Pesan Rahbar

Home » » BUKTI HADIS KEUTAMAAN IMAM ALI DAN AHLULBAIT AS

BUKTI HADIS KEUTAMAAN IMAM ALI DAN AHLULBAIT AS

Written By Unknown on Saturday, 30 January 2016 | 05:02:00


Siapa Yang Ingin Masuk Surga Hendakknya Mengikuti Ali dan Para Imam Suci Dari Ahlulbait as. (1)

Banyak sekali hadis keutamaan Imam Ali dan Ahlulbait as. yang telah disabdakan Nabi mulia Muhammad saw. Hadis-hadis tersebut tidak terbatas kepada menyebutkan kemuliaan dan keutamaan mereka, akan tetapi lebih dari itu, banyak diantaranya menekankan sederatan konsekuensi yang harus diyakini dan atau dijalankan dalam kehidupan beragama.

Di antara hadis-hadis tersebut adalah hadis-hadis di bawah ini:
(1) Hadis Riwayat Ibnu Abas ra.
Ath Thabarani dan ar RĆ¢fi’i meriwayatkan dengan sanad mereka kepada Ibnu Abbas ra., ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda:

Ł…َنْ Ų³َŲ±َّهُ أنْ يَحيا حياتي ŁˆŁŠŁ…ŁˆŲŖَ Ł…َŁ…Ų§ŲŖŁŠ، وَيَŲ³ْكُنَ Ų¬َنَّŲ©َ Ų¹َŲÆْنٍ ŲŗَŲ±َŲ³َها Ų±َŲØِّي، فَŁ„ْيُŁˆŲ§Ł„َ علِياً Ł…ِنْ ŲØَعدي، وَ Ł„ْيُŁˆŲ§Ł„ِ وَŁ„ِيَّهُ، وَŁ„ْيَŁ‚ْŲŖَŲÆِ ŲØِŲ£َهْŁ„ِ ŲØَيْتي Ł…ِن بعدي، فَ؄نَّهُŁ… Ų¹ِŲŖْŲ±َتي، Ų®ُŁ„ِŁ‚ُوا Ł…ِنْ Ų·ِيْنَŲŖِي، وَ Ų±ُŲ²ِŁ‚ُوا فَهْŁ…ِيْ وَŲ¹ِŁ„ْŁ…ِي، فَوَيْŁ„ٌ Ł„ِŁ„ْŁ…ُكَŲ°ِّŲØِيْنَ ŲØِفضَŁ„ْهِŁ…ْ Ł…ِن أمَّŲŖِي، القاطِŲ¹ِŁŠŁ† فِيْهِŁ… ŲµِŁ„َŲŖِي، لاَ أنَŲ§Ł„َهُŁ…ُ اللهُ Ų“َفاعَŲŖِي.

“Siapa yang gembira (ingin) hidup (seperti) hidupku, mati (seperti) matiku, menempati surga And yang ditanam (pepehonannya) oleh Tuhanku handaknya ia meyakini kewalian (kepemimpinan mutlak) Ali sepeninggalku, dan hendaknya ia meyakini kewalian walinya (pelanjutnya) serta berteladan (dalam agama) dengan Ahlulbaitku sepeninggalku, karena mereka adalah ‘Itrahku, mereka diciptakan dari tanah (bahan penciptaanku), mereka diberi kefahaman dan ilmuku. Celakalah orang-orang yang mendustakan keutamaan mereka dari umatku, yang memutus tali kekerabatanku (dengan mereka). Semoga Allah tidak memberikan syafa’atku untuk mereka.”

Sumber Hadis:
Hadis ini dapat Anda temukan dalam Kanz al ‘Ummal, 6/217, hadis no.3819, Muntakhab Kanz al ‘Ummal (dicetak dipinggir Musnad Ahmad,5/94, Hilyah al AuliyĆ¢’ darinya Ibnu Abil Hadid al Mu’tazili menukil dalam Syarah Nahjul Balaghah,2/450.

Tahqiq Sanad Hadis:
Seperti biasanya, kaum Nawashib di abad ini berusaha mencacat hadis-hadis keutamaan Imam Ali dan Ahlulbait as. dengan alasan-alasan palsu yang mereka banggakan dalam mendemonstrasikan kebencian mereka kepada manusia-manusia suci pilihan Allah SWT. Hadis ini juga termasuk menjadi sasaran panah-panah beracun kaum Nawashib, yang kerjanya hanya mendustakan hadis-hadis keutamaan Ahlulbait Nabi mulia as.. Karenanya, di sini kami perlu menjelaskan kualitas hadis tersebut agar menjadi jelas keshahihannya dan setelahnya ia akan menjadi bukti kuat bahwa keselamatan hanya akan diperoleh dengan mengikuti Ahlubait as. bukan dengan selainnya.

Sanad Hadis Dalam Musnad ar RĆ¢fi’i
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam ar RĆ¢fi’i dalam Musnadnya dengan sanad sebegaia berikut:

الحسن بن Ų­Ł…Ų²Ų© Ų§Ł„Ų¹Ł„ŁˆŁŠ Ų§Ł„Ų±Ų§Ų²ŁŠ ، أبو طاهر ، قدم Ł‚Ų²ŁˆŁŠŁ† وحدث بها عن Ų³Ł„ŁŠŁ…Ų§Ł† بن Ų£Ų­Ł…ŲÆ ، Ų±ŁˆŁ‰ عنه : أبو Ł…Ų¶Ų± ربيعة بن Ų¹Ł„ŁŠ Ų§Ł„Ų¹Ų¬Ł„ŁŠ ، فقال : ثنا أبو طاهر الحسن بن Ų­Ł…Ų²Ų© Ų§Ł„Ų¹Ł„ŁˆŁŠ Ł€ قدم Ų¹Ł„ŁŠŁ†Ų§ Ł‚Ų²ŁˆŁŠŁ† سنة 344 Ł€ ، ثنا Ų³Ł„ŁŠŁ…Ų§Ł† بن Ų£Ų­Ł…ŲÆ ، ثنا عمر بن حفس Ų§Ł„Ų³ŲÆŁˆŲ³ŁŠ ، ثنا Ų„Ų³Ų­Ų§Ł‚ بن ŲØŲ“Ų± Ų§Ł„ŁƒŲ§Ł‡Ł„ŁŠ ، ثنا ŁŠŲ¹Ł‚ŁˆŲØ بن Ų§Ł„Ł…ŲŗŁŠŲ±Ų© Ų§Ł„Ł‡Ų§Ų“Ł…ŁŠ ، عن ابن أبي رواد ، عن Ų„Ų³Ł…Ų§Ų¹ŁŠŁ„ بن Ų£Ł…ŁŠŲ© ، عن Ų¹ŁƒŲ±Ł…Ų© ، عن ابن Ų¹ŲØŲ§Ų³.

Hasan ibn Hamzah al Alawi ar RĆ¢zi; Abu Thahir, ia datang mengunjungi kota Qazwain dan menyampaikan hadis dari Sulaiman ibn Ahmad, darinya Abu Muhdar Rabi’ah ibn Ali al Ijli meriwayatkan, ia berkata, Abu Thahir ibn Hamzah al Alawi berkunjung ke kota Qazwain pada tahun 344 H, ia menyampaikan hadis kepada kami dari Sulaiman ibn Ahmad, ia berkata, Umar ibn Hafsh as sadĆ»si menyampaikan hadis kepada kami, ia berkata, Ishaq ibn Basyr al Kahili menyampaikan hadis kepada kami, ia berkata, Ya’qub ibn al Mughirah al Hasyimi menyampaikan hadis kepada kami dari Ibnu Abi RawwĆ¢d dari Ismail ibn Umayyah dari Ikrimah dari Ibnu Abbas ra.

Dan dari pemaparan sanad di atas jelaslah bagi kita sanad ath Thabarani. Beliau adalah Ahmad ibn Sulaiman yang disebut dalam mata rantai sanad di atas.

Sanad Hadis dalam Kitab Hilyah al AulaiyĆ¢’
Adapun sanad hadis ini dalam kitab Hilyah al AuliyĆ¢’ adalah sebagai berikut:

حدثنا فهد بن Ų„ŲØŲ±Ų§Ł‡ŁŠŁ… بن فهد ، ثنا Ł…Ų­Ł…ŲÆ بن زكريا Ų§Ł„ŲŗŁ„Ų§ŲØŁŠ ، ثنا ŲØŲ“Ų± بن مهران ، ثنا ؓريك ، عن الأعمؓ ، عن زيد بن ŁˆŁ‡ŲØ ، عن حذيفة ، قال : قال Ų±Ų³ŁˆŁ„ الله صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ [ ŁˆŲ¢Ł„Ł‡ ] ŁˆŲ³Ł„Ł… : من سره أن يحيا حياتي ، ŁˆŁŠŁ…ŁˆŲŖ Ł…ŁŠŲŖŲŖŁŠ ، ŁˆŁŠŲŖŁ…Ų³Łƒ بالقصبة Ų§Ł„ŁŠŲ§Ł‚ŁˆŲŖŲ© Ų§Ł„ŲŖŁŠ خلقها الله ŲØŁŠŲÆŁ‡ Ų«Ł… قال لها:ŁƒŁˆŁ†ŁŠ ŁŁƒŲ§Ł†ŲŖ ، ŁŁ„ŁŠŲŖŁˆŁ„ Ų¹Ł„ŁŠ بن ابي طالب من بعدي.
Ų±ŁˆŲ§Ł‡ ؓريك أيضا : عن الأعمؓ ، عن حبيب بن أبي Ų«Ų§ŲØŲŖ ، عن أبي Ų§Ł„Ų·ŁŁŠŁ„ ، عن زيد بن أرقم.
ŁˆŲ±ŁˆŲ§Ł‡ Ų§Ł„Ų³ŲÆŁŠ عن زيد بن أرقم.
ŁˆŲ±ŁˆŲ§Ł‡ ابن Ų¹ŲØŲ§Ų³ ، ŁˆŁ‡Łˆ غريب.
حدثنا Ł…Ų­Ł…ŲÆ بن المظفر ، ثنا Ł…Ų­Ł…ŲÆ بن جفعر بن Ų¹ŲØŲÆŲ§Ł„Ų±Ų­ŁŠŁ… ، ثنا Ų£Ų­Ł…ŲÆ ابن Ł…Ų­Ł…ŲÆ بن يزيد بن Ų³Ł„ŁŠŁ… ، ثنا Ų¹ŲØŲÆ الرحمن بن عمران بن أبي Ł„ŁŠŁ„Ł‰ Ł€ أخو Ł…Ų­Ł…ŲÆ بن عمران Ł€ ثنا ŁŠŲ¹Ł‚ŁˆŲØ بن Ł…ŁˆŲ³Ł‰ Ų§Ł„Ł‡Ų§Ų“Ł…ŁŠ ، عن ابن أبي رواد ، عن Ų„Ų³Ł…Ų§Ų¹ŁŠŁ„ بن Ų£Ł…ŁŠŲ© ، عن Ų¹ŁƒŲ±Ł…Ų© ، عن ابن Ų¹ŲØŲ§Ų³ ، قال : قال Ų±Ų³ŁˆŁ„ الله صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ [ ŁˆŲ¢Ł„Ł‡ ] ŁˆŲ³Ł„Ł… : من سره أن يحيا حياتي… .

Selain dengan jalur di atas, Abu Nu’aim al IsfahĆ¢ni juga meriwayatkan dalam Hilyah-nya dengan berbagai jalur lainnya dari beberapa sahabat Nabi saw. selain Ibnu Abbas ra.
Ibnu ‘AsĆ¢kir dan al Kinji meriwayatkannya dari jalur Abu Nu’aim dan setelahnya Ibnu ‘AsĆ¢kir berkata, “Ini adalah hadis munkar, di dalamnya banyak perawi yang majhĆ»l (tidak dikenal).” [1]

Ibnu ‘AsĆ¢kir juga meriwayatkan dari abu Nu’aim dengan sanad: dari Zaid ibn Wahab dari Hudzaifah dari Rasulullah saw.

Dengan sanad lain dari jalur Al Hafidz al Khathib al Baghdadi dari Abu Thufail dari Sayyiduna Abu Dzar ra. dari Rasulullah saw.[2]

Maka dengan demikian dapat Anda ketahui bahwa hadis di atas telah diriwayatkan ulama Ahlusunnah dari banyak jalur melalui empat sahabat Nabi saw.
1. Abdullah ibn Abbas ra.
2. Abu Dzar al Ghiffari ra.
3. Hudzaifah ibn al Yamân ra.
4. Zaid ibn Arqam ra.

Setelah ini, mari kita teliti dengan seksama sanad hadis di atas melalui jalur-jalur tersebut.
Hadis dari jalur Abu Dzarr dan Zaid ibn Arqam, tidak seorang pun mencacat kualitas para perawinya. Andai di dalamnya terdapat cacat pastilah mereka akan menerangkannya, seperti pada hadis-hadis dengan jalur lainnya.

Hadis Ibnu Abbas ra.
Adapun hadis riwayat sabahat Ibnu Abbas ra. telah dicacat oleh Ibnu ‘AsĆ¢kir dengan kata-katanya: “Ini adalah hadis munkar, di dalamnya banyak perawi yang majhĆ»l (tidak dikenal).” Dan Abu Nu;am berkata,“Gharib.”

Hadis Hudzaifah ra.
Adapun hadis dari sahabat Hudzaifah ra. kendati Ibnu ‘AsĆ¢kir dan Anu Nu’aim tidak mencacatnya, akan tetapi adz Dzahabi mencacatnya, seperti akan Anda saksikan nanti.

Tanggapan Penulis Atas Pencacatan Di atas
Adapun pencacatan Ibnu ‘AsĆ¢kir yang mengatakan: di dalamnya banyak perawi yang majhĆ»l (tidak dikenal), maka terbantah dengan:

A) Diamnya ath Thabarani dan ar Rafi’i ketika meriwayatkan hadis tersebut dari jalur ini padahal dalam kesempatan lain ia mencacat hadis dengan jalur lain.

B) Abu Nu’aim hanya mengatakan gharib! Dan seperti akan kami jelaskan bahwa pernyataan seperti sama sekali bukan pencacatan!

C) Perawi yang menukil hadis dari Ibnu RawwĆ¢d dalam jalur ath Thabarani dan ar RĆ¢fi’i adalah ya’qub ibn ibn Mughirah al Hasyimi, sementara dalam jalur Abu Nu’aim, Ibnu ‘AsĆ¢kir al Kunji disebut dengan nama Ya’qub ibn Musa al Hasyimi. Maka bisa jadi vonis kemajhulan itu muncul dari sini yaitu karena terjadinya perbedaan penyebutan nama dalam naskah-naskah yang ada.

D) Adapun vonis Ibnu ‘AsĆ¢kir yang mengatakan ia adalah hadis munkar, maka ia sama sekali tidak merusak dan mencacat hadis tersebut, sebab para ulama hadis, seperti an Nawawi mendefenisikan hadis munkar dengan:

Ł‡Łˆ الفرد Ų§Ł„Ų°ŁŠ لا يعرف متنه عن غير Ų±Ų§ŁˆŁŠŁ‡ ، وكذا أطلقه ŁƒŲ«ŁŠŲ±ŁˆŁ†…

“Yaitu hadis yang matannya (teks hadisnya) tidak dikenal kecuali dari perawinya yang tunggal. Demikian diistilahkan oleh banyak ulama.”

Defenisi itu ia nukil dari al Hafidz al BardƮji.[3]

E) Adapun kata-kata Abu Nu’aim bahwa hadis ini GharĆ®b, juga tidak mencederainya. Sebab istilah itu dapat saja disandang oleh hadis shahih. Status keghariban dapat bersatu dengan status keshahihan, karenanya para ulama sering mengatakan hadis ini atau itu gharib shahih.

An Nawawi menerangkan:

Ų§Ł„ŲŗŲ±ŁŠŲØ ŁˆŲ§Ł„Ų¹Ų²ŁŠŲ² : Ų„Ų°Ų§ انفرد عن Ų§Ł„Ų²Ł‡Ų±ŁŠ ŁˆŲ“ŲØŁ‡Ł‡ ممن ŁŠŲ¬Ł…Ų¹ Ų­ŲÆŁŠŲ«Ł‡ رجل بحديث Ų³Ł…ŁŠ : غريبا ، ف؄ن انفرد اثنان أو ثلاثة Ų³Ł…ŁŠ عزيزا ، ف؄ن Ų±ŁˆŲ§Ł‡ جماعة Ų³Ł…ŁŠ : Ł…Ų“Ł‡ŁˆŲ±Ų§.
ŁˆŁŠŲÆŲ®Ł„ في Ų§Ł„ŲŗŲ±ŁŠŲØ Ł…Ų§ انفرد راو ŲØŲ±ŁˆŲ§ŁŠŲŖŁ‡ أو بزيادة في متنه أو ؄سناده …
ŁˆŁŠŁ†Ł‚Ų³Ł… ؄لى صحيح ŁˆŲŗŁŠŲ±Ł‡ ŁˆŁ‡Łˆ الغالب

“Hadis GharĆ®b dan ‘AzĆ®z: jika seorang parawi seperti az Zuhri dan selainnya dari kalangan perawi yang hadisnya telah dirangkum oleh seorang perawi, maka ia dinamai gharĆ®b. Jika yang menyendiri itu dua atau tiga parawi maka dinamai ‘AzĆ®z. Jika diriwayatkan oleh jama’ah (kelompok orang) maka ia dinamai masyhĆ»r.
Dan masuk dalam bagian gharib adalah hadis yang perawinya menyendiri dengan meriwayat sebuah hadis atau adanya tambahan dalam matannya atau sanadnya.
Ia terbagi menjadi hadis shahih dan selainnya. Dan ia yang banyak.”[4]

Pencacatan adz Dzahabi:

F) Adapun pencacatan adz Dzahabi pada sanad hadis tersebut dari sahabat Hudzaifah, pencatatan itu dia utarakan ketika menyebut data hidup perawi bernama Bisy ibn Mahrân. Ia berkata:

ŲØŲ“Ų± بن مهران الخصاف،عن ؓريك. قال ابن أبي Ų­Ų§ŲŖŁ…: ترك أبي Ų­ŲÆŁŠŲ«Ł‡. ŁˆŁŠŁ‚Ų§Ł„: بؓير.
قلت: قد Ų±ŁˆŁ‰ عنه Ł…Ų­Ł…ŲÆ بن زكريا Ų§Ł„ŲŗŁ„Ų§ŲØŁŠ Ł€ Ł„ŁƒŁ† Ų§Ł„ŲŗŁ„Ų§ŲØŁŠ متهم Ł€ قال : حدثنا ؓريك ، عن الأعمؓ، عن زيد بن ŁˆŁ‡ŲØ، عن حذيفة، قال: قال Ų±Ų³ŁˆŁ„ الله صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ [ŁˆŲ¢Ł„Ł‡] ŁˆŲ³Ł„Ł…: من سره أن يحيا حياتي ، ŁˆŁŠŁ…ŁˆŲŖ Ł…ŁŠŲŖŲŖŁŠ، ŁˆŁŠŲŖŁ…Ų³Łƒ ŲØŲ§Ł„Ł‚Ų¶ŁŠŲØ Ų§Ł„ŁŠŲ§Ł‚ŁˆŲŖ، ŁŁ„ŁŠŲŖŁˆŁ„ Ų¹Ł„ŁŠّ بن أبي طالب من بعدي.

”Bisyr ibn MahrĆ¢n al KhashshĆ¢f dari SyarĆ®k. Ibnu Abi Hatim berkata, ‘Ayahku meninggalkan hadis riwayatnya. Ada yang menyebutnya BasyĆ®r.

Saya berkata, “ Muhammad ibn Zakaria al GhilĆ¢bi telah meriwayatkan darinya, akan tetapi al GhilĆ¢bi tertuduh. Ia berkata, ‘SyarĆ®k menyampaikan hadis kepada kami dari A’masy dari Zaid ibn Wahb dari Hudzaifah, ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda:

من سره أن يحيا حياتي ، ŁˆŁŠŁ…ŁˆŲŖ Ł…ŁŠŲŖŲŖŁŠ ، ŁˆŁŠŲŖŁ…Ų³Łƒ ŲØŲ§Ł„Ł‚Ų¶ŁŠŲØ Ų§Ł„ŁŠŲ§Ł‚ŁˆŲŖ ، ŁŁ„ŁŠŲŖŁˆŁ„ Ų¹Ł„ŁŠّ بن أبي طالب من بعدي.

“Siapa yang ingin hidup seperti hidupku dan mati seperti matiku serta berpegaang teguh dengan tangkai dari yaqut maka hendaknya meyakini kepemimpinan Ali ibn Abi Thalib sepeninggalku.”

G) Adapun Abu Hatim meninggalkan hadis Bisyr maka tidak perlu dihiraukan berdasarkan ucapan adz Dzahabi sendiri, ia berkata:

Ų„Ų°Ų§ ŁˆŲ«Ł‚ أبو Ų­Ų§ŲŖŁ… رجلا ŁŲŖŁ…Ų³Łƒ ŲØŁ‚ŁˆŁ„Ł‡ ، ف؄نه لا ŁŠŁˆŲ«Ł‚ ؄لا رجلا صحيح Ų§Ł„Ų­ŲÆŁŠŲ«. و؄ذا Ł„ŁŠŁ† رجلا أو قال ŁŁŠŁ‡ : لا يحتج به ، فلا ، ŲŖŁˆŁ‚Ł حتى ترى Ł…Ų§ قال ŲŗŁŠŲ±Ł‡ ŁŁŠŁ‡ ، ŁˆŲ„Ł† ŁˆŲ«Ł‚Ł‡ Ų£Ų­ŲÆ فلا تبن على تجريح أبي Ų­Ų§ŲŖŁ… ، ف؄نه متعنت في الرجال ، قد قال في طائفة من Ų±Ų¬Ų§Ł„ الصحاح : Ł„ŁŠŲ³ ŲØŲ­Ų¬Ų© ، Ł„ŁŠŲ³ ŲØŁ‚ŁˆŁŠ ، أو Ł†Ų­Łˆ Ų°Ł„Łƒ.

“Jika Abu Hatim mentsiqahkan seorang perawi maka pegangi ucapannya, sebab ia tidak mentsiqahkan kecuali paarawi yang shahih hadisnya. Dan jika ia melembekkan seorang perawi atau berkata, ‘Ia tidak dapat dijadikan hujjah’ maka berhentilah (menerima ucapannya) sehingga engkau memerhatikan ucapan ulama lainnya. Jika ada yang mentsiqahkannya maka jangan engkau membangun vonismu atas pencacatan Abu Hatim, sebab ia sangat berlebihan dalam mencacat parawi. Ia telah vonis banyak tokoh hadis dengan kata-katanya, ‘ia bukan hujja… ia tidak kuat atau semisalnya.”[5]

Ia juga berkomentar ketika menyebut biodata Abu Zar’ah:

ŁŠŲ¹Ų¬ŲØŁ†ŁŠ كثيرا ŁƒŁ„Ų§Ł… أبي Ų²Ų±Ų¹Ų© في الجرح ŁˆŲ§Ł„ŲŖŲ¹ŲÆŁŠŁ„ ، ŁŠŲØŁŠŁ† Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ Ų§Ł„ŁˆŲ±Ų¹ ŁˆŲ§Ł„Ų®ŲØŲ±Ų© ، بخلاف Ų±ŁŁŠŁ‚Ł‡ أبي Ų­Ų§ŲŖŁ… ، ف؄نه Ų¬Ų±Ų§Ų­.

“Saya sangat terpesona dengan dengan ucapan Abu Zar’ah dalam al jarh dan at ta’dil, ia mencerminkan kehati-hatian dan kedalaman pengetahuan, berbeda dengan rekannya; Abu Hatim ia banyak (gegabah dalam) mencacat.”[6]

H) Adapun tuduhannya terhadap al Ghilâbi sama sekali tidak berdasar. Ia tertolak sebab:
Pertama: Bukan hanya al GhilĆ¢bi yang meriwayatkan hadis tersebut dari Bisyr. Abu Abdillah al Husain ibn Ismail juga telah memutĆ¢ba’ahnya dalam meriwayatkan hadis tersebut dari Bsyr, seperti Anda saksikan dalam riwayat Ibnu ‘AsĆ¢kir.[7]

Kedua: Vonis dengan kata-kata muttaham/tertuduh masih butuh penjelasan. Lalu mengapa ia menglobalkan? Atas hal apa ia tertuduh? Sementara itu kita menyaksikan adz Dzahabi menyebut data hidup perawi ini dalam dua bukunya, Tadzkirah al HuffĆ¢dz,2/639 dan Siyar A’lĆ¢m an NubalĆ¢’,13/534 ia hanya menyebutnya sebagai yang wafat di tahun 290 H, tanpa menyebut-nyebut pencacatan sama sekali. Adapun dalam kitab al ‘Ibar-nya, ia menyebutkannya demikian:

Ł…Ų­Ł…ŲÆ بن زكريا Ų§Ł„ŲŗŁ„Ų§ŲØŁŠ Ų§Ł„Ų£Ų®ŲØŲ§Ų±ŁŠ، أبو جعفر، بالبصرة. Ų±ŁˆŁ‰ عن: Ų¹ŲØŲÆ الله بن Ų±Ų¬Ų§Ų” Ų§Ł„ŲŗŲ°Ų§Ł†ŁŠ ŁˆŲ·ŲØŁ‚ŲŖŁ‡ قال ابن حبان : يعتبر ŲØŲ­ŲÆŁŠŲ«Ł‡ Ų„Ų°Ų§ Ų±ŁˆŁ‰ عن الثقات.

“Muhammad ibn Zakaria al GhilĆ¢bi al Akhbari; Abu Ja’far… darinya Abdullah ibn RajĆ¢’ al GhidĆ¢’i dan para parawi setingkat dengannya meriwayatkan hadis. Ibnu Hibban berkata, hadisnya dapat dijadikan i’tibar jika ia meriwayatkan dari parawi tsiqah/terpercaya.”[8]

Sementara itu dalam kitab MĆ®zĆ¢n al I’tidĆ¢l-nya ia terjebak dalam fanatisme buta sehingga mencacat al GhilĆ¢bi tanpa dasar. Hanya karena sang perawi jujur ini bersedia meriwayatkan sabda suci Nabi saw. tentang keutamaan Ahlulbait Nabi as. bukan tentang keutamaan keluarga bani Umayyah atau musuh-musuh Ahlulbait lainnya.

Ł…Ų­Ł…ŲÆ بن زكريا Ų§Ł„ŲŗŁ„Ų§ŲØŁŠ Ų§Ł„ŲØŲµŲ±ŁŠ Ų§Ł„Ų£Ų®ŲØŲ§Ų±ŁŠ ، أبو جعفر،عن: Ų¹ŲØŲÆ الله بن Ų±Ų¬Ų§Ų” Ų§Ł„ŲŗŲÆŲ§Ł†ŁŠ، وأبي Ų§Ł„ŁˆŁ„ŁŠŲÆ ، ŁˆŲ§Ł„Ų·ŲØŁ‚Ų©. ŁˆŲ¹Ł†Ł‡ : أبو القاسم Ų§Ł„Ų·ŲØŲ±Ų§Ł†ŁŠ وطائفة. ŁˆŁ‡Łˆ ضعيف. ŁˆŁ‚ŲÆ Ų°ŁƒŲ±Ł‡ ابن حبان في كتاب (الثقات) ŁˆŁ‚Ų§Ł„: يعتبر ŲØŲ­ŲÆŁŠŲ«Ł‡ Ų„Ų°Ų§ Ų±ŁˆŁ‰ عن ثقة. ŁˆŁ‚Ų§Ł„ ابن مندة: ŲŖŁƒŁ„Ł… ŁŁŠŁ‡. ŁˆŁ‚Ų§Ł„ Ų§Ł„ŲÆŲ§Ų±Ł‚Ų·Ł†ŁŠ: يضع Ų§Ł„Ų­ŲÆŁŠŲ«.
Ų§Ł„ŲµŁˆŁ„ŁŠ، حدثنا Ų§Ł„ŲŗŁ„Ų§ŲØŁŠ: حدثنا Ų„ŲØŲ±Ų§Ł‡ŁŠŁ… بن ŲØŲ“Ų§Ų±، عن Ų³ŁŁŠŲ§Ł†، عن أبي Ų§Ł„Ų²ŲØŁŠŲ±، قال: ŁƒŁ†Ų§ عند Ų¬Ų§ŲØŲ±، فدخل Ų¹Ł„ŁŠ بن Ų§Ł„Ų­Ų³ŁŠŁ†، فقال Ų¬Ų§ŲØŲ±: دخل Ų§Ł„Ų­Ų³ŁŠŁ† فضمه Ų§Ł„Ł†ŲØŁŠ صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ [ ŁˆŲ¢Ł„Ł‡ ] ŁˆŲ³Ł„Ł… Ų„Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŁ‚Ų§Ł„: ŁŠŁˆŁ„ŲÆ لا ŲØŁŠŁ† هذا ابن ŁŠŁ‚Ų§Ł„ له Ų¹Ł„ŁŠ، Ų„Ų°Ų§ ŁƒŲ§Ł† ŁŠŁˆŁ… Ų§Ł„Ł‚ŁŠŲ§Ł…Ų© نادى مناد ؛ Ł„ŁŠŁ‚Ł… سيد Ų§Ł„Ų¹Ų§ŲØŲÆŁŠŁ† ، ŁŁŠŁ‚ŁˆŁ… هذا. ŁˆŁŠŁˆŁ„ŲÆ له ŁˆŁ„ŲÆ ŁŠŁ‚Ų§Ł„ له: Ł…Ų­Ł…ŲÆ، Ų„Ų°Ų§ Ų±Ų£ŁŠŲŖŁ‡ Ł€ يا Ų¬Ų§ŲØŲ± Ł€ فأقرأ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ Ł…Ł†ŁŠ السلام.
فهذا كذب من Ų§Ł„ŲŗŁ„Ų§ŲØŁŠ… .

“Muhammad ibn Zakaria al GhilĆ¢bi al Bashri al Akhbari; Abu Ja’far, meriwayatkan hadis dari Abdullah ibn RajĆ¢’ al GhidĆ¢i, Abu al WalĆ®d dan yang setinggkat dengannya. Dan darinya Ath Thabarani dan yang setingkat dengannya. Ia dha’Ć®f. Ibnu Hibban menyebutkannya dalam kitab ats TsiqĆ¢t-nya dan berkata, ‘Ia hadisnya dapat dii’tibarkan jika ia meriwayatkannya dari parawi tsiqah (jujur terpercaya).’ Ibnu Mandah berkata, ‘Ia diperbincangkan.’ Dan Ad DĆ¢ruquthni, ‘Ia memalsu hadis.’ Ash ShĆ»li berkata, ‘al GhilĆ¢bi menyampaikan hadis kepada kami, ia berkata, Ibrahim ibn Basysyar menyampaikan hadis kapada kami dari Sufyan dari Abu Zaubair, ia berkata, ‘Kami duduk di sisi Jabir (ibn Abdillah al Anshari) lalu datanglah Ali ibn Husain, maka Jabir berkata, ‘Pada suatu hari, (Imam) Husain masuk menemui Nabi saw., lalu beliau memeluk dan mengendongnya, lalu bersabda, “Dia ini akan dikarunia seorang putra bernama Ali, kelak di hari kiamat penyeru akan menyerukan, ‘Hendaknya berdiri penghulu para sajid (yang menghambakan diri kepada Allah), maka dia itu yang akan bangkit/berdiri.’ Dan ia (Ali ibn Husain) akan dikarunia seorang anak bernama Muhammad, jika kelak engkau melihatnya maka sampaikan salamku kepadanya.”
Ini adalah kebohongan dari al GhilĆ¢bi !” [9]

Nah sekarang Anda dapat mengerti mengapa mereka getol mencacat al GhilĆ¢bi dan menuduhnya sebagai pemalsu dan pembohong! Anda al GhilĆ¢bi menyampaikan kabar bahwa Nabi saw. berpesan kepada Jabir agar menyampaikan salam kepada Yazid atau Abdul Malik ibn Marwan atau semisalnya, pastilah ia akan mendapat gelar Pendekar Sunnah, Muhyi as Sunnah/penyegar Sunnah! Tetapi karena semua kehormatan itu untuk Ahlulbait as. maka ia layak disebut sebagai pembohong dan pemalsu hadis… Karena sebab ia berani menyapaikan riwayat-riwayat keutamaan Ahlulbait as. maka ia menjadi tertuduh, muttaham!

Akan tetapi permasalahannya lebih dari sekedar itu, al Ghilâbi adalah seorang Akhbari, ahli sejarah. Rata-rata karya tulisnya tentang sejarah dan keutamaan Ahlulbait as. Namun demikian tidaklah samar bagi Anda bahwa pencacatan dengan alasan seperti itu tidak bernilai.

Kesimpulan:
Maka dengan demikian hadis di atas termasuk dari jalur al Ghilâbi adalah kuat dan tak terdapat padanya cacat yang berdasar. Pentsiqahan Ibnu Hibbân terhadap al Ghilabi tak tertandingi! Wal hamdulillah!
Pendustaan Adz Dzahabi Atas Hadis Jabir ra. Tidak Berdasar!

Hadis Jabir ibn Abdillah al AnshĆ¢ri ra. yang karenanya adz Dzahabi tanpa segan-segan menvonis al Ghilabi sebagai pembohong yang memalsunya… Hadis Jabir tersebut ternyata telah diterima oleh banyak ulama terkemuka Ahlusunnah yang hidup sebelum adz Dzahabi. Ibnu ‘AsĆ¢kir dengan sanadnya kepada Abu Bakar Muhammad ibn Yahya ash ShĆ»li dari al Ghilabi dari Ibrahim ibn BasysyĆ¢r dari Sufyan ibn ‘Uyainah dari az Zuhri…

Dan dari Ibnu ‘AsĆ¢kir para ulama setelahnya meriwayatkannya, seperti al Kinji asy Syafi’i, ia berkata,

هذا حديث Ų°ŁƒŲ±Ł‡ Ł…Ų­ŲÆŲ« الؓام في مناقبه ŁƒŁ…Ų§ أخرجناه ، ŁˆŲ³Ł†ŲÆŁ‡ Ł…Ų¹Ų±ŁˆŁ عند أهل النقل.

“Ini adalah hadis telah disebutkan oleh tokoh Muhaddis negeri Syam dalam ManĆ¢qib-nya seperti kami riwayatkan. Dan sanadnya ma’rĆ»f/dikenal dikalangan ahli hadis.”[10]

Sedangkan Ibnu Hajar menyebutnya dengan penuh kepastian tanpa harus mempermasalahkan statsu sanadnya, dan kemudian ia berkomentar:

ŁˆŁƒŁŲ§Ł‡ ؓرفا أن ابن Ų§Ł„Ł…ŲÆŁŠŁ†ŁŠ Ų±ŁˆŁ‰ عن Ų¬Ų§ŲØŲ±.

“Daan cukuplah kemuliaan bahwa al MadĆ®ni meriwayatkan dari Jabir.”[11]

Andai riwayat tersebut tidak shahih tidak mungkin ia mengatakan demikian.

Demikian juga dengan Syeikh KamĆ¢luddin Muhammad ibnu Thalhah meriwayatkannya dalam kitabMathĆ¢lib as Su’Ć»l: 43. Beliau adalah tokoh besar ulama dan ahli fikih. Adz Dzahabi sendiri menyebutkan data hidupnya dalam banyak kitabnya dan memujinya. Demikian juga dengan para ulama lainnya, semuanya memujinya.

Kami tidak heran jika adz Dzahabi dengan serta merta mendustakan riwayat ‘Salam Nabi saw. untuk dua putra kebanggaan beliau; Imam Zainal Abidin dan Imam Muhammad al Baqir as.’, karena memang sudah sering ia bersikap seperti itu terhadap hadis-hadis keutamaan Ali dan Ahlulbait as.

Ketiga: Setelah ini semua, anggap kita terima kelemahan hadis ini dari jalur sahabat Hudzaifah… maka sesungguhnya berhujjah dengan hadis dengan jalur-jalur lain sudahlah cukup. Tidakkah telah Anda saksikan bagaimana Ibnu ‘AsĆ¢kir yang mencacat sanad/jalur riwayat Ibnu Abbas ra., ia sama sekali tidak mencacat hadis tersebut dari jalur Zaid ibn Arqam dan Abu Dzarr, sebagaimana ia mencatat hadis Hudzaifah?! Bukankah ini semua bukti nyata bahwa hadis itu dengan jalur tersebut shahih?!

Keempat: Andai kita terima anggapan bahwa seluruh jalur hadis tersebut lemah, dha’Ć®f, bukankah telah ditetapkann dalam kajian Ilmu Hadis di kalangan para ulama bahwa hadis lemah, jika terdukung oleh banyak jalur maka mia dapat diangkat sebagai hujjah?!

Al Munnâwi berkomentar -setelah mendiskusikan beberapa hadis- membantah Ibnu Taimiyah:

ŁˆŁ‡Ų°Ł‡ الأخبار ŁˆŲ„Ł† فرض ضعفها Ų¬Ł…ŁŠŲ¹Ų§ ، Ł„ŁƒŁ† لا ŁŠŁ†ŁƒŲ± ŲŖŁ‚Łˆّي Ų§Ł„Ų­ŲÆŁŠŲ« Ų§Ł„Ų¶Ų¹ŁŠŁ Ł€ بكثرة طرفه وتعدد Ł…Ų®Ų±Ų¬ŁŠŁ‡ Ł€ ؄لا جاهل بالصناعة Ų§Ł„Ų­ŲÆŁŠŲ«ŁŠŲ© أو Ł…Ų¹Ų§Ų¦ŲÆ Ł…ŲŖŲ¹ŲµŲØ ، ŁˆŲ§Ł„ŲøŁ† به أنه من Ų§Ł„Ł‚ŲØŁŠŁ„ Ų§Ł„Ų«Ų§Ł†ŁŠ.

“Hadis-hadis ini walaupun anggap ia lemah semua, akan tetapi tidak akan mengingkari bahwa hadis itu dapat dihukumi kuat dengan banyaknya jalur dan berbilangnya periwayatnya kecuali seorang yang jahil tentang ilmu hadis atau penentang kebenaran yangt degil. Dan dalam dzan/hemat sama ia (Ibnu Tamiyah) termasuk yang kedua.”[12]

Dan untuk orang seperti Ibnu Taimiyah dan adz Dzahabi dapat dipastikan sikap penolakannya didasari atas penentangan dan fanatisme!

Al Khitâm:
Dan akhirnya, menjadi jelaslah bagi kita status hadis di atas dengan beragam jalurnya. Semoga kita diberi taufiq Alllah untuk tunduk kepada kebenaran dan mengikuti jalan manusia-manusia suci Muhammad saw. dan Ahlulbait beliau as.

________________________________________

Referensi:
[1] Tarikh Damasqus (pada biodata Imam Ali as.),2/95 hadis no. 596, Kifâyah ath Thalib; al Kinji:214.
[2] Tarikh Damasqus,2/98 dan 99.
[3] Tadrîb ar Râwi,1/199.
[4]Ibid.
[5] Siyar A’lĆ¢m an NubalĆ¢’,13/247.
[6] Ibid, 13/65.
[7] Tarikh Damasqus,2/98.
[8] Al ‘Ibar Fi Khabari Man Ghabar,1/418.
[9] MĆ®zĆ¢n al I’tidĆ¢l,3/55.
[10] Kifâyah ath Thâlib:448.
[11] Ash Shawâiq:120.
[12] Faidhul QadĆ®r-Syarah al JĆ¢mi’ ash ShaghĆ®r,3/170.

(Prajurit-Al-Mahdi/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: