Daftar Isi Nusantara Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’

Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca...

Pesan Rahbar

Showing posts with label ABNS BUKU. Show all posts
Showing posts with label ABNS BUKU. Show all posts

Kesempurnaan Ilmu Dan Budaya: Penemuan-penemuan di Masa Kemunculan Imam Mahdi As


Penemuan-penemuan di masa kemunculan Imam Mahdi As

Kami telah katakan bahwa pada masa kemunculan Imam Mahdi As kecepatan dalam mencari ilmu pnegtahuan pada masa itu dengan sangat mudah akan di capai oleh manusia hingga sumber-sumber dari pengetahuan itu sendiri.

Pada masa itu bimbingan dan arahan yang di berikan oleh Imam Mahdi As adalah penyebab meluas dan cepatnya ilmu pengetahuan kepada menyebar keseluruh masyarakat. Dan hal ini tentunya merupakan sebuah sebab perkembangan pencarian pengetahuan dimana hal ini tentunya di karenakan nikmat keberadaan dari Imam Mahdi As. kesempurnaan akal dan berkembangnya pikiran yang di miliki oleh manusia pada masa pemerintahan Imam Mahdi As di karenakan oleh keberadaan Imam Mahdi As sendiri.

Pada bahasan kesempurnaan akal dan teraktualnya segenap kekuatan yang dimiliki oleh akal manusia yang telah kami sebutkan di katakan bahwa hal ini merupakan salah satu karakter yang dimiliki pada masa pemerintahan Imam Mahdi As. Pada masa itu tentara nafsu di kalahkan oleh tentara akal dan akal manusia akan memimpin nafsu yang di miliki oleh manusia dan hal inilah yang menjadi penyebab berfungsinya atau teraktualnya segenap kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh akal manusia tersebut, sebuah kekuatan yang sebelumnya tidak di kenal oleh manusia dimana hal ini menyampaikan manusia pada bagaimana cara untuk berpikir besar dan meninggalkan cara berpikir yang kekanak-kanakan.

Dengan alasan ini kami berkeyakinan bahwa : berpikiran besar dari segenap kejumudan yang ada merupakan sebuah kekhususan yang dimiliki pada masa kemunculan imam Mahdi As.

Tentunya ketika masyarakat manusia tiba pada cara berpikir yang besar betapa perubahan yang sangat besar, ajaib, dan luar biasa akan terjadi di muka bumi ini bukan hanya dalam ilmu pengetahuan agama bahkan dalam bidang industri dan tekhnologi juga akan terwujud. Pada masa kegelapan keghaiban jutaan orang bekerja dan berusaha untuk menemukan dan mencari temuan-temuan baru dimana keputusan seseorang pada masa ini sangatlah terbatas akan tetapi mampu menciptakan sebuah kerja yang nyata. Akan tetapi pada masa kemuculan imam Mahdi As dimana akal manusia menjadi sempurna dan kehendak mereka juga sampai pada derajat yang paling tinggi maka pikiran manusia pada masa itu akan memberikan efek yang luar biasa dimana apa yang mereka inginkan dapat terwujud dengan sangat cepat.

(Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kesempurnaan Ilmu Dan Budaya: Efek Dari Pengaruh Dari Kehadiran Imam Mahdi As Dalam Mencari Ilmu Pengetahuan


Efek Dari Pengaruh Dari Kehadiran Imam Mahdi As Dalam Mencari Ilmu Pengetahuan

Manusia-manusia pada pemerintahan imam Mahdi tidak lagi butuh kepada penelitian yang membutuhkan waktu yang lama dan hasil yang tidak pasti, karena dari bahasa imam Hasan Mujtaba As dunia pada masa itu akan dipenuhi dengan keadilan, pengetahuan, argumentasi dan burhan. Benar bahwa jika manusia memanfaatkan kehadiran imam Mahdi as di dalam kehadiran beliau di tengah-tengan masyarakat maka manusia akan mempelajari dengan begitu sangat cepat dan ilmu pengetahuan tersebut senantiasa akan dibarengi ilmu ladunni yang berumber dari mata air wahyu yang pasti kebenarannya.

Sekarang untuk memperjelas bahasan ini secara sempurna kami akan menukil tentang jenis hewan-hewan yang dapat berbicara kemudian sebuah riwayat terkait dengan hal tersebut.

Sebagaimana yang telah kami katakan bahwa dipuncak gunung-gunung yang tinggi di padang pasir yang tandus begitu juga di kedalaman lautan terdapat makhluk-makhluk yang ajaib dimana cara hidup mereka karakteristik dan sifat yang mereka miliki begitu juga dengan cara perkembangbiakan dikarenakan banyaknya jumlah mereka kita tidak dapat mengetahui mereka semua. Hingga sekarang tercatat bahwa di dunia ini terdapat 86.000 jenis burung.[1] Dan diantara hewan jenis serangga terdapat 400.000 jenis kupu-kupu yang telah tercatat dimana sekitar 150.000 darinya terdapat di Iran.[2]

Dengan memperhatikan jenis-jenis hewan yang ada jika seseorang hendak mengetahui ilmu tentang zoologi atau ilmu tentang hewan dan mengkhususkan penelitiaannya pada bagaimana perkembang-biakan hewan-hewan yang ada dimuka bumi. Yang mana dari hewan-hewan yang bertelur dan yang mana melahirkan ? berapa banyak tahun yang akan dibutuhkan untuk melakukan penelitian hanya untuk hal tersebut ?

Selain dari hal ini bagaimana kita dapat mengenal kondisi jutaan hewan-hewan yang hidup dikedalaman samudera di padang pasir dan puncak gunung yang tinggi ? akan tetapi jika orang sama mengetahui hal-hal tersbut tidak dengan cara meneliti dan mencari bahkan diajari oleh orang yang memiliki pengetahuan akan rahasia-rahasia penciptaan dan dia sendiri adalah saksi dari penciptaan makhluk, dengan mempelajari sebuah kaidah umum kita dapat melewati jalan jutaan tahun hanya dalam dua detik. Sekarang kami hendak menjelaskan hal ini melalui bahasa riwayat , dikutip dari kumpulan kisah almarhum Haji Muktamad dulla farhad Mirza dari majelis Amir Kamaluddin Husein Fana’i dimana ummu jabir bertanya kepada imam Shadiq as :”Apa yang sedang engkau lakukan ?, saya berkata: saya hendak meneliti yang mana hewan pemakan rumput dan yang mana burung yang bertelur dan melahirkan ? imam menjawab : sebenarnya hal ini tidak buutuh pada pemikiran yang panjang, imam berkata tulislah telinga dari hewan-hewan yang tinggi ia melahirkan anak dan telinga setiap hewan yang bersambung dengan kepalanya itu bertelur, Dzalika taqdirul azizil alim. Kemudia hewan-hewan pemakan rumput dimana telinganya pendek dan bersambung dengan kepalanya adalah hewan yang bertelur dan hewan pemakan rumput yang memiliki kulit yang tebal atau yang seperti ini juga bertelur dan telinga kelelawar dikarenakan telinga mereka yang tinggi dan tidak bersambung dengan kepalanya maka hewan ini melahirkan.[3]

Dengan demikian, aturan umum bahwa burung dikarenakan dia terbang tidak memestikan maka pastilah burung tersebut bertelur. Begitu juga dengan binatang pemakan rumput dikarenakan mereka memakan rumput bukanlah sebuah kepastian bahwa hewan tersebut melahirkan karena bisa saja hewan-hewan tersebut dalam keadaan menyusui proses perkembang biakannya dengan cara bertelur dan tidak dengan cara melahirkan.

Salah satu hewan yang paling ajaib adalah sebuah hewan yang memiliki kemiripan dengan bebek akan tetapi hewan ini dikarenakan hewan mamalia tetapi hewan ini berkembang biak dengan cara bertelur. Berikut ini adalah sebuah laporan yang terkait dengan bebek yang kami maksud : mungkin bebek jenis ini bisa jadi bukan hewan yang ajaib, akan tetapi secara nyata kami mengatakan bahwa ini adalah hewan yang aneh. Hewan ini adalah hewan mamalia yang memiliki kemiripan 100% dengan hewan mamalia lainnya dan hewan ini memiliki moncong yang sama persis dengan bebek dan juga memiliki cakar seperti burung lainnya dan yang paling aneh karena hewan ini bertelur. Bebek jenis ini memiliki moncong sekitar 50 cm dan hidup di daratan Australia. Hewan ini adalang perenang yang sangat cepat. Ketika hewan ini berenang maka moncongnya dikeluarkan ke permukaan air dan pada saat bersamaan ia dapat bernafas dengan cara ini. Hewan ini juga dapat hidup di daerah pinggiran sungai dimana betinanya bertelur didaerah tersebut dan menyusui anak-anaknya.[4]

Pada bahasan sebelumnya telah kami katakan bahwa salah-satu dari kriteria masa kemunculan imam Mahdi As adalah meluasnya ilmu pengetahuan diseluruh masyarakat dan pada bahasan ini kami telah menjelaskan dua kriteria penting dari masa pemerintahan imam Mahdi As.
1. Kecepatan mempelajari ilmu pengetahuan jika kita mendapatkan pengajaran dari seorang yang mumpuni atau ahli dibidang tersebut tanpa membutuhkan penelitian tentunya akan mempersingkat waktu pembelajaran.
2. Hasil pasti dari ilmu pengetahuan ketika kita diajar oleh seorang guru yang ahli tentunya tidak lagi membutuhkan penelitian yang lama dan kita tidak lagi bekerja sia-sia atau tidak mendapat hasil sama sekali.

Tentunya kedua kekhususan ini memiliki efek yang luar biasa dan begitu penting didalam menciptakan perkembangan pengetahuan dan peradaban yang sesungguhnya bagi masyarakat manusia.


Catatan Kaki:

[1] Diantara 86.000 jenis tersebut yang hidup di dunia kita yang paling besar dan paling tinggi adalah burung unta yang berasal dari Afrika, akan tetapi hewan tidak dapat terbang karena berat badan mereka secara umum 135 kg dengan tinggi mencapai 2,40 m. Menurut sebuah informasi dikatakan bahwa burung gagak adalah burung yang paling banyak terbang dimuka bumi dan setelah burung gagak adalah burung camar. Burung gagak yang paling tua mencapai 108 tahun dan burung camar yang paling tua mencapai 44 tahun. (dairatul maarif, 1001 nokteh ye jazab hal 263).
[2] Buku mingguan hal 22, syanbeh 17 bahman tahun 1383 no 611. Salah seorang dari penulis yang meneliti tentang burung mengatakan bahwa saya melakukan penelitian terkait dengan burung selama sembilan tahun dan pada tahun 1994 dimana pertama kali saya memotret setiap jengkal dari wilayah Iran dimana setiap perjalanan yang saya lakukan umumnya dalam bentuk perjalanan penelitian, didalam perjalanan tersbeut saya memotret dan melakukan pengenalan setiap jenis burung, kupu-kupu, baik kupu-kupu yang berada didalam taman ataukan kupu-kupu yang berada di perkebunan, yang ada digunung ataukah yang berada di atas rumput. Begitu juga dengan kupu-kupu yang telah dikumpulkan di museum didatangkan dari luar negeri dengan tujuan untuk menyempurnakan peneltian yang saya lakukan. Burung-burung dengan segenap keindahan yang dimiliki sebenarnya adalah sebuah keberadaan yang begitu terdzalimi dari sekian banyak serangga yang ada. Kupu-kupu tersebut terbang dalam bentuk berkelompok dari satu titik ke titik lainnya dan meghinggapi lahan-lahan pertanian dan merusak lahan pertanian tersbeut, kupu-kupu juga dapat menyisakan bakteri-bakteri yang menyebabkan penyakit bagi manusia.
[3] Guldzar akbari hal 266.
[4] Shegefti Haye Afarinash ,hal 20.

(Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kesempurnaan Ilmu Dan Budaya: Bimbingan Imam Mahdi As Dalam Mencari Ilmu Pengetahuan


Untuk mengenalkan kita akan masa pemerintahan Imam Mahdi As dimana masa itu adalah masa yang penuh dengan kegemilangan, masa ilmu pengetahuan, masa kerja dan usaha, masa yang penuh dengan kebaikan ini adalah masa yang memberikan kehidupan di seluruh sisi-sisi kehidupan dan dengan keajaiban-keajaiban yang ada pada alam penciptaan, ini adalah masa untuk mengetahui keagungan keberadaan semesta dan mengenal Imam Mahdi sebagai khalifatullah di atas bumi ini di mana beliau adalah saksi penciptaan bagi seluruh makhluk, berikut ini kami mengutarakan sebuah pertanyaan;

Seperti apakah makhluk hidup yang ada di puncak gunung yang paling tinggi dimuka bumi ini hingga padang pasir yang sangat luas sampai titik lembah yang paling dalam, dari permukaan laut yang tak terbatas hingga samudera yang paling dalam? Mahkluk ajaib yang seperti apakah hidup di tempat seperti itu? Apakah mungkin kita mengenal rahasia penciptaan alam keberadaan? Bagaimana cara kita dapat mengetahui rahasia di balik keberadaan penciptaan tersebut? Apakah selain dari saksi penciptaan terdapat orang yang mengetahui semua alam penciptaan tersebut? Apakah terdapat orang lain yang mengetahui alam penciptaan ini selain dari Imam Mahdi As?

Benar bahwa pada masa kemunculan Imam Mahdi As dunia akan dipenuhi dengan argumentasi, pengetahuan dan kecerdasan. Begitu juga dengan seluruh sisi dari kehidupan manusia senantiasa akan dibarengi dengan pengetahuan, argumentasi dan dalil. Imam Hasan Mujtaba as terkait dengan hal ini beliau mengatakan :” Bumi akan dengan dipenuhi dengan keadilan dan argumentasi”.[1]

Pada masa itu manusia diseluruh bumi melalui perjalanan ratusan tahun dengan satu malam dan hal-hal mereka tidak dapat pelajari semasa hidupnya mereka dapat mempelajarinya dalam beberapa kata saja. Untuk memberikan sebuah contoh akan meluasnya ilmu pengetahuan pada masa kemunculan imam Mahdi As berikut ini kami mengutarakan pertanyaan sebagai berikut : jika seseorang hendak melakukan sebuah penelitian yang begitu mendalam dan meluas dan ia mengetahui segala sesuatu yang terkait dengan hal tersebut akan tetapi ia sama sekali tidak mendapatkan bantuan dan pertolongan dari guru atau ustad yang memiliki keahlian dibidang tersebut, betapa orang tersebut akan melakukan penelitian yang sangat panjang dengan waktu yang bertahun-tahun. Apakah orang yang melakukan penelitian dengan cara yang seperti ini dapat mencapai apa yang ia inginkan. Akan tetapi jika orang yang seperti ini mendapat bantuan dari seorang guru atau seorang ustad yang memiliki keahlian dan kemampuan dibidang tersebut tentunya orang yang melakukan penelitian ini akan sampai pada apa yang ia inginkan dalam waktu yang sangat singkat dan apa yang ia cari akan ia temukan degan mudah.

Dengan bahasa lain ilmu pengetahuan kita dapat bagi menjadi dua bagian :
1. Belajar dari seorang guru yang memiliki pengetahuan akan hal tersebut dimana guru atau ustad tersebut memiliki pengetahuan yang sempurna di bidang itu.
2. Jika guru atau ustad atau buku yang terkait dengan apa yang hendak kita teliti itu tidak ada tentunya akan butuh pada penelitian dan pencarian dengan kerja dan usaha yang sangat banyak sehingga apa yang kita cari dapat kita temukan.

Tentunya perbedaan-perbedaan yang begitu banyak didalam pencarian ilmu pengetahuan dengan jalan mencari dan meneliti begitu juga dengan mempelajari akan memberikan perbedaan yang begitu penting sebagai berikut :
1. Kecepatan mempelajari ilmu pengetahuan jika kita mendapatkan pengajaran dari seorang yang mumpuni atau ahli dibidang tersebut tanpa membutuhkan penelitian tentunya akan mempersingkat waktu pembelajaran.
2. Hasil pasti dari ilmu pengetahuan ketika kita diajar oleh seorang guru yang ahli tentunya tidak lagi membutuhkan penelitian yang lama dan kita tidak lagi sia-sia atau ragu untuk tidak mendapat hasil sama sekali.


Catatan Kaki:

[1] Biharul anwar jilid 44 hal 21 dan jilid 52 hal 280.

(Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kesempurnaan Ilmu Dan Budaya: Ilmu Pengetahuan Yang Dimiliki Oleh Ahlul Bait As


Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh Ahlul bait As

Dengan berdasar pada keyakinan mazhab Ahlul Bait As dikatakan bahwa para nabi di zaman apapun mereka ilmu yang mereka miliki senantiasa berada diatas dari ilmu yang dimiliki oleh masyarakat pada masa itu di mana tidak satupun dari ulama dan ilmuwan dapat berhadapan dengan mereka dan dapat mengalahkan mereka pada setiap bahasan diskusi dan sejenisnya.

Ilmu yang dimiliki oleh Imam-imam Makzum As memiliki keutamaan dan kelebihan di bandingkan dengan ilmu yang dimiliki oleh ulama dan ilmuwan pada seluruh masa dimana ilmu pengetahuan mereka sama sekali bukan bandingan dengan ilmu yang dimiliki oleh para ilmuwan tersebut.

Keutamaan dari ilmu yang dimiliki oleh para makzumin As adalah bahwa ilmu mereka bukanlah ilmu yang di peroleh dengan cara belajar bahkan ilmu yang mereka miliki adalah ilmu yang merupakan kenikmatan yang di berikan oleh Allah Swt. Dengan demikian ilmu yang dimiliki oleh para makzumin As adalah ilmu yang berasal dari pengetahuan rahasia ilahi dan tentunya pengetahuan jenis ini lebih utama dari pengetahuan yang dimiliki oleh orang lain.

Meskipun riwayat-riwayat terkait dengan ilmu para makzumin As memiliki batasan yang berbeda dan bahasan terkait dengan hal ini akan butuh bahasan yang sangat panjang. Kita dapat mengatakan bahwa sumber perbedaan riwayat terkait dengan hal ini adalah perbedaan tingkatan pengetahuan orang yang disampaikan oleh Imam-imam Makzum As, perbedaan yang di karenakan oleh kemampuan dan kapasitas yang dimiliki oleh orang yang disampaikan. Kami mengatakan bahwa : ilmu yang dimiliki oleh Imam Mahdi As adalah ilmu yang lebih tinggi dari apa yang dimiliki oleh seluruh manusia yang ada di muka bumi karena beliau memiliki seluruh ilmu pengetahuan. Di dalam doa ziarah kepada Imam Mahdi As dikatakan : Innaka haizun kullu ilmin artinya engkau yang memiliki seluruh ilmu pengetahuan.[1]

Di dalam doa ziarah Nudbah juga dikatakan : “ Wahai Ali yasin! Allah memberikan maqam khalifah kepada kalian dan dari ilmu majari akan perintah penghakiman, pengaturan dan perencanaan dari kehendak alam malakut “[2].

Dengan bahasa yang di sampaikan melalui lizan doa seperti yang kami kutip diatas menjelaskan kepada kita bahwa bukan hanya alam kepemilikan ( materi ) yang berada dalam genggaman Imam Mahdi bahkan alam malakut itu sendiri berada dalam cakupan ilmu dan pengetahuan beliau. Dan berdasarkan bahasa dari sebagian riwayat tentang keajaiban-keajaiban pada masa kemunculan Imam Mahdi As dikatakan bahwa beliau juga akan menyempurnakan alam malakut tersebut.

Jadi kebangkitan yang akan di pimpin oleh Imam Mahdi As tidak hanya memiliki sisi dunia materi semata bahkan selain dari alam materi ini beliau juga akan menyempurnakan alam batin yang tidak terlihat sehingga keberadaan makhluk dari alam yang tak terlihat tersebut juga berada dalam naungan cahaya pemerintahan beliau.

Terkait dengan ilmu yang dimililki oleh Imam Makzum As merupakan sebuah bahasan yang sangat menarik akan bab pengetahuan yang dimiliki oleh Ahlul bait As, tentang bagaimana dan batasan dari pengetahuan tersebut di karenakan tidak memiliki hubungan yang cukup selaras dengan tema yang kami angkat pada buku ini menjadikan kami menjauhi bahasan tersebut.


Dengan demikian setiap Imam yang berada pada setiap zaman mengetahui segenap apa yang di miliki oleh manusia pada zaman itu. Setiap ilmuwan pada masa itu dari berbagai macam cabang pengetahuan yang mereka miliki mulai dari industri hingga permasalah-permasalahan ilmiah lainnya haruslah dapat di selesaikan oleh Imam Zaman mereka hal ini di sebabkan karena kesemestian maqam keimamahan dan kepemimpinan ilahi adalah ilmu yang ada pada mereka memiliki keutamaan dan kelebihan dari ilmu yang dimiliki oleh seluruh manusia yang ada dimuka bumi ini dan tentunya hal ini merupakan sebuah keutamaan dari Imam itu sendiri. Dan jika tidak demikian maka yang terjadi adalah dahulunya keutamaan dari yang memberikan keutamaan.

Dari penjelasan di atas maka ilmu yang dimiliki oleh imam Mahdi As adalah ilmu pengetahuan yang senatiasa lebih tinggi dari ilmu dan peradaban sebelum masa kemunculan beliau. Di bawah ini kami mengutip sebuah riwayat dari Imam Ridha As terkait dengan apa yang kami sampaikan sebelumnya: “ Sesungguhnya para nabi dan para Imam As di berikan kesuksesan oleh Allah dan di berikan kepada mereka pengetahuan dari tempat perbendaharaan dan hikmah yang tidak di berikan kepada selain mereka, maka ilmu yang mereka miliki di atas ilmu yang dimiliki oleh orang-orang di zamannya,[3] sebagaimana firman Allah :

“أَفَمَنْ يَهْدي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْ يُتَّبَعَ أَمَّنْ لا يَهِدِّي إِلاَّ أَنْ يُهْدى‏ فَما لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ”[4]

Artinya : “Maka apakah orang yang dapat memberi petunjuk kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memperoleh petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?

Dengan demikian ilmu pengetahuan jika ia berkembang dalam seluruh sisi yang ia miliki maka ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang imam melingkupi seluruhnya dan dapat di katakan sebagai lautan pengetahuan dari yang menampung seluruh tetesan air hujan, seluruh ilmu pengetahun akan hilang jika di bandingkan dengan pengetahuan yang mereka miliki dimana tetesan air hujan sebenarnya berangkat dari lautan itu sendiri.

Sebagaimana yang telah di sebutkan di dalam riwayat bahwa pada masa kemunculan Imam Mahdi As seluruh burhan dan argumentasi akan penuh sesak di bumi ini dan manusia di seluruh bidang kehidupan memiliki argumentasi dan dalil yang benar dari ilmu pengetahuan, sehingga para sahabat Imam Mahdi As mengalahkan musuh-musuh mereka dengan perkataan dan membimbing mereka menuju kebenaran itu sendiri.

Imam Mahdi As dengan perkatan dan penyampaian yang ia berikan kepada manusia saat itu menyeru dan menghidayai manusia sehingga dunia ini penuh dengan pengetahuan dan pandangan yang baru sehingga dengan ini kebenaran menjadi nampak dan kebatilan akan hancur dan hilang dari muka bumi ini. Seluruh keraguan dan kebimbangan yang yang ada dalam diri seorang manusia akan hilang.

Ini adalah sebuah kenyataan yang di bawah oleh Imam Mahdi As dan telah di sampaikan melalui doa-doa ziarah kepada beliau pada awal kelahiran beliau di bulan Syaban. Dikatakan : “ orang-orang dzalim beranggapan bahwa Allah telah membatalkan hujjahnya dan sekiranya bagi kami di berikan izin untuk berkata maka hilanglah segenap keraguan yang ada “[5].

Tentunya dengan hilangnya keraguan dan kebimbangan dalam diri manusia hati akan penuh dengan iman dan keyakinan dan ketika hati penuh dengan iman dan keyakinan maka akan terjadi perubahan kehidupan dan memberikan kesempurnaan bagi kepribadian seseorang.


Catatan Kaki:

[1] Mizabahuh Zair, hal 437, Shahifah Mahdiah, hal 630.
[2] Biharul Anwar , jilid 94, hal 37, Shahifah Mahdiah, hal 571.
[3] Kamalu Ad-Din Wa Tamamun Nimah, hal 670, Ushul Kaafi, jilid 1 hal 202.
[4] Surah Yunus ayat 35.
[5] Al-ghibah, Syeikh Thusi, hal 147.

(Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kesempurnaan Ilmu Dan Budaya: Perubahan Yang Luar Biasa di Masa Kemunculan Imam Mahdi As


Perubahan yang luar biasa di masa kemunculan Imam Mahdi As

Allah mengetahui bahwa dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan sempurnanya akal manusia perubahan besar yang seperti apa yang akan terjadi di dunia ini! Dan rahasia apa yang akan di perlihatkan dari rahasia penciptaan alam semesta ini!

Pada masa kegelapan keghaiban terkadang sebuah penemuan kecil memiliki sebuah manfaat dan memberikan sebuah perubahan besar dalam pikiran manusia di masa keghaiban ini. Sebagai contoh adalah penemuan sebuah teleskop dan kamera yang sangat kuat di mana kedua hal ini memberikan pengaruh yang luar biasa dalam penglihatan manusia? Begitu juga dengan pengetahuan manusia akan luas angkasa raya dan lebarnya langit diatas sana? Bagaimana anggapan para ilmuwan dan filosof tentang kebagaimanaan bumi dan bebintangan? Temuan-temuan yang seperti ini di karenakan kesempurnaan ilmu dan perdaban yang dimiliki oleh manusia, betapa akan luar biasa lagi jika hal ini di masa kemunculan Imam Mahdi As dimana manusia memiliki pengetahuan dan ilmu mereka senantiasa bertambah tentang hakikat dan rahasia dari penciptaan alam semesta dimana kita pada masa keghaiban ini tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui rahasia di balik penciptaan tersebut, pada masa itu apa saja kira-kira yang dapat di temukan oleh manusia dan efek keajaiban yang ada padanya?

Para ilmuwan di masa keghaiban sama sekali belum menemukan sebuah solusi akan anti materi, melewati batas waktu dan jalan menuju alam ghaib. Apakah anda mengetahui dengan di temukannya solusi dari hal-hal diatas dan terbukanya rahasia dari hal-hal tersebut betapa perubahan yang ajaib yang akan terjadi di alam penciptaan ini ? apakah kita dengan pengetahuan yang begitu sedikit ini kita dapat mengetahui keagungan pengetahuan tersebut?

(Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kesempurnaan Ilmu Dan Budaya: Cara Lain Untuk Memperoleh Ilmu Pengetahuan


Cara lain untuk memperoleh ilmu pengetahuan

1. Dengan indera penciuman
2. Dengan indera peraba
3. Dengan indera pengecap
4. Mempelajari ilmu pengetahuan dengan cara meta indera


1. Dengan indera penciuman

Indera penciuman yang ada pada manusia adalah salah satu dari indera dimana jika indera ini sampai pada tahap kesempurnaanya manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan melalui perantaraan indera ini. Sebagian orang dapat memperoleh ilmu pengetahuan menggunakan perantaraan indera penciuman ini sehingga pengetahuan mereka dapat bertambah. Didalam sebuah riwayat dikatakan dari Imam Ali Ibnu Abi Thalib beliau bersabda: Harumkan diri kalian dengan istigfar hingga bau dari dosa tidak menjadikanmu terhina !”[1]

Terdapa sebagian dari orang yang dapat mengetahui amal perbuatan yang di lakukan oleh seseorang dengan bau nafas yang dimiliki oleh orang tersebut. Hal inilah yang di sampaikan oleh Imam Ali As, supaya manusia beristigfar sehingga orang lain tidak mengetahui amal perbuatan yang kita lakukan.


Catatan Kaki:

[1] Biharul Anwar, jilid 6, hal 22 dan jilid 93, hal 278


2. Dengan indera peraba

Dikatakan bahwa di sekitar diri manusia terdapat aura atau lingkaran cahaya yang meliputinya, dari jenis dan warna aura yang ada pada diri manusia seseorang dapat memahami amal perbuatan yang di lakukan oleh orang tersebut. Orang yang dapat melihat aura yang dimiliki oleh seseorang dan mengenali berbagai macam jenis dari aura dari orang tersebut, ia dapat mengenali orang tersebut begitu juga dengan amal perbuatan yang ia lakukan. Aura yang ada di sekitar tubuh manusia umumnya terpusat pada tangan manusia, dengan demikian sebagian dari manusia dengan memberikan tangannya dan merabanya ia dapat mengetahui pikiran dan kondisi yang di alami oleh orang tersebut. Dengan demikian indera peraba yang dimiliki oleh manusia juga dapat memberikan pengetahuan pada diri manusia.

Sebagian orang dengan memegang pakaian atau sesuatu yang di miliki oleh orang lain ia dapat mengetahui kondisi dan keadaan ruhani yang dimiliki oleh pemilik pakaian tersebut dan ia dapat mengatakan bagaimana keadaan yang dimiliki oleh pemilik baju tersebut, banyak kisah-kisah yang di tulis terkait dengan model perolehan pengetahuan jenis ini.


3. Dengan indera pengecap

Indera pengecap juga dapat memiliki peranan sebagai peratara perolehan pengetahuan bagi manusia. Dari peristiwa yang kami kutip terkait dari wali-wali Allah , mereka dengan memakan roti atau makanan dapat mengetahui kondisi orang yang telah memasak makanan tersebut.

Dengan demikian penguatan indera yang ada pada manusia dan perolehan kehidupan yang sebenarnya tidak hanya menyebakan mata dan telinga manusia yang mendatangkan pengetahuan bagi mereka bahkan indera-indera lain yang di miliki oleh manusia itu sendiri dapat menjadi wasilah atau perantaraan pengetahuan bagi manusia itu sendiri, sebagaimana indera batin yang dimiliki oleh manusia juga dapat memberikan pengetahuan bagi manusia itu sendiri.


4. Mempelajari ilmu pengetahuan dengan cara meta indera

Poin lain yang sangat menarik untuk kita perhatikan pada bagian ini adalah mencari dan memperoleh pengetahuan dengan cara melihat dan mendengar dengan menggunakan kekuatan indera yang ada pada manusia dan keduanya berasal dari indera lahiriah tersebut. Dengan memperhatikan kesempurnaan yang ada di masa kemunculan Imam Mahdi As dimana kehidupan hati manusia menjadi sempurna begitu juga dengan akal yang mereka miliki maka untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan cara meta indera akan dengan mudah di temukan.

Dengan merenungkan dan memikirkan apa yang telah kami katakan maka akan dengan sangat mudah kita akan menemukan bahwa kehidupan hati dan kesempurnaan akal akan membuka jalan untuk mencari dan mendapat ilmu pengetahuan. Dengan demikian jalan mencari ilmu pengetahuan di masa dimana umumnya manusia memiliki akal yang sempurna dan hati yang hidup tidak hanya akan terbatas pada cara pendengaran dan melihat semata bahkan kemampuan meta indera juga akan dimiliki oleh manusia sehingga mereka dengan sangat mudah akan mendapatkan dan menambah ilmu pengetahuan yang mereka miliki.

Dengan melihat manfaat yang di akibatkan oleh hati yang hidup maka kita akan menemukan contoh-contoh jalan pencarian ilmu dengan menggunakan kekuatan meta indera. Pada masa kemunculan Imam Mahdi As yang merupakan masa ilmu pengetahuan, manusia dikarenakan kehidupan hati yang ada pada dirinya mereka sampai pada kekuatan meta indera ini dan dengan perantaraan ilmu pengetahuan ini mereka meninggikan budaya yang mereka miliki.

Pada masa pemerintahan sang Imam manusia tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan dengan cara mendengar dan melihat bahkan dengan hati dan bashirah yang mereka miliki ilmu pengetahuan juga dapat dapat bertambah bagi mereka. Dengan terbukanya jalan-jalan indera yang lain dan jalan meta indera bagi manusia maka terbuktilah bahwa jalan pencarian ilmu sama sekali tidak terbatas pada penglihatan dan pendengaran semata.

Poin lain yang dapat kita perhatikan bahwa ilmu pengetahuan pada masa itu menyebar kepada seluruh manusia dan menjadi hal yang biasa saja dimana ilmu pengetahuan nampak seperti sebuah inspirasi yang membuka pintunya bagi setiap orang sehingga semua dapat mengambil manfaat darinya sebagaimana yang telah di sebutkan dalam riwayat.

Hari ini setiap ilmuwan dengan pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki pada bidang ilmu mereka masing-masing sama sekali tidak memiliki kemampuan dalam memahami cabang ilmu pengetahuan lainnya, karena jalan pengetahuan yang ada hanya dengan melihat dan mendengar semata dan tentunya hal ini memberikan batasan pengetahuan bagi manusia itu sendiri baik untuk pencari ilmu ataukah bagi para ilmuwan itu sendiri.

Dengan memperhatikan kesucian dan kebersihan nafs yang ada pada diri seseorang, matinya setan dan sempurnanya akal yang dimiliki manusia tentunya akan memberikan kemudahan bagi manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan selain dari jalan mendengar dan melihat tersebut.

(Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kesempurnaan Ilmu Dan Budaya: Sisi-sisi Kesamaan Sejak Masa Kenabian Hingga Zaman Sekarang


Sisi-sisi kesamaan sejak masa kenabian hingga zaman sekarang

Dengan memperhatikan dan meneliti ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia sejak awal penciptaan melalui lizan para nabi As dan cara bagaimana ilmu pengetahuan tersebut di ajarkan kepada mereka begitu juga dengan ilmu yang di bawah oleh rasulullah Saw dan masa imam Makzum As hinggga zaman sekarang, kesemua dari ilmu pengetahuan tersebut memiliki sisi-sisi kesamaan dimana sama sekali tidak ada perubahan dan penambahan didalamnya.

Karena semua ilmu pengetahuan yang di bawah oleh para nabi As dan di ajarkan kepada manusia begitu juga dengan apa yang di bawah oleh rasulullah Saw dan para imam Makzum As lainnya dan setelah mereka para ilmuwan yang mengajarkan kepada seluruh manusia memiliki satu kondisi dari dua kondisi. Dan kondisi itu, umumnya masyarakat yang mengambil manfaat dari agama mereka di peroleh dengan cara mendengar atau melihat artinya semua manusia mengambil ilmu pengetahuan dari para nabi, baik ilmu-ilmu mereka di dapat dari apa yang tertulis di buku kemudian mereka baca ataukah mereka mendengar dari orang lain.

Perlu kita ketahui bahwa terdapat cara lain untuk mendapat dan memperoleh ilmu pengetahuan di mana masyarakat secara umum tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan kemampuan tersebut dan terkadang ada juga yang dapat menggunakan kemampuan tersebut meskipun hanya sedikit saja.

Jadi cara untuk mendapat dan memperoleh ilmu pengetahuan dengan segenap perkembangan dan kemajuan yang ada pada ilmu tersebut sejak zaman kenabian hingga sekarang adalah ilmu pengetahuan yang di peroleh dengan cara melihat dan mendengar. Jadi yang di maksudkan dengan dua bagian mungkin dalam mencari dan memperoleh ilmu pengetahuan hingga sekarang di peroleh dengan kedua cara di atas sampai masa kemunculan Imam Mahdi As akan seperti itu. Manusia akan memperoleh ilmu pengetahuan dengan cara melihat dan mendengar tersebut.

Umumnya masyarakat mendapat ilmu pengetahuan mereka dengan kedua cara ini akan tetapi dengan sempurnanya akal manusia maka akan terbuka jalan lain untuk mendapat ilmu pengetahuan selain dari kedua cara diatas seumpama di perolehnya ilmu pengetahuan dengan pemberitaan dari malaikat yang sama sekali bukan pendengaran dan bukan penglihatan sebagaimana hal ini telah di sebutkan dalam banyak riwayat. Jika rasionalisasi ini kita terima maka kita akan mengetahui betapa akan maju dan berkembangnya ilmu pengetahuan dengan cara yang luar biasa. Karena menurut bahasa riwayat yang kami artikan maka cara memperoleh ilmu pengetahuan bisa dikatakan mencapai tiga belas kali lipat dan sama sekali tidak berarti bahwa ilmu pengetahuan yang dimiliki hanya berjumlah tiga belas ilmu pengetahuan saja.

Jika kemajuan ilmu pengetahuan yang ada hingga hari ini berlipat ganda menjadi tiga belas kali lipat pada masa kemunculan Imam Mahdi As tentunya dengan memperhatikan tingkat kesempurnaan akal yang di miliki oleh manusia kamajuan yang di dapat hari ini adalah kemajuan yang tidak berarti apa-apa.

Pada riwayat yang ada terdapat alasan yang paling tidak karinah-karinah yang menjelaskan bahwa yang dimaksudkan oleh Imam Shadiq As dengan pengetahuan yang terbagi atas dua puluh tujuh kata bukanlah dua puluh tujuh bagian dari ilmu pengetahuan bahkan bermakna lain karena dikatakan bahwa : ilmu pengetahuan pada masa di turungkannya nabi hingga masa kemunculan dan kebangkitan Imam Mahdi As hanya dua kata pengetahuan saja. Jika yang dimaksudkan oleh Imam Shadiq As dengan dua kata ilmu pengetahuan adalah dua bagian ilmu pengetahuan maka mestinya tidak akan terdapat kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri akan terhenti, sehingga sejak masa kenabian hingga sekarang dan masa kemunculan Imam Mahdi As ilmu pengetahuan yang di miliki oleh manusia telah berkembang ratusan kali lipat dan sama sekali tidak stagnan dan tetap pada dua bagian ilmu pengetahuan tersebut. Untuk itu maka yang di maksudkan adalah cara untuk mendapatkan dan memperoleh ilmu pengetahuan itu sendiri.

Apa yang jelas dari masa kenabian hingga masa kemunculan imam Mahdi As adalah jalan dan cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan bagi manusia dimana cara untuk mendapat pengetahuan bagi manusia secara umum adalah dengan cara mendengar dan melihat tadi dan cara ini sama sekali tidak dilakukan oleh wali-wali Allah dimana mereka mendapat pengetahuan dengan cara yang berbeda. Dari membaca buku hingga menulis buku ataukah dengan cara mendengar ceramah-ceramah pelajaran yang telah di rekam melalui radio atau komputer dan berbagai macam alat yang di gunakan dalam melakukan proses belajar untuk kemajuan pengetahuan sama sekali tidak keluar dari kedua cara ini melihat dan mendengar.

Jika Imam Shadiq As berkata pada masa itu bahwa jalan dan cara mencari pengetahuan ada dua puluh tujuh bagian, apakah akan ada beberapa orang yang dapat menerima hal tersebut bahkan manusia yang ada hari ini berapa orang yang kira-kira akan menerima hal ini ?

Poin lain yang menarik untuk kita simak bersama adalah bahwa dalam riwayat di atas terkait dengan bukti-bukti yang telah di kutip di gunakan kata Harfan dan kata Harfaini sementara huruf adalah wasilah untuk mendapat ilmu pengetahuan dan bisa jadi yang di maksud oleh Imam Shadiq As bahwa huruf merupakan wasilah untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan sama sekali yang di maksud bukanlah seperti apa yang pertama kali terlintas di benak kita akan makna huruf dan Harfain.

Sebagaimana dari dua lafaz kalimat terkadang di gunakan dalam ayat dan riwayat yang berbeda dengan apa yang pertama kali kita pahami dalam benak kita dan hal ini merupakan huruf dan lafaz yang di gunakan untuk berbicara. Jadi jika rasulullah Saw dan ahlul baitnya begitu juga dengan nabi Isa As di istilahkan dengan kata “ kalimatullahi “ maka yang di maksudkan disini bukanlah huruf dan lafaz itu sendiri.

Jika kita memperlihatkan iradah dan kehendak yang kita miliki dengan kata dan kalimat maka hal ini merupakan tempat munculnya iradah yang kita miliki maka kata “Kalimatullah “juga merupakan iradah Allah yang menggunakan perantaraan yang nampak secara lahiriah. Dari sisi inilah Ahlul bait As juga di istilahkan dengan kata “Kalimatullah “ .

Huruf sendiri meskipun pada awalnya berarti sebagai sesuatu yang membentuk lafaz akan tetapi pada kenyataannya hal ini merupakan perantaraan untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Imam Hadi As terkait dengan ayat Al-Quran yang mengatakan :

وَلَوْ أَنَّ ما فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلامٌ وَ الْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ ما نَفِدَتْ كَلِماتُ اللهِ إِنَّ اللهَ عَزيزٌ حَكيمٌ

Artinya :” Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (laut itu kering), niscaya kalimat Allah tidak akan pernah habis. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”[1] Beliau mengatakan : kami adalah kalimatullah dimana keutamaan-keutamaan kami tidak akan di pahami dan tidak memiliki akhir.[2]

Untuk itu penjelasan dua puluh tujuh kata ilmu artinya dua puluh tujuh cara mempelajari dan memperoleh ilmu pengetahuan. jika manusia sebelum masa kemunculan Imam Mahdi As memperoleh ilmu pengetahuan dengan dua cara seperti yang kami sebutkan di atas - dengan mata dan telinga- maka pada masa kemunculan Imam Mahdi As dua pulu tujuh cara memperoleh ilmu pengetahuan akan di ajarkan oleh beliau.


Catatan Kaki:

[1] Surah lukman ayat 27.
[2] Biharul Anwar, jilid 50, hal 166.

(Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kesempurnaan Ilmu Dan Budaya: Penjelasan Riwayat


Penjelasan Riwayat

Poin yang terdapat dalam riwayat yang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan di mulai dari masa kenabian hingga masa imam-imam Makzum As dan sebelum tiba masa kemunculan Imam Mahdi As adalah dua dari seluruh ilmu pengetahuan yang akan di bawah oleh beliau , ilmu pengetahuan tidak akan berkembang lebih dari dua kata ilmu saja.

Karena jika berlandaskan dengan apa yang di bahasakan oleh Imam Shadiq As :
1. Seluruh ilmu pengetahuan yang di bawa oleh para nabi As hanya ada dua kata.
2. Hingga masa imam Shadiq As masyarakat sama sekali tidak mengetahui selain dari dua kata ilmu pengetahuan tersebut.
3. Pada masa kemunculan Imam Mahdi As dua puluh lima kata dari ilmu pengetahuan akan di ajarkan kepada manusia sebagai tambahan dari dua kata ilmu pengetahuan yangtelah di ajarkan kepada manusia.

Ilmu pengetahuan yang di ajarkan kepada menusia sejak zaman Imam Shadiq As hingga masa sebelum kemunculan Imam Mahdi As begitu berkembang pesat dari masa-masa kenabian maka kita tidak dapat berpegangan pada riwayat yang ada secara lahiriah semata. Kita dapat mengatakan bahwa yang di maksudkan oleh Imam Shadiq As adalah satu hal yang lain dimana periwayat tidak membahasakan riwayat secara jelas, karena satu hal yang jelas bahwa rasulullah Saw dan para imam makzum lainnya begitu juga dengan pengetahuan yang telah mereka ajarkan sama sekali tidak ada nabi yang sebelumnya telah mengajarkan hal tersebut kepada manusia sebelumnya.

Apakah yang di wasiatkan oleh rasulullah Saw dan para Imam Makzum lainnya adalah ilmu dan makrifah itu sendiri. di mana hal ini telah di bawah oleh nabi-nabi sebelumnya dan ahlul bait As sama sekali tidak melakukan perubahan di dalamnya dan tiada tambahan dalam ilmu pengetahuan tersebut? Jika memang demikian lantas apa yang menjadi keutamaan dan kelebihan Islam dari agama-agama sebelumnya?

Tentunya hal ini tidak dapat kita terima bahwa rasulullah Saw hanya membawa ilmu pengetahuan yang sama seperti yang di bawah oleh nabi-nabi sebelumnya. Dengan demikian kita harus mengatakan bahwa poin yang di maksud oleh imam Makzum As dengan riwayat Karena riwayat yang ada secara lahiriah nampak bersifat stagnan artinya masa dari kedatangan rasulullah Saw hingga masa imam Makzum As dari masa itu hingga masa kemunculan Imam Mahdi As terdapat sebuah keseragaman dan kesatuan sementara pada masa kemunculan Imam dan kebangkitan Imam Mahdi As stagnasi ini akan hilanng dan lenyap.

Jika yang di maksud dengan keseragaman dan kesatuan pada masa kedatangan rasulullah Saw dan masa kedatangan imam makzum lainnya hinggga masa kemunculan dan kebangkitan Imam Mahdi As adalah keseragaman ilmu pengetahuan maka ini akan kelihatan sebagai sebuah kesalahan karena begitu banyak dari pengetahuan muncul pada masa kemunculan Imam Shadiq As dimana riwayat yang ada di atas juga dari riwayat Imam Shadiq As dan Imam-Imam makzum lainnya dan sama sekali tidak di dapati dari lizan rasulullah Saw.

Dengan demikian kita sama sekali tidak dapat mengatakan bahwa yang di maksud dengan keseragaman dan kesatuan dalam hal ini adalah kesatuan ilmu pengetahuan tentunya dengan memperhatikan penambahan dan kemajuan ilmu pengetahuan akan tetapi kita dapat mengatakan jalan umum dari pencarian ilmu pengetahuan dengan mengunakan indera lahiriah yang di miliki oleh manusia senantiasa sama dan memiliki keragaman.

(Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kesempurnaan Ilmu Dan Budaya: Kemajuan Ilmu Pengetahuan di Masa Depan Menurut Mashab (Mazhab) Ahlul Bait As


Kemajuan ilmu pengetahuan di masa depan menurut mashab Ahlul bait As

Di bawah ini kami akan mengutip sebuah riwayat yang menjadi bukti akan menyebarnya dan meluasnya ilmu pengetahuan di seluruh dunia diantara para penghuni bumi pada seluruh cabang ilmu pengetahuan, riwayat ini dari Imam Shadiq As bahwa beliau bersabda : “ Ilmu memiliki dua puluh tujuh kata dan semua yang di bawah oleh para nabi hanya ada dua kata dan hingga hari ini manusia tidak mengenal selain dari dua kata tersebut, ketika bangkit Al-Qaim dari kami ia mengeluarkan dua puluh lima kata lainnya dan menyebarkannya di antara para penghuni bumi dan dua kata lainnya di tambahkan sehingga seluruhnya menjadi dua puluh tujuh kata pengetahuan yang menyebar di antara masyarakat “[1].

Poin-poin penting dari riwayat yang ada diatas.

Pada riwayat ini terdapat poin-poin yang dapat kita simak dan renungkan bersama di mana hal ini berbicara tentang masa depan dari ilmu pengetahuan yang memenuhi seluruh penjuru bumi, di bawah ini ada beberapa poin yang dapat kita ambil dari riwayat yang ada diatas:

1. Pada riwayat dari imam Shadiq As diatas dikatakan “ Pabatsaha fiin nasi “ adalah sebuah alasan yang menjelaskankan pentingnya hal ini dan ini berarti sangat umum, akan dipelajarinya, dan meluasnya ilmu pengetahuan di antara masyarakat. Dengan demikian pada masa itu seluru manusia akan menemukan jalan untuk meningkatkan ilmu dan budaya yang mereka miliki, tentunya hal ini menjelaskan bahwa pengetahuan pada masa itu tidak menjadi sebagian orang saja, artinya pada masa itu seluruh manusia akan memperoleh dan mendapat manfaat dari ilmu pengetahuan itu sendiri.

2. Sebelum kemunculan dan kebangkitan Imam Mahdi As ilmu pengetahuan tidak ada di antara masyarakat secara keseluruhan melaingkan sekelompok kecil dari masyarakat itu sendiri dan kelompok kecil ini juga sama sekali tidak memiliki pengetahuan akan seluruh ilmu pengetahuan bahkan hanya sebagian kecil dari ilmu pengetahuan tersebut.

3. Ilmu pengetahuan pada masa kesempurnaan bukanlah ilmu pengetahuan yang hanya ada pada masa ini, karena ilmu pengetahuan pada masa itu begitu luas dan menyeluruh. Pada masa itu manusia akan memiliki ilmu pengetahuan yang beraneka ragam dari seluruh cabang ilmu. Kata Al-ilmu di karenakan alif lam yang ada padanya berarti alif lam jins yang melingkupi seluruh jenis ilmu pengetahuan tanpa ada pengecualian ia meliputi zaman lampau masa sekarang dan akan datang hingga masa sebelum kemunculan dan kebangkitan dari imam Mahdi As dan pada masa kabangkitan beliau ilmu pengetahuan mencapai dua puluh tujuh kata.

Sejak zaman kenabian hinggga akhir zaman keghaiban seberapa majunya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia hanya dua dari kata ilmu yang di sebut dalam riwayat, dan pada masa kemunculan dan kebangkitan Imam Mahdi As dua puluh lima kata ilmu pengetahuan akan ditambahkan dan di ajarkan oleh Imam Mahdi As [2] sehinggga mewujudkan sebuah kebudayaan yang sangat agung dan sempurna diantara masyarakat manusia.

Apa yang di sampaikan pada zaman kenabian hingga masa Imam Shadiq As sampai masa sebelum kemunculan Imam Mahdi As dengan memperhatikan segenap ilmu pengetahuan yang di ajarkan oleh Imam Shadiq As dalam ilmu kimia, industri dan selainnya yang di ajarkan kepada Jabir dan sahabat khusus lainnya dan apa yang telah di ajarkan oleh beliau hingga masa sebelum kemunculan Imam Mahdi As berikut dengan kemajuan yang di dapati oleh pengetahuan tersebut semuanya hanyalah dua kata dari dua puluh tujuh ilmu pengetahuan yang akan di ajakan oleh Imam Mahdi As. Poin ini akan terwujud ketika pengetahuan yang di ajarakan oleh Imam Shadiq As muncul dan hingga hari ini masih menjadi satu hal yang mengherangkan bagi para ilmuwan hari ini.

4. Pada masa kemunculan Imam Mahdi As mereka akan mengetahui apa yang di maksud dengan ilmu pengetahuan ? dan siapakah yang di sebut dengan ilmuwan ? karena ilmu pengetahuan pada masa itu bersumber dari mata air wahyu dengan inayah dari Imam Mahdi As akan di sampaikan kepada masyarakat. Pada masa itu ilmu pengetahuan yang sebenarnya akan tersebar diantara manusia dan sama sekali bukan pengetahuan yang tidak memiliki dasar yang hanya di sandarkan pada anggapan dan teori yang di berikan kepada para pelajar.

5. Pada masa itu sama sekali tidak ada berita yang tersisa dari ilmu pengetahuan yang penuh dengan kebohongan dan tipuan dari para ilmuwan sehinggga tidak ada lagi manusia yang dapat di tipu atas nama ilmu pengetahuan. Pada masa itu ilmu pengetahuan adalah perantaraan yang membimbing manusia. Sehingga tidak ada lagi orang seumpama Arcimedes yang dapat menipu manusia selama 1600 tahun. Pada masa itu kitab-kitab klasik yang di gunakan untuk menjajah bangsa lain yang lemah dengan perencanaan yang matang tidak lagi di temukan ilmu yang di ajarkan dari kibuku-buku tersebut dalam bentuk doktrin dan perintah buta tidak lagi di temukan. Tidak ada lagi nilai yang di berikan berdasarkan uang sogokan dan nilai pesanan. Masa itu adalah masa di mana seluruh penduduk bumi menjadi ilmuwan dan kesemua mereka adalah ilmuwan yang benar-benar memiliki ilmu pengetahuan dan budaya yang maju dan sama sekali bukan pengetahuan yang di berikan atas dasar ijazah yang tidak sebenarnya sebagai hasil dari seorang ilmuwan.

6. Seluruh ilmu pengetahuan pada masa itu memiliki kesempurnaan dan di ajarkan kepada seluruh manusia. Artinya setiab cabang dari sebuah ilmu pengetahuan akan berkembang dengan sangat pesatnya hingga tingkatan pengetahuan yang paling terakhir dan kesemua hal ini seperti air yang mengalir di tengah manusia dan mereka mengambil manfaat darinya.

Pada masa kemunculan Imam Mahdi As masyarakat manusia dari sisi ekonomi, pertanian, dan keamanan akan berkembang dengan sangat pesat dan manusia dari kemajuan yang sangat pesat itu dapat memperoleh kenikmatan secara sempurna dari bidang-bidang kemajuan tersebut. Mereka mendapatkan manfaat secara sempurna dari ilmu pengetahuan tersebut dan mereka sama sekali tidak lagi merasakan kekurangan di dalam ilmu pengetahuan.


Catatan Kaki:

[1] Biharul Anwar ,jilid 52, hal 3336, Muhatasharul Bashaer, hal 320, Nawadirul akhbar, 278, dan al-kharaij ,jilid 2, hal 841.

[2] Jika kita mengamalkan riwayat ersebut secara lahiriah maka kemajuan ilmu pengetahuan hanya akan terbatas pada jumlah ilmu pengetahuan yg di sebutkan dalam riwayat akan tetapi jika kita mencoba untuk melakukan rasionalisasi akan riwayat maka dapat kita katakan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan pada keghaiban dengan masa kemunculan Imam Mahdi AS sama sekali tidak dapat di bandingkan.

(Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kesempurnaan Ilmu Dan Budaya: Masa Kemunculan Imam Mahdi As atau Masa Sempurnanya Ilmu dan Budaya


Masa kemunculan imam Mahdi As atau masa sempurnanya ilmu dan budaya

Hari ini dunia berada dalam laju perkembangan pengetahuan yang sangat cepat dan pencari penemuan rahasia-rahasia besar dari ilmu pengetahuan senatiasa dalam penantian yang besar, hingga wajah dunia menampilkan cahaya baru begitu juga dengan sisi-sisi kehidupan manusia yang menyerupai kehidupan penghuni surga.

Cita-cita ini hanya akan terjadi jika suara pemberi kehidupan kemaslahatan dunia meliputi seluruh sisi kehidupan dan setiap penghuni bumi mendengar nyayian jiwa kehidupan dari Imam Mahdi As.

Pada masa itu akan terjadi perubahan yang sangat besar di dunia dan imam Mahdi As akan memulai kebangkitannya bersama dengan orang-orang yang bersih dan suci, mereka menggunakan kekuatan luar biasa dengan bantuan dari kekuatan yang tidak terlihat dan kekuatan ghaib mereka akan mengubah takdir dunia dan dalam waktu yang sangat pendek seluruh sisi kehidupan manusia akan bersih dari segenap kedzaliman dan dengan cara inilah manusia akan sampai di akhir kesempurnaan mereka.

Pada pemerintahan ilahiyah yang di pimpin oleh Imam Mahdi As dunia ini akan di penuhi dengan ilmu pengetahuan dan masyarakat manusia akan menjadi manusia-manusia ilahi yang menemukan jalan kesempurnaan yang jauh lebih tinggi dan lebih mulia dari cara berpikir yang kita miliki hari ini.

Kesempurnaan akhir dari kekuatan-kekuatan akal di masa kemunculan Imam Mahdi As akan mewujudkan sebuah peradaban yang begitu agung di mana hari ini kita tidak mampu memahami peradaban masa itu. Bagaimana mungkin kita dapat mengetahui keagungan pemerintahan Imam Mahdi As sementara dalam akal kita sama sekali tidak memiliki keteraturan?

Kemajuan-kemajuan yang di dapat oleh komputer dan alat-alat komunikasi internasional dapat memberikan pendekatan pahaman kepada kita. Dengan menggunakan contoh yang dimiliki oleh sistem komputer kita akan memahami bagimana pemikiran manusia manjadi dinamis dan teratur. Karena keajaiban-keajaiban yang di tunjukkan komputer kepada kita memberikan kesiapan akan program dan perencanaan ilmiah yang ada di dunia ini hingga tahun-tahun yang tidak begitu jauh dari apa yang kita yakini.

Kesempurnaan-kesempurnaan yang seperti ini menjadi bukti kebenaran bahwa manusia dapat menjadi manusia-manusia ilahiah dan menyempurna dengan rahasia-rahasia yang tidak di kenal dan agung dimana hal-hal tersebut di luar dari apa yang ada di dalam benak manusia itu sendiri. Dengan alasan ini pula dalam penantian akan Imam Mahdi As tentang petunjuk-pentunjuk yang beliau berikan kepada kita sehingga manusia dapat sampai pada kekuatan-kekuatan dan kemungkinan maksimal dari akhir kekuatan akal yang ada pada diri manusia, ia akan menemukan surga di dunia ini yang menyerupai surga yang ada di akhirat sana dengan menyempurnakan iradah yang ada pada dirinya, mereka hanya menginginkan kebaikan dan hanya mereka yang mendapati kebaikan tersebut.

(Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kesempurnaan Ilmu Dan Budaya: Daftar Isi


Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Daftar IsI :

Masa kemunculan imam Mahdi As atau masa sempurnanya ilmu dan budaya.
Kemajuan ilmu pengetahuan di masa depan menurut mashab Ahlul bait As
Penjelasan riwayat
Sisi-sisi kesamaan sejak masa kenabian hingga zaman sekarang
Cara lain untuk memperoleh ilmu pengetahuan
*1 - Dengan indera penciuman
*2 - Dengan indera peraba
*3 - Dengan indera pengecap
*4 - Mempelajari ilmu pengetahuan dengan cara meta indera
Perubahan yang luar biasa di masa kemunculan Imam Mahdi As
Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh Ahlul bait As
Bimbingan imam Mahdi As dalam mencari ilmu pengetahuan
Efek dari pengaruh dari kehadiran imam mahdi as dalam mencari ilmu pengetahuan
Penemuan-penemuan di masa kemunculan Imam Mahdi As
Pelajaran dari doa Ali yasin terkait dengan bahasan di atas
Pemerintahan dunia untuk semua
Kemunculan Imam Mahdi atau awal dari permulaan
Ad-Din ( Agama ) berarti kehidupan dan perdaban yang maju
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang benar hanya dapat terwujud di bawah payung agama
Peran dari temuan-temuan yang ada hari ini
Penjelasan kekuatan-kekuatan di masa kemunculan imam Mahdi As
Perhatian akan riwayat
Melihat industri kekinian
Pada masa pemerintahan imam Mahdi as apa yang akan terjadi dengan temuan-temuan yang ada hari ini ?
Temuan-temuan yang merugikan akan dihancurkan
Ilmu sama sekali tidak dapat memimpin dunia
Masa depan dunia dan perang dunia
Temuan-temuan yang akan di hancurkan selain bom atom
Tidak dibutuhkannya alat perang
Kelompok ketiga dari temuan-temuan yang ada
Seruan menyeluruh dan tidak bermakna dari negara-negara barat
Kepada siapa kita harus mengikut?
Kesalahan yang dilakukan oleh Aristoteles, Copernicus, dan Bathlomius
Kesalahan yang dilakukan Pozidivinius
Kesalahan Archimedes
Kesalahan Edinton
Kesalahan Einsten
Kesalahan lain yang dilakukan oleh einsten
Ilmu pengetahuan adalah dalih bagi para pencari manfaat
Batasan ilmu pengetahuan

(Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kesempurnaan Ilmu Dan Budaya: Buku


Karya

Sayyid Murtadha Mujtahedi Sistani



Di terjemahkan dari :

Daulate karimeye Emame zaman As


Judul : kesempurnaan ilmu dan budaya

Karya : Sayyid Murtadha Mujatahedi Sistani 


Penerjemah : Idham M

(Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Sembilan Fakta Penting Tentang Indonesia


Pepatah klasik mengatakan, “Tak kenal maka tak sayang”. Dalam konteks Indonesia dahulu dan sekarang atau dalam istilah era milenial, “zaman old” dan “zaman now”, memahami secara luas tentang keindonesiaan memberikan energi positif terkait tumbuhnya rasa cinta dan sayang.

Ketika warga bangsa tidak memahami betapa kayanya Indonesia dari segala sisi, maka ia akan terjebal dengan primordialisme sempit. Dalam arti sikap tertutup (eksklusif) yang akan berdampak pada sikap apriori terhadap keberagaman bangsa Indonesia tersebut.

Abdul Ghopur dan Rizky Afriono, dua anak muda Nahdlatul Ulama (NU) yang kini aktif sebagai Dirketur dan Sekretaris di Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB) ingin menghadirkan kembali jiwa nasionalisme dan cinta tanah air di dada para pemuda dengan menulis buku Indonesia Rumah Kita: 9 Fakta yang Perlu Anda Ketahui.

Buku ini bukan hanya mengemukakan prinsip-prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi berupaya mengungkap sembilan fakta tentang Indonesia yang perlu dipahami masyarakat secara luas. Tidak lain dan tidak bukan, fakta tentang khazanah bangsa Indonesia yang digubah dalam buku ini ingin memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa Indonesia adalah bangsa besar dan bangsa kaya yang perlu dijaga.

Dengan mengungkapkan sembilan fakta tentang Indonesia guna menumbuhkan rasa mempunyai dan rasa cinta tanah air dalam diri warga bangsa, Ghopur dan Rizky sekaligus berusaha berusaha “menggugat” kembali makna dan semangat nasionalisme bangsa Indonesia yang kian hari kian menipis, meluntur, dan perlahan sirna. Sirna yang entah karena tergerus oleh eforia dan hempasan globalisasi atau memang sirna karena bangsa ini menghendakinya?

Buku ini juga hendak menggugah kesadaran kita bersama dan mengajaknya ke dalam serangkaian pengembaraan batin dan pemikiran pada “kekayaan” yang dimiliki Indonesia meliputi; sumber daya alam (SDA), keragaman etnis, suku, ras, bahasa dan budaya, adat istiadat, agama dan nilai-nilai kearifan yang terkandung di dalamnya.

Anugerah kekayaan alam yang luar biasa melimpah dan beraneka ragam jenisnya, selayaknya wajib disyukuri, dijaga dan tentunya dipelihara secara terus-menerus dari “tangan-tangan jahil” dan tidak bertanggung jawab, yang hanya mau mengeruk-kuras tanpa mempertimbangkan kelestarian dan keselarasan lingkungan. Sebab, manusia tidak dapat hidup tanpa adanya harmoni dan keselarasan terhadap alam dan lingkungannya.

Menyitir perkataan Bung Karno, “Barang siapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam.” Ini prinsip kerja keras yang ada pada diri masyarakat Indonesia sejak dulu hingga sekarang. Selayaknya, prinsip agung para pendiri bangsa ini diwariskan kepada generasi muda agar tertanam jiwa kerja keras untuk menjaga dan merawat Indonesia yang kaya ini.

Adapun sembilan poin yang diungkap dalam buku ringan setebal 110 ini ialah, pertama, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Kedua, Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia. Ketiga, Indonesia adalah negara dengan jumlah suku bangsa terbesar di dunia.

Keempat, Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbanyak saat ini. Kelima, Indonesia adalah negara dengan jumlah bahasa terbanyak kedua di dunia. Keenam, Indonesia adalah negara dengan sumber daya alam terlengkap.

Ketujuh, Indonesia dengan negara keragaman Fauna terbanyak di dunia. Kedelapan, Indonesia adalah negara dengan keragaman hayati laut terbanyak di dunia. Kesembilan, Indonesia adalah negara pertama yang merdeka setelah perang dunia kedua.

Kesembilan fakta menakjubkan tentang Indonesia tersebut bukan hanya diterangkan secara retoris oleh Ghopur dan Rizky, tetapi juga diungkapkan dengan bukti dan data-data konkret. Bahkan, mereka berdua mengemas deskripsi dari sembilan fakta tersebut secara historis. Sehingga membawa pembaca juga memahami sejarah Indonesia dan perkembangannya saat ini.

Menariknya, buku yang diterbitkan oleh Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB) pada Oktober 2017 ini menyisipkan lagu-lagu nasional di setiap akhir sembilan artikel fakta tersebut. Dua penulis buku lagi-lagi berupaya menginternalisasi nilai-nilai kebangsaan Indonesia lewat lagu-lagu tersebut. Sederhana, tetapi memberi pesan dan kesan mendalam di tengah krisis identitas seperti sekarang ini. Selamat membaca!


Data buku

Judul: Indonesia Rumah Kita: 9 Fakta yang Perlu Anda Ketahui

Penulis: Abdul Ghopur dan Rizky Afriono

Penerbit: Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB)

Cetakan: I, Oktober 2017

Tebal: xiv + 110 halaman

(NU-Online/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ebook: Ketika Agama Bawa Damai, Bukan Perang: Belajar Dari “Imam dan Pastor”


Agama sering menjadi sumber aksi-aksi kekerasan, tapi agama juga bisa menjadi sumber upaya-upaya binadamai. Kita sering terpaku pada yang pertama, kurang sekali melaporkan dan mempelajari yang kedua. Kita sudah tidak adil sejak dalam pikiran: kita mau agama menyebarkan kasih, tapi yang kita perhatikan melulu agama yang membawa perang.

Dua pengaruh agama di atas dialami Imam Muhammad Ashafa dan Pastor James Wuye dari Nigeria. Mereka contoh hidup pemimpin agama yang hijrah dari mendukung aksi-aksi kekerasan menjadi pengecamnya. Kisah mereka didokumentasikan dalam film The Imam and The Pastor (2006), yang banyak dipuji dan sekaligus mempopulerkan mereka sebagai “Imam dan Pastor”.

Buku ini, yang dipersiapkan untuk menyambut kedatangan keduanya di Indonesia, dimaksudkan untuk memperkenalkan dan meramaikan wacana agama dan perdamaian seperti diwakili “Imam dan Pastor”. Beberapa kasus agama dan binadamai dari Tanah Air juga diangkat untuk memperkuat wacana ini lebih lanjut.

Indonesia mungkin lebih baik secara umum dari Nigeria. Tapi hidup Imam Ashafa dan Pastor James, yang kebetulan orang Nigeria, mengandung banyak hal yang patut kita pelajari dan teladani.

Buku ini penting dibaca oleh para pengambil kebijakan, pekerja pembangunan dan hak-hak asasi manusia, dan para aktivis pluralisme yang mendambakan hubungan yang harmonis di antara berbagai agama dan kepercayaan di Indonesia.

Penulis: Diah Kusumaningrum, Ihsan Ali- Fauzi, Irsyad Rafsadie, Jacky Manuputty, James Wuye, Muhammad Ashafa, Nurul Agustina, Samsu Rizal Panggabean, Stella Hutagalung, Sumanto Al Qurtuby
Penerbit: PUSAD Paramadina
Editor: Ihsan Ali-Fauzi
Halamaniv + 237 halaman
ISBN9-789-797-720-575

Download Pdf Disini Ketika Agama Bawa Damai:
http://angkasa-news.blogspot.com/2017/10/kumpulan-buku-buku-milik-abns-sewaktu_25.html

(Paramadina-Pusad/suaraislam/Berbabai-Sumber-Lain/ABNS)

Abstraksi Singkat Sejarah Imam Husain as; Abstraksi Singkat Imam Husain as


I. Abstraksi Singkat Imam Husain as

Imam Abu Abdillah al-Husain, putra Ali bin Abu Thalib as, yang gugur sebagai syahid di Karbala adalah Imam ketiga dari rangkaian para Imam Ahlulbait setelah wafatnya Rasulullah saw. Pemimpin pemuda surga ini—seperti kesepakatan seluruh ahli hadis—adalah salah seorang dari dua pribadi yang darinya keturunan Rasulullah saw berlanjut.

Beliaulah salah seorang dari empat orang yang diajak Nabi Muhammad saw untuk ber-mubahalah dengan pemimpin kaum Nasrani Najran. Beliaulah salah seorang dari lima orang yang berada dalam selimut (al-Kisa’) Rasulullah. Allah telah menjauhkan mereka dari segala bentuk kekotoran dan nista serta mensucikan mereka dengan sesuci-sucinya. Beliaulah salah seorang dari anggota keluarga Rasulullah saw.

Allah Swt telah memerintahkan kita untuk mencintainya. Imam Husain adalah salah satu dari dua pusaka yang ditinggalkan oleh Rasulullah saw, pusaka yang akan menyelamatkan siapapun ang berpegang teguh
kepada keduanya dan akan tersesat bagi siapapun yang meninggalkan dan mengabaikannya.

Al-Husain dan saudaranya al-Hasan as tumbuh berkembang dalam asuhan ibu, ayah dan kakek yang suci dan penuh berkah. Dia mendapatkan tauladan akhlak yang agung dari sumber yang paling jernih yakni kakeknya, al-Musthafa saw yang menyayanginya. Dalam keluarga itulah dia mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang besar. Dia mewarisi tingkah laku, hidayah, sifat dan keberanian dari Rasulullah saw.

Karena itulah beliau memiliki kesiapan sebagai pemimpin besar setelah ayahnya, Ali al-Murtadha dan
saudaranya Hasan al-Mujtaba. Nabi Muhammad saw telah menjelaskan keimamahan Al-Husain dalam beberapa kesempatan kepada kaum muslimin. Di antara sabda beliau tentang kepemimpinannya adalah sebagai berikut:

“Al-Hasan dan al-Husain adalah dua imam, baik ketika berdiri (bangkit berjuang) atau duduk (berdamai).”
“Ya Allah sungguh aku mencintai keduanya, maka cintailah siapa pun yang mencintai keduanya.”

Imam Husain berkepribadian mulia dan mewarisi keutamaan para nabi sebagai pemimpin. Hirarki keturunannya paling terhormat. Seluruh muslimin mendapati kepribadian kakek, ayah dan ibunya dalam diri Imam Husain yang suci, tulus, gagah berani dan dermawan. Setiap orang yang mengenal beliau, niscaya teringat kepada kakek, ayah dan ibunya. Karenanya umat Islam mencintai dan mengagungkannya.

Kecuali keutamaan itu semua, Imam Husain menjadi satu-satunya rujukan untuk menyelesaikan segala problema dunia dan akhirat setelah ayah dan saudaranya syahid, khususnya ketika umat berada dalam kesulitan karena ditindas para tiran bar bar Bani Umayyah. Para tiran inilah yang menghimpit dan menyengsarakan mereka. Kejahatan Bani Umayyah tiada bandingnya.

Al-Husain sebagai satu-satunya wujud Islam yang hidup telah berhasil menyelematkan umat Muhammad saw
khususnya, dan kemanusiaan pada umumnya dari virus jahiliyah modern yang berbahaya.
Selama hidupnya, al-Husain menjelmakan kembali kepribadian ayah dan kakaknya.
Dia bersikap sama seperti ayahnya (Ali al-Murtadha) dan dan saudaranya (Hasan al-Mujtaba) yang menjadi insan sempurna, risalah yang hidup, pengejawantah keluhuran akhlak Nabi ketika bersabar
menanggung semua derita. Semua itu dilakukan karena Allah.
Al-Husain menolak kezaliman sebagai abdi-Nya.

Beliau memegang teguh kebenaran hingga menggelegarkan revolusi melawan kebatilan. Beliau simbol kepahlawanan, perjuangan di jalan Allah, wujud amar makruf dan nahi mungkar, teladan sempurna sebagai pribadi yang selalu mendahulukan kepentingan orang lain. Beliaulah wujud nyata pengorbanan yang menghidupkan nilai-nilai tinggi ajaran kakeknya, pemimpin para rasul. Oleh karena itu, Rasulullah Muhammad saw bersabda, “Husain dariku dan aku dari Husain.” Sabda ini berbanding lurus dengan ketinggian dan keagungan kepribadian al-Husain sebab Rasulullah saw sendirilah yang mendidiknya secara langsung.

Setelah kakeknya wafat, al-Husain dibimbing Fathimah az-Zahra, penghulu para wanita dan ayahnya Ali al-Murtadha, pemimpin kaum muslimin yang hidup pada era semaraknya penyelewengan kepemimpinan umat; kepemimpinan tanpa legalitas syariah. Pada era ini, Imam Husain as dan kakaknya masih sangat muda usianya. Meski dalam usianya yang muda, beliau memahami dengan sempurna arti kesengsaraan dan musibah yang mereka alami.

Masa belianya dijalani pa da masa kekhalifahan ke dua, Umar bin Khattab. Beliau menarik diri untuk terlibat langsung dalam kegiatan politik dan kekuasaan bersama saudara dan ayahnya. Beliau lebih banyak menghabiskan hari-harinya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Islam akan ajaran Islam yang murni karena beliaulah pewaris risalah Nabi, seperti ayahnya Ali bin Abi Thalib as.

Pada masa kekhalifaan Utsman, Imam Husain menginjak usia remaja. Beliau mengerahkan seluruh kemampuan demi Islam bersama ayahnya. Imam Husain dan ayahnya adalah benteng pelindung umat dari kerusakan sosial pada masa kepemimpinan Usman dan kroninya. Beliau tidak pernah bertindak melebihi si
kap ayahnya. Al-Husain menjadi prajurit murni yang dikomando syariat seperti ketetapan Rasulullah saw tentang kewenangan ayahnya Ali al-Murtadha as.

Pada masa kepemimpinan Imam Ali as, Imam Husain as selalu berada dalam barisan sang ayah yang memimpin umat serta bertahan dan menghadang serangan musuh. Al-Husain tidak mundur sejengkal pun ketika terjadi peperangan Nakitsin, Qasitin dan Mariqin, meskipun ayahnya sangat ingin dia dan saudaranya al-Hasan terus hidup agar keturunan Rasulullah saw tidak terputus jika keduanya mati. Keduanya selalu bersama Imam Ali bin Abu Thalib sampai sang ayah menghembuskan nafas terakhir. Keduanya menghadapi hal yang sama seperti ayahnya. Ali Bin Abu Thalib meneguk cawan syahadah di salah satu rumah Allah, di Mihrab Masjid Kufah, Irak. Kematian ayah Imam Husain terjadi pada waktu yang paling istimewa; ketika beribadah dan bermunajat kepada Allah, Pemilik Ka’bah. Ketika kepalanya tertetak pedang, Ali bin Abu Thalib as tersungkur sambil berteriak, “Fuztu Wa rabbil ka’bah (Demi Pemilik Ka’bah, aku telah meraih kemenangan).”

Setelah itu beliau bergabung dan menyatakan baiat kepada kakaknya, Hasan al-Mujtaba as, sebagaimana kaum muslimin di Kufah, dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikutinya. Imam Husain as tidak pernah mendahului atau bertindak tanpa izin saudaranya. Hal ini disebabkan Imam Hasan as telah ditunjuk sebagai pemimpin oleh ayah dan kakeknya. Al-Husain tetap mendukung secara total kepemimpinan kakaknya meski

Muawiyah melancarkan berbagai siasat licik serta adu domba untuk menjatuhkan Imam Hasan dan memporakporandakan kepemimpinan dan pemerintahannya.

Al-Husain sangat memahami strategi dan pencapaian saudaranya dengan sempurna. Imam Husain as memahami situasi dan kondisi umat Islam setelah ayahnya syahid. Pada saat itu berbagai rekayasa dan tipu daya Muawiyah menjadi penyebab banyaknya umat Islam awam mati. Masyarakat yang menjadi korban itu kebanyakan dari Kufah, pusat kekhalifahan Islam. Propaganda dan fitnah yang ditebar Muawiyah banyak menjadikan kalangan muslimin meragukan kebenaran Imam Ali dan kebijakan-kebijakan yang diambilnya.

Imam Hasan as dengan segala kepiawaian politiknya, keberanian dan kehebatan retorikanya, tidak juga menjadikan rakyat sadar atas tipuan, kepalsuan dengan dalih perdamaian yang dilakukan Muawiyah dan antek-anteknya. Tujuan Muawiyah menebar propaganda tersebut adalah untuk merampas kepemimpinan dengan harga murah. Semua itu memaksa Imam Hasan as untuk menerima tawaran perdamaian yang diajukan oleh Muawiyah, setelah semua strategi politik beliau terapkan.

Akal sehat tak lagi dikehendaki. Seorang pemimpin pilihan Nabi saw diragukan keabsahannya. Masyarakat Islam secara umum tidak berkenan menerima pemimpin Ilahiah.

Kondisi politik seperti ini memaksa Imam Hasan as melepaskan kursi khilafah, setelah menyepakati perjanjian damai dengan Muawiyah. Namun Imam Hasan as tidak pernah melegalkan kepemimpinan Muawiyah.

Terbukti syarat-syarat damai yang telah disepakati, semuanya dilanggar oleh Muawiyah. Kebusukan Muawiyah dan kepemimpinan Bani Umayyah telah terbukti ketika berkuasa.

Setelah melewati perjuangan yang sulit, termasuk menghadapi berbagai gangguan dan intimidasi segenap musuh dan pengkhianatan dari orang-orang terdekatnya, Imam Hasan as akhirnya berhasil menguak realitas
kepemimpinan Bani Umayyah yang menampilkan kembali masa jahiliyah dengan memakai baju Islam. Slogan perdamaian Muawiyah menjadikan mayoritas muslimin lupa diri. Strategi Muawiyah yang mengaku sebagai klan suku Quraisy, suku Rasulullah saw, menjadikan kaum muslimin lupa bahwa sebenarnya keluarga Abu Sufyan telah merampas tahta suci kepemimpinan atas nama Rasulullah. Padahal mereka adalah orang-orang yang memerangi Rasulullah dan Islam.

Dengan menandatangani perjanjian damai tersebut, berarti Imam Hasan telah mempersiapkan masyarakat untuk bangkit melawan kepemimpinan barbar Bani Umayyah yang mengenakan simbol Islam.

Muawiyah telah melanggar semua pasal perjanjian tersebut, temasuk di dalamnya keharusan untuk tidak mengganggu dan mengintimidasi para pengikut serta pecinta Ahlulbayt dan tidak mengangkat pemimpin setelahnya.

Pasal perjanjian tersebut membuat Muawiyah kehabisan akal dan strategi. Dia menempuh jalan pintas dengan meracun Imam Hasan as untuk dapat mewariskan kepemimpinan kepada anaknya, Yazid yang fasik. Namun Muawiyah tidak menyadari akibat pelanggaran dan konspirasi busuknya. Meski lama berselang, setelah dua periode kepemimpinan Bani Umayyah, akhirnya kaum muslimin mengetahui kebobrokan dan tindakan barbar yang dilakukannya.

Melihat kenyataan tersebut, masyarakat Syiah perlahan memiliki semangat bangkit melawan rezim yang sedang berkuasa. Hari demi hari semangat tersebut semakin kokoh hingga mencapai puncaknya ketika Muawiyah menemui ajal setelah menobatkan Yazid sebagai khalifah. Yazid adalah seorang fasik yang terang-terangan melanggar dan melecehkan aturan-aturan agama. Lelaki inilah yang memaksa para pemuka sahabat dan tabiin untuk membaiatnya. Si fasik ini sangat mengutamakan baiat Imam Husain as, imam kaum muslimin, figur yang menolak segala bentuk kompromi dan kezaliman.

Muawiyah berkuasa selama hampir dua puluh tahun. Selama itu pula dia mengumbar kekejian tak berprikemanusiaan. Dia menindas, membunuh, dan menipu. Tindakannya ini membuka tabir kepalsuan dirinya.

Akhirnya tidak sedikit ma syarakat yang sadar dan terjaga dari tidur panjangnya. Mereka mulai yakin bahwa langkah-langkah Ahlulbait as benar. Namun mereka tidak memiliki keberanian untuk bangkit melawan kezaliman yang mereka rasakan.

Farazdaq, seorang penyair terkenal saat itu berkata kepada Imam Husain as yang menuju Irak untuk memenuhi panggilan rakyat di sana, “Hati-hati dengan mereka yang mengundangmu namun pedang-pedang mereka terhunus untukmu.”

Imam Husain as merasa kewajiban syar‘i di pundaknya harus ditunaikan. Beliau harus bangkit dan melakukan revolusi. Surat-surat undangan rakyat Kufah kepada Imam Husain as berisi berita kesediaan mereka dipimpin oleh beliau. Bukan hanya itu, mereka juga memberi tahu bahwa antek-antek Muawiyah telah diusir dari kota itu.

Mereka meyakinkan bahwa kota itu telah dihuni masyarakat yang menyadari kebobrokan pemerintahan Muawiyah dan anaknya Yazid.

Situasi dan kondisi pada zaman Imam Husain as sangat berbeda dengan zaman kepemimpinan Imam Hasan as.

Pada zaman Imam Hasan as masyarakat berada dalam kubangan kebodohan. Mereka tidak sadar akan kebejatan Muawiyah. Pada masa itu revolusi tidak akan efektif. Imam Husain as menerima ajakan rakyat Kufah.

Secara bulat, Imam Husain as telah mengambil keputusan untuk bangkit dan melakukan revolusi. Keputusan ini tetap beliau jalankan meskipun beliau tahu dan sadar bahwa rakyat Kufah tidak akan mampu untuk setia kepada janji mereka sendiri.

Semangat rakyat Kufah akan dikalahkan oleh rayuan, teror, intimidasi rezim yang berkuasa. Namun, Imam Husain as tetap harus melakukan perubahan karena beliau harus mengobati penyakit baru yang menjangkiti muslimin waktu itu. Jika keputusan itu tidak beliau ambil, maka ajaran Islam akan lenyap dan sistem kepemimpinan Islam akan berubah menjadi sistem kerajaan atau kekaisaran.

Imam Husain as menjalankan keputusannya untuk menunjukkan bahwa kepemimpinan Yazid dan kroninya adalah ilegal. Tindakan beliau telah membuka mata dunia bahwa kepemimpinan Bani Umayyah telah menghidupkan kembali budaya jahiliyah berkedok Islam. Akhirnya semua tahu, merekalah yang telah berusaha sekuat tenaga untuk menghancurkan Islam.

Setelah semua syarat untuk bangkit melawan kezaliman telah terkumpul dan hasil-hasil serta tujuan yang akan diraihnya telah diperhitungkan secara sempurna dengan segala kemampuan, maka Imam Husain as merevolusi pola pikir dan budaya umat Islam. Sejarah mencatat konsep dan terapan revolusi beliau yang abadi.

Hati yang telah sekarat bahkan mati dihidupkan kembali oleh Imam Husain as. Sisi kemanusiaan yang sejak lama ditinggal oleh masyarakat telah tampil kembali karena misi Imam Husain as. Beliau telah membumikan pandangan dunia tauhid. Penolakan kepada penguasa tiran telah dikumandangkan oleh beliau. Jargon-jargon tipuan dan tabir kepalsuan telah disingkapnya.

Inilah tugas keagamaan yang disandangkan kepada beliau, jejak yang harus ditapaki oleh setiap generasi sepanjang masa.

Para tiran tidak mampu me reduksi nilai-nilai revolusi Imam Husain as. Mereka tak kuasa menghentikan dan memadamkan semangat revolusioner para pencinta al-Husain as sepanjang masa. Revolusi beliau telah menjadi mercusuar risalah bagi seluruh umat dan menjadi tolok ukur penilaian seluruh rezim dan penguasa.

Salam sejahtera baginya sang penyongsong syahadah.

(Dikutip dari buku: Abstraksi Singkat Sejarah Imam Husain as Bab I)

(Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Gambaran Hidup di Bawah Naungan Khilafah Turki Utsmani


Judul Buku : Living in the Utsmaniyah Realm: Empire and Identity, 13th to 20th CenturieS
Penulis        : Christine Isom-Verhaaren dan Kent F. Schull (eds.)
Penerbit      : Bloomington dan Indianapolis: Indiana University Press
Tahun         : 2016
Halaman     : 367 halaman
ISBN          : 9780253019431


Buku ini merupakan hasil kolaborasi antara dua sejarawan yang menggeluti sejarah awal modern (Isom-Verhaaren) dan sejarah modern (Schull). Buku ini ditujukan terutama untuk para pelajar atau mahasiswa dengan dua tujuan utama penulisan: untuk melacak perkembangan dan transformasi identitas Turki Utsmani sejak era kebangkitan hingga keruntuhan Daulah Utsmaniyah.

Buku ini juga untuk memberi gambaran sekilas kehidupan sehari-hari pada era Turki Utsmani berdasarkan kehidupan dan cerita tentang sosok-sosok dan tempat-tempat tertentu sepanjang sejarah Utsmaniyah.

Buku ini memiliki 22 bagian (artikel yang ditulis oleh para penulis yang berbeda) yang ditempatkan dalam empat bagian sesuai urutan waktu.

Bagian pertama mencakup periode dari abad XIII sampai XV (“Kemunculan dan Perluasan: Dari Beylik di Perbatasan hingga Imperium Kosmopolitan”) yang terdiri dari enam artikel. Artikel pertama menganalisis identitas pada periode paling awal dengan contoh hadiah/pemberian makanan (gratis).

Esai berikutnya (kedua) berfokus pada tiga kronik yang menggambarkan pergeseran yang terus berlangsung soal tapal batas Utsmaniyah-Bizantium dan perpaduan identitas yang ada di sana. Yang ketiga menggambarkan keadaan dua keluarga asal Genoa yang tinggal di Pera pada era penaklukan Istanbul; bagaimana penyesuaian mereka terhadap keadaan baru.

Selanjutnya artikel (keempat) tentang Mahmud-pasha Angelovic yang menjadi bagian dari pemerintahan Utsmaniyah melalui proses devshirme, namun tetap memiliki hubungan dekat dengan lingkaran Kristen dari mana ia berasal. Adapun dua artikel terakhir dari bagian pertama, yaitu artikel (kelima) yang menganalisis karya sejarawan Neshri dan interpretasinya tentang identitas Utsmaniyah dan artikel (keenam) yang menggambarkan jalan pemimpin Sufi yang mencoba untuk menggabungkan diri ke dalam jajaran elite Utsmaniyah selama masa interregnum, yang berujung kegagalan setelah memilih pihak yang “salah”.

Bagian kedua mencakup periode dari abad XV sampai XVII (“Ekspansi dan Keindahan Budaya: Terbentuknya Imperium Sunni Islam” atau khilafah). Bagian ini dimulai dengan sebuah artikel yang membahas upaya serius pertama untuk merumuskan identitas (keagamaan) Utsmaniyah oleh pejabat keagamaan terkemuka, Ibn-i Kemal.

Dua artikel berikutnya berfokus pada Aintab dan Al-Quds (Yerusalem); bagaimana kedua wilayah tersebut mengalami “Ottomanisasi” setelah ditaklukkan, yaitu lewat pengenalan administrasi Utsmaniyah di Aintab dan melalui berbagai proyek pembangunan besar-besaran di Al-Quds.

Esai berikutnya menggambarkan jalan hidup seorang pedagang Turki yang berasal dari Anatolia, tetapi membangun karirnya di Aleppo. Artikel terakhir di bagian ini membahas tentang Mihrimah Sultan, putri berpengaruh Sultan Sulaiman Al-Qanuni, yang memberi pengaruh bagi identitas visual İstanbul serta bagaimana hubungannya dengan ayahnya.

Bagian ketiga bergulat dengan periode dari abad XVII sampai XVIII (“Pergolakan dan Transformasi: Dari Penaklukan ke Negara Administratif”). Artikel pertama menganalisis berbagai catatan dan komentar orang-orang belakangan tentang penunjukan dan perilaku para birokrat Daulah Utsmaniyah.

Dua artikel berikutnya terkait catatan pelarian seorang janda Kristen dengan tiga anak perempuannya yang Muslimah, yang memicu ketegangan hubungan Turki Utsmani-Venesia, serta kasus seorang tentara Prancis yang “membelot ke Turki” untuk menghindari hukuman dari Jerman.

Artikel-artikel selanjutnya meneliti identitas Kepala Kasim Harem, krisis sosial-gender yang berujung pembunuhan Valide Sultan (Ibu Suri), dan kasus pasangan yang dituduh melakukan perzinaan. Esai terakhir menggambarkan kasus Dragoman dari Siprus.

Akhirnya bagian keempat (terakhir) membahas apa yang berlangsung dari abad XIX sampai XX (“Modernitas, Politik Massa, dan Nasionalisme: Dari Imperium ke Negara-Bangsa”). Artikel pertama berfokus pada visibilitas penguasa dan upacara-upacara publik yang mempengaruhi pola pikir etno-nasional rakyat Daulah Utsmaniyah. Bagian berikutnya menyelidiki peran Utsmaniyah dalam sains (yang Eurosentris) dan mempertanyakan identitas Utsmaniyah sebagai konsekuensinya.

Makalah berikut membahas kasus Duta Besar Turki Utsmani—yang Kristen—untuk Amerika Serikat, yang memata-matai komunitas Armenia di sana karena mengetahui kemungkinan plot mereka untuk melawan Daulah Utsmaniyah. Dua makalah terakhir berupa studi kasus tentang warga Yunani di bawah Turki Utsmani, yang terbelah antara condong ke Khilafah Utsmaniyah atau negara Yunani, dan tentang orang-orang Yahudi yang menjadi warga Turki Utsmani dan zionis pada saat bersamaan.

Melalui eksplorasi terhadap berbagai studi kasus dari berbagai sosok dan tempat yang secara berangsur-angsur menyatu ke dalam Khilafah Utsmaniyah, kumpulan artikel yang beragam di dalam buku ini mencoba untuk menggambarkan bagaimana identitas Utsmaniyah selama ini dan bagaimana itu berubah dari satu periode ke periode berikutnya.

Ini adalah langkah berani karena para ilmuwan masih memperdebatkan tentang apa yang sebenarnya membentuk identitas Turki Utsmani.

Pertanyaan di atas tidak mudah dijawab, meski dalam konteks Turki Utsmani sebagai negara-bangsa (nation-state), apalagi sebagai khilafah dengan warga yang multietnis dan multiagama. Editor dalam catatannya berkomentar dan menyimpulkan bahwa identitas Utsmaniyah “tidak statis, tetapi dinamis, dan identitas Utsmaniyah berubah-ubah sesuai dengan keperluan individual, regional, budaya, politik, imperial, maupun kedaruratannya” (hlm. 15).

Jadi, buku ini sebenarnya tidak membawa sesuatu yang benar-benar baru, tetapi yang penting adalah pentingnya memahami sunnatullah (hukum alami) yang berlaku bukan hanya bagi Daulah Utsmaniyah, tetapi juga bagi negara manapun atau sistem politik apa pun di dunia.

Di samping itu, jika dibaca secara jujur, tampak bagaimana faktor Islam terus melekat dan begitu mendasari dinamika terbentuknya identitas Turki Utsmani dari masa ke masa.

Jadi, apa artinya menjadi bagian dari Khilafah Utsmaniyah? Pastinya, latar belakang historis dan konsolidasi Turki Utsmani memainkan peran di dalamnya; bagaimana pada periode awal Daulah Utsmaniyah kepekaan tentang identitas negara tidak begitu jelas, tetapi pada periode terakhir, Khilafah Utsmaniyah berjuang untuk menanamkan rasa kesetiaan kepada bawahannya.


Apakah ini berarti bahwa bersikap setia kepada Khilafah Utsmaniyah sama dengan menjadi seorang Utsmani? Duta Besar Yunani—yang dibahas pada bab ke-20 —jelas seorang Utsmani, tetapi bagaimana dengan orang Prancis yang membelot ke Turki atau Dragoman dari Siprus? Apakah mereka juga orang Utsmani? Bagaimana pula dengan multiloyalitas orang-orang Yunani dan Yahudi, yang diselidiki di dua bab terakhir?

Buku ini menyiratkan bahwa pembaca perlu membedakan antara dua identitas: identitas khilafah/daulah dan identitas rakyat dan bagaimana yang pertama membentuk yang kedua. Misalnya, bab-bab tentang Yerusalem dan Aintab menggambarkan hal ini dengan menjelajahi arsitektur Turki Utsmani dan pengenalan administrasi pemerintahan Daulah Utsmaniyah di tingkat lokal. Meski demikian, aspek psikologis sebenarnya bisa memberi wawasan tentang identitas sejati dari para penghuni kota-kota ini, dan ini belum begitu terungkap.

Ada narasi (cerita) personal yang langka dari sudut pandang warga Daulah Utsmaniyah, tetapi sulit untuk membahas lebih jauh apa makna identitas Turki Utsmani bagi mereka.

Memang, kita bisa mengikuti perjalanan hidup seorang pedagang Anatolia di Aleppo, tapi apakah pembaca benar-benar mengetahui identitas ke-Utsmani-annya? Bab ke-19, misalnya, menunjukkan bahwa orang-orang yang sudah jelas Turki Utsmani saja bisa tidak tahu apa yang menjadi identitas Utsmaniyah ketika—setidaknya—harus menentukan tempat dan kontribusi mereka dalam sains.

Saat membaca semua bab buku ini, kesan yang muncul adalah bahwa identitas Utsmaniyah cenderung terus mengalami pergeseran dan negosiasi. Perhatikan sosok-sosok dalam buku ini, yang menunjukkan hal-hal berbeda sebagai berikut:

(1) berpihak kepada Turki Utsmani karena hal itu sesuai dengan kepentingan pribadinya (kasus pemimpin Sufi menggambarkan hal ini dengan baik),

(2) tidak terlalu memikirkan diri mereka sendiri sebagai warga Turki Utsmani dalam konteks ini (kasus orang Genoa di Galata atau janda Kristen yang melarikan diri), dan

(3) identitas Utsmaniyah berarti sebagai kesadaran untuk mempertahankan status atau berhubungan dengan elite negara (kasus Mahmut-pasha Angelovic atau Kepala Kasim).

Oleh karena itu, buku ini tidak menawarkan jawaban tegas soal identitas Utsmaniyah, tetapi secara sederhana menguraikan identitas penting yang dibiarkan terbuka. Inilah tujuan pertama buku ini sehingga pembaca yang ingin mendapat jawaban yang lebih spesifik mungkin akan kecewa.

Namun, dengan menganalisis sejarah periodik Turki Utsmani, pembaca dapat melihat ke dalam kehidupan sehari-hari orang Utsmaniyah yang cemerlang. Buku ini juga menawarkan biografi yang berwarna-warni tentang warga Khilafah Utsmaniyah dari berbagai latar belakang dan posisi (baik yang menjadi bagian pemerintahan maupun dari kalangan rakyat).

Bagaimanapun, inilah tujuan akhir buku ini—untuk memberi gambaran sekilas tentang apa itu Utsmaniyah. Kiranya itulah sebabnya buku ini—pada akhirnya—tidak menawarkan kesimpulan, melainkan justru pertanyaan untuk dipertimbangkan dan dikaji lebih lanjut.


Rujukan:

1. http://www.iupress.indiana.edu/product_info.php?products_id=807792
2. Jurnal Insight Turkey Volume 19 No. 1
3. http://insightturkey.com/living-in-the-Utsmaniyah-realm-empire-and-identity-13th-to-20th-centuries/book-reviews/10605

(Seraa-Media/berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Terkait Berita: