Teror Paris Jumat 13 November
2015 pekan lalu menyebabkan ketakutan bagi pengungsi asal Suriah yang
berada di Eropa. Bisa jadi, para pengungsi Suriah bakal dijadikan
kambing hitamnya.
Perasaan takut ini diungkapkan Fade Kintar (24) seorang insinyur kimia Damaskus yang berada di antara sekelompok pengungsi Suriah di Sontra, Jerman.
Sebelum ISIS mengklaim serangan teror di Paris, atau paspor Suriah ditemukan di dekat tubuh salah satu pelaku, Kintar mengaku sudah khawatir peristiwa itu akan mengurangi peluangnya untuk diterima masyarakat Sontra.
“Mereka sudah membenci kami, hanya karena kami orang asing. Kami pikir mereka akan menyerang kami. Kami hanya tinggal di rumah. Kami tidak pergi keluar terlalu sering,” ujar Kintar.
Ia menyaksikan kengerian dari sejumlah serangan teroris di Paris lewat televisi. “Ketika kita melihat yang ada di berita, semua serangan-serangan di sana, kami hanya merasa takut,” kata Kintar, seperti dilansir Irin News, Senin 16 November 2015.
Itu bukan ketakutan yang dirasakan oleh orang Eropa, yang bertanya-tanya apakah adegan serupa akan terjadi di kota mereka.
Itu adalah rasa takut yang muncul akibat kekhawatiran, dampak apa yang akan terjadi pada ratusan ribu pengungsi Suriah seperti mereka di Eropa.
Hal senada diungkapkan Aboud Dandachi, seorang blogger Suriah, yang menilai pengungsi Suraih akan menjadi salah satu target paling utama pasca teror Paris.
Pasalnya, Dandachi mengungkapkan kelompok militan ISIS sangat membenci kenyataan, jika Eropa dianggap sebagai tempat berlindung bagi para pengungsi yang melarikan diri.
“ISIS akan senang mengubah Eropa memusuhi pengungsi, sebenarnya itu adalah prioritas utama bagi mereka sekarang,” ucap Kintar.
Dandachi menerangkan serangan itu pasti berdampak pada pengungsi di Eropa, termasuk pada keputusan untuk menutup atau membuka pintu bagi aliran para pencari suaka.
Ia menganggap negara-negara di Eropa pasti akan jauh lebih waspada untuk menerima pengungsi, tidak hanya dari Suriah, tapi dari mana saja di dunia. “Sebagai pengungsi, ini adalah mimpi terburuk kami. Ini adalah apa yang kita takut akan terjadi,” kata Dandachi.
(Satu-Islam/ABNS)
Perasaan takut ini diungkapkan Fade Kintar (24) seorang insinyur kimia Damaskus yang berada di antara sekelompok pengungsi Suriah di Sontra, Jerman.
Sebelum ISIS mengklaim serangan teror di Paris, atau paspor Suriah ditemukan di dekat tubuh salah satu pelaku, Kintar mengaku sudah khawatir peristiwa itu akan mengurangi peluangnya untuk diterima masyarakat Sontra.
“Mereka sudah membenci kami, hanya karena kami orang asing. Kami pikir mereka akan menyerang kami. Kami hanya tinggal di rumah. Kami tidak pergi keluar terlalu sering,” ujar Kintar.
Ia menyaksikan kengerian dari sejumlah serangan teroris di Paris lewat televisi. “Ketika kita melihat yang ada di berita, semua serangan-serangan di sana, kami hanya merasa takut,” kata Kintar, seperti dilansir Irin News, Senin 16 November 2015.
Itu bukan ketakutan yang dirasakan oleh orang Eropa, yang bertanya-tanya apakah adegan serupa akan terjadi di kota mereka.
Itu adalah rasa takut yang muncul akibat kekhawatiran, dampak apa yang akan terjadi pada ratusan ribu pengungsi Suriah seperti mereka di Eropa.
Hal senada diungkapkan Aboud Dandachi, seorang blogger Suriah, yang menilai pengungsi Suraih akan menjadi salah satu target paling utama pasca teror Paris.
Pasalnya, Dandachi mengungkapkan kelompok militan ISIS sangat membenci kenyataan, jika Eropa dianggap sebagai tempat berlindung bagi para pengungsi yang melarikan diri.
“ISIS akan senang mengubah Eropa memusuhi pengungsi, sebenarnya itu adalah prioritas utama bagi mereka sekarang,” ucap Kintar.
Dandachi menerangkan serangan itu pasti berdampak pada pengungsi di Eropa, termasuk pada keputusan untuk menutup atau membuka pintu bagi aliran para pencari suaka.
Ia menganggap negara-negara di Eropa pasti akan jauh lebih waspada untuk menerima pengungsi, tidak hanya dari Suriah, tapi dari mana saja di dunia. “Sebagai pengungsi, ini adalah mimpi terburuk kami. Ini adalah apa yang kita takut akan terjadi,” kata Dandachi.
(Satu-Islam/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email