Dosen Monash University asal Indonesia Prof Dr H Nadirsyah Hosen LLM MA PhD mengatakan Islam harus banyak melahirkan saintis atau ilmuwan agar kembali bisa memberikan kontribusi bagi peradaban dunia. "Kalau kita ingin memperbaiki peradaban Islam harus memperbanyak saintis bukan memperbanyak ahli fikih. Bukannya ahli fikih tidak penting, tetapi ahli fikih tetap penting," katanya, pada seminar KAHMI Malaysia, di KBRI Kuala Lumpur, Ahad (30/7) malam.
Nadirsyah yang sedang mengerjakan tugas di Kuala Lumpur itu, membawakan materi pada seminar yang berjudul "Kontribusi Muslim Nusantara terhadap Perdamaian Dunia". Turut hadir pada seminar itu Ketua KAHMI Malaysia Kunrat Wirasubrata yang juga Direktur Islamic Development Bank (IDB), Atase Politik KBRI Kuala Lumpur Agung Cahya Sumirat, dan sejumlah undangan lainnya.
"Perintah pertama Islam itu adalah iqra atau membaca, bukan perintah umrah tiap bulan, bukan perintah haji setiap tahun. Karena itu, pahala mendirikan perpustakaan sama dengan mendirikan masjid," katanya lagi.
Rois Syuriah PCINU Australia dan Selandia Baru ini juga mengkritisi pengenalan tentang Indonesia dari masa kecil yang selalu dikatakan Indonesia diapit dua samudra dan dua benua. "Dulu orientasinya selalu geografis. Sementara Singapura geografisnya kecil negaranya tetap maju. Karena itu, kalau tidak bertumpu pada SDM, maka Indonesia akan tertinggal," kata dia pula.
Nadirsyah mengatakan Indonesia dahulu mempunyai ulama-ulama hebat seperti Syech Nawawi Al Bantani dan lain-lain yang mengajar di Masjidil Haram, sedangkan dirinya sekarang mengajar di Monash. "Islam itu rahmatan lil alamin, Islam bukan rahmatan lil muslimin, makanya Islam mengatur bagaimana mengatur dengan semesta. Mau di mana pun berada baik mayoritas atau minoritas kita harus menebar rahmat," katanya. Dia mengatakan, kalau ingin menegakkan Islam fondasinya rahmatan lil alamin.
Ketua KAHMI Malaysia Kunrat Wirasubrata saat memberi sambutan mengatakan organisasi ini sudah berumur satu tahun dan berusaha melakukan kegiatan yang bermanfaat di Kuala Lumpur dan Malaysia pada umumnya. "Saat ramai-ramainya menjelang Pilkada Jakarta juga diselenggarakan debat yang diminati banyak orang. Kami mengambil tema ini karena nusantara adalah konsentrasi umat muslim dunia," katanya lagi.
Atase Politik KBRI Kuala Lumpur Agung Cahya Sumirat mendukung kegiatan ini, karena dari sisi tema sangat konstruktif. "Perdamaian dunia yang kita harapkan belum terjadi. Terorisme, radikalisme, rasisme masih menjadi ancaman. Diskusi ini mampu menjadi platform bagi kita. Ada perwakilan parpol. Ini tradisi baik. Ini bukan sesuatu yang given tetapi perlu didorong dan dilestarikan," katanya lagi.
(Antara-News/Republika/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email