Seorang
warga Yaman berdiri di reruntuhan bangunan yang hancur di daerah
Al-Nahda di ibukota, Sana’a, setelah serangan udara intensif Saudi pada
tanggal 6 September 2015. (Foto: AFP)
Hizbullah mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “kejahatan tidak berhenti sejak awal agresi yang hampir enam bulan lalu,” TV al-Manar melaporkan pada hari Rabu (9/9/15).
Telah ada “eskalasi serius dalam dua hari terakhir, setelah pasukan Yaman membalas terhadap pasukan agresi, terutama ke [bandara] Safer ” tambah pernyataan itu.
Awal bulan ini, sumber lokal Yaman mengatakan ditemukan 103 mayat tentara asing di bandara al-Safer di provinsi Yaman tengah Ma’rib, di mana mereka berada di bawah serangan roket oleh pasukan gabungan tentara Yaman dan Komite Rakyat.
Hizbullah lebih lanjut mengecam organisasi kemanusiaan dan lembaga-lembaga internasional karena menutup mata terhadap kejahatan yang sedang berlangsung di Yaman.
Keluarga di Yaman melihat kerusakan setelah serangan udara Saudi di ibukota, Sana’a, pada tanggal 31 Agustus 2015. (Foto: AFP)
Pada tanggal 26 Maret, Arab Saudi, sekutu utama Washington di wilayah tersebut, mulai agresi terhadap Yaman – tanpa mandat PBB – dalam upaya untuk melemahkan gerakan Houthi Ansarullah dan mengembalikan kekuasaan mantan presiden Yaman, Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi, sekutu Riyadh.
Pada akhir Juni, Human Rights Watch menuduh AS terlibat dalam perang Arab Saudi terhadap Yaman, mengatakan bahwa Washington berpotensi bertanggung-jawab dalam serangan yang melanggar hukum karena Amerika Serikat terlibat dalam pengisian bahan bakar pesawat tempur di atas Yaman dan juga dalam memberikan intelijen untuk Saudi .
Konflik di Yaman sejauh ini telah menewaskan sekitar 4.500 orang dan ribuan lainnya luka-luka, kata PBB. Sumber lokal Yaman, bagaimanapun, mengatakan angka kematian jauh lebih tinggi.
PBB telah berulang kali menyuarakan keprihatinan atas meningkatnya jumlah korban sipil dalam agresi militer Saudi terhadap negara Arab miskin itu. []
(Mahdi-News/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email