŖْلاَنَŲ§ وَŁ‚َŲŖْلاَهُŁ…ْ فِي Ų§Ł„ْŲ¬َنَّŲ©ِ ، وَيَŲµِيرُ الأَŁ…ْŲ±ُ Ų„Ł„َيَّ وَŲ„ِŁ„َى Ł…ُŲ¹َاوِيَŲ©َ

Telah menceritakan kepada kami ‘Umar bin Ayub Al Maushulliy dari Ja’far bin Burqaan dari Yazid bin Al Aasham yang berkata Ali pernah ditanya tentang mereka yang terbunuh dalam perang shiffin. Ia menjawab “yang terbunuh diantara kami dan mereka berada di surga” dan masalah ini adalah antara aku dan Muawiyah [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 15/302 no 39035]

Riwayat ini secara zahir sanadnya shahih dan para perawinya tsiqat tetapi terdapat illat di dalamnya. Adz Dzahabi mengatakan tentang Yazid bin Al Aasham kalau riwayatnya dari Ali tidak shahih [As Siyar 4/517 no 211]. Walaupun dikatakan Adz Dzahabi ia menemui masa khalifah Ali tetapi tetap saja Adz Dzahabi sendiri mengatakan kalau riwayatnya dari Ali tidak shahih. Cukup ma’ruf dalam ilmu hadis bahwa terkadang ada perawi yang melihat atau bertemu atau semasa dengan perawi lain tetapi tidak mendengar hadis darinya sehingga hadisnya dikatakan tidak shahih. Salah satu contohnya adalah Atha’ bin Abi Rabah, Ibnu Madini berkata tentangnya “ia melihat Abu Sa’id Al Khudri tawaf di baitullah dan ia melihat Abdullah bin Umar tetapi tidak mendengar hadis dari keduanya” [Jami’ Al Tahsil Fii Ahkam Al Marasil no 520].

Ada yang berhujjah sembarangan dengan hadis ini. Mereka dengan hadis ini membela Muawiyah dan pengikutnya. Ini namanya asal berhujjah, telah kami tunjukkan bagaimana pandangan Imam Ali sebenarnya kepada kelompok Muawiyah. Jika Imam Ali sendiri berdoa dalam qunut nazilah agar Muawiyah dan pengikutnya mendapatkan hukuman dari Allah SWT maka sudah jelas menurut Imam Ali mereka kelompok Muawiyah berada dalam kesesatan atau kebathilan dan hal ini pun sesuai dengan petunjuk Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan pandangan ‘Ammar bin Yasir radiallahu ‘anhu.

Jadi jika riwayat di atas diartikan bahwa Imam Ali membenarkan Muawiyah dan pengikutnya maka itu keliru. Kami pribadi menganggap atsar tersebut matannya mungkar dan sanadnya memang mengandung illat. Bukankah dalam perang shiffin Muawiyah dan pengikutnya telah terbukti berada di atas Jalan yang menuju ke neraka berdasarkan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] yang shahih. Apakah mereka yang gugur karena membela kebathilan akan mendapat imbalan surga?. Jadi dari sisi ini kalau riwayat tersebut diartikan secara zahir maka mengandung pertentangan dengan hadis Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].
Seandainyapun orang-orang tersebut menerima riwayat Imam Ali di atas maka sudah seharusnya diartikan bahwa yang dimaksud bukan secara umum. Bukankah salafy sendiri [Muawiyah dan pengikutnya] menganggap bahwa dalam kelompok Imam Ali terdapat para pembunuh Utsman radiallahu ‘anhu. Nah apakah mereka yang terbunuh dalam kelompok Imam Ali ini akan mendapat surga? Silakan mereka salafy menjawabnya. Begitu pula mungkin saja dalam kelompok Muawiyah terdapat orang-orang yang tidak memahami persoalan, mereka tertipu oleh propaganda Muawiyah atau dengan bahasa yang lebih kasar fitnah kalau Imam Ali dan pengikutnya melindungi para pembunuh khalifah Utsman radiallahu ‘anhu. Mungkin saja kelompok ini yang dikatakan Imam Ali bahwa yang terbunuh diantara mereka mendapat surga. Sehingga sangat wajar di akhir riwayat Imam Ali mengatakan kalau masalah ini adalah antara diri Beliau dan Muawiyah.

Selain itu sangat ma’ruf kalau tidak semua orang yang ikut berperang memiliki niat yang baik walaupun mereka berada di pihak yang benar. Kedudukannya tergantung niat orang tersebut, jika ia berperang dengan niat mendapatkan harta atau niat lain yang buruk dan gugur dalam perang tersebut bukan berarti ia lantas mendapat surga. Terdapat kisah dimana salah seorang sahabat gugur di medan perang kemudian para sahabat yang lain mengatakan ia syahid tetapi Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] membantahnya dan mengatakan kalau ia di neraka
_________________________________________

Sahabat Nabi Yang Masuk Neraka

Saya tidak memfitnah, hal ini memang tercatat di dalam Kitab Shahih. Sebelumnya saya katakan kalau saya tidak merendahkan siapapun apalagi mencaci. Saya Cuma menunjukkan apa yang saya baca sebagai kritikan terhadap apa yang saya dengar. Telah sampai kabar kepada saya ada orang yang mengatakan bahwa semua sahabat Nabi pasti masuk surga dan tidak ada yang masuk neraka. Orang tersebut bisa dibilang korban dogma dan generalisasi yang fallasius. Jika ia adalah seorang yang bersandar pada kitab-kitab Shahih maka apa yang akan ia katakan jika ia membaca bahwa ada sahabat Nabi yang masuk neraka, dan bahkan yang mengatakan bahwa sahabat tersebut masuk neraka adalah Nabi SAW sendiri.

Dalam Shahih Bukhari 4/74 no 3074 dan dalam kitab Shahih Sunan Ibnu Majah Syaikh Al Albani no 2299 disebutkan (ini riwayat Bukhari)

Ų­َŲÆَّŲ«َنَŲ§ Ų¹َŁ„ِيُّ ŲØْنُ Ų¹َŲØْŲÆِ اللَّهِ Ų­َŲÆَّŲ«َنَŲ§ Ų³ُفْيَانُ Ų¹َنْ Ų¹َŁ…ْŲ±ٍو Ų¹َنْ Ų³َŲ§Ł„ِŁ…ِ ŲØْنِ Ų£َŲØِي Ų§Ł„ْŲ¬َŲ¹ْŲÆِ Ų¹َنْ Ų¹َŲØْŲÆِ اللَّهِ ŲØْنِ Ų¹َŁ…ْŲ±ٍو Ł‚َŲ§Ł„َ كَانَ Ų¹َŁ„َى Ų«َŁ‚َŁ„ِ النَّŲØِيِّ ŲµَŁ„َّى اللَّهُ Ų¹َŁ„َيْهِ وَŲ³َŁ„َّŁ…َ Ų±َŲ¬ُŁ„ٌ يُŁ‚َŲ§Ł„ُ Ł„َهُ كِŲ±ْكِŲ±َŲ©ُ فَŁ…َŲ§ŲŖَ فَŁ‚َŲ§Ł„َ Ų±َŲ³ُŁˆŁ„ُ اللَّهِ ŲµَŁ„َّى اللَّهُ Ų¹َŁ„َيْهِ وَŲ³َŁ„َّŁ…َ هُوَ فِي النَّŲ§Ų±ِ فَŲ°َهَŲØُوايَنْŲøُŲ±ُŁˆŁ†َ Ų„ِŁ„َيْهِ فَوَŲ¬َŲÆُوا Ų¹َŲØَŲ§Ų”َŲ©ً Ł‚َŲÆْ ŲŗَŁ„َّهَŲ§

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah yang berkata telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Amr dari Salim bin Abil Ja’d dari Abdullah bin Amr yang berkata “Pernah ada seseorang yang biasa menjaga perbekalan Nabi SAW, orang tersebut bernama Kirkirah. Kemudian dia pun meninggal dunia, ketika itu Rasulullah SAW bersabda “Dia berada di Neraka”. Maka para sahabat pergi melihatnya dan mereka mendapatkan sebuah mantel yang diambilnya dari harta rampasan perang sebelum dibagikan.
Sahabat Nabi yang dimaksud adalah Kirkirah dan ternyata kesalahan yang ia lakukan adalah berkhianat atau mengkhianati harta rampasan perang oleh karenanya Rasul SAW berkata “Dia di Neraka”. Ibnu Hajar memasukkan nama Kirkirah dalam Kitab Al Ishabah Fi Tamyiz As Sahabah 5/587 no 7405, ia menyebutnya sebagai Kirkirah mawla Rasulullah SAW, Ibnu Hajar juga berkata:

ŁˆŁ‚Ų§Ł„ بن منده له ŲµŲ­ŲØŲ© ŁˆŁ„Ų§ تعرف له رواية

Ibnu Mandah berkata “dia seorang Sahabat Nabi dan tidak diketahui memiliki riwayat hadis”
Selain Ibnu Hajar, Ibnu Atsir dalam Asad Al Ghabah 4/497 juga mengatakan kalau Kirkirah adalah Sahabat Nabi SAW dan Adz Dzahabi dalam Tajrid Asma As Shahabah 2/29 no 323 menyebutkan kalau Kirkirah seorang Sahabat Nabi SAW. Bukankah ini membuktikan bahwa seorang Sahabat Nabi bisa saja masuk Neraka dan Kirkirah sahabat Nabi SAW di atas disebutkan oleh Nabi SAW sendiri bahwa “dia berada di neraka”.
_______________________________________

karena sahabat tersebut telah berkhianat dalam harta rampasan perang. Kami cuma ingin menyampaikan bahwa atsar Imam Ali di atas seandainya kita terima maka ia tidak bisa diartikan secara umum untuk semua orang yang terbunuh di shiffin. Apalagi sangat tidak benar menjadikan hadis ini untuk membela Muawiyah dan pengikutnya yang lain.

Sebenarnya ada hal lucu yang tidak terpikirkan oleh salafy. Bukankah mereka sering merendahkan Syiah yang katanya Syiah mengatakan bahwa Imam Ali mengetahui perkara yang ghaib. Padahal yang dilakukan syiah mungkin hanya berhujjah dengan riwayat yang ada di sisi mereka. Sekarang lihatlah riwayat Imam Ali di atas, bukankah pengetahuan siapa yang akan masuk surga adalah pengetahuan yang bersifat ghaib lantas kenapa sekarang salafy anteng-anteng saja meyakini riwayat tersebut. Sekarang dengan lucunya [demi membela Muawiyah] salafy mengakui kalau Imam Ali mengetahui perkara ghaib bahwa yang terbunuh di shiffin itu masuk surga. Sungguh tanaqudh dan memprihatinkan mereka suka mencela mazhab lain tetapi apa yang mereka cela ada pada diri mereka sendiri.

(Syiah-Ali/Scondprince/Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: