Entah sebuah kebetulan atau bukan, beberapa jam sebelum terjadinya tragedi G30S, para tokoh yang ada dalam pusaran tragedi sejarah Indonesia itu berada di tempat yang sama: gedung Istana Olah Raga (Istora) Senayan. Komandan G30S Letnan Kolonel Untung Samsuri, Presiden Soekarno, dan pahlawan revolusi Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo ada di sana.
Ada dua versi kronologis kejadian pada malam 30 September 1965 itu, yakni menurut Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa Kolonel Maulwi Saelan, yang juga merupakan mantan penjaga gawang timnas Indonesia serta Ketua Umum PSSI serta versi menurut ajudan senior presiden Kolonel KKO Bambang Widjanarko.
Kolonel Maulwi Saelan
Maulwi Saelan sebagai kiper timnas Indonesia di Olimpiade Melbourne 1956. Ia berhasil menahan gempuran-gempuran para pemain Uni Soviet yang diperkuat kiper legendaris Lev Yashin yang akhirnya menjadi juara. Timnas asuhan pelatih Toni Pogacnik ini berhasil menahan Soviet 0-0
Saelan menceritakan bahwa agenda terakhir Presiden Soekarno pada 30 September 1965 adalah menutup Musyawarah Nasional Teknisi Indonesia di Istora Senayan, Jakarta. Acara itu berlangsung hingga larut malam dan dijaga ketat oleh pasukan pengawal presiden, Resimen Tjakrabirawa.
Pasukan Tjakrabirawa yang bertugas malam itu adalah Batalyon I dari Angkatan Darat yang dipimpin langsung oleh komandannya, Letnan Kolonel Untung Samsuri.
Saelan bertutur “Siapa yang mengira Untung pada 30 September malam masih bertugas memimpin pengamanan sekitar Istora Senayan. Tiba-tiba tengah malamnya sudah berada di Lubang Buaya.”
Sedangkan ajudan senior Presiden Soekarno, Kolonel Bambang Widjanarko dalam pemeriksaan mengatakan bahwa pada malam itu Soekarno menerima sepucuk surat dari Untung yang dititipkan lewat Sogol, seorang pelayan istana biasanya ditugasi mengurusi minuman presiden. Menerima surat dari Sogol, Soekarno permisi ke toilet dikawal Bambang, Saelan, dan Komandan Detasemen Kawal Pribadi Tjakrabirawa Komisaris Besar Mangil Martowidjojo
Soekarno berhenti di teras Istora yang lampunya terang, membaca surat itu, lalu memasukkannya ke saku. Bambang menyatakan isi surat itu adalah laporan akan adanya G30S pada dini hari nanti.
Namun hal tersebut dibantah oleh Maulwi Saelan. “Isi surat itu dikarang sendiri oleh Widjanarko,”. “Cerita surat itu tidak logis karena mana mungkin Untung begitu bodoh menitipkan gerakan militer dengan kerahasian tinggi kepada pelayan istana.”
Saelan malam itu jadi komandan sementara Tjakrabirawa karena Brigadir Jenderal Sabur tengah pergi ke Bandung. Saelan menegaskan bahwa selama bertugas ia terus mendampingi Soekarno kemanapun Presiden melangkah sehingga semua pergerakannya tak pernah lepas dari pantauan.
Letkol Untung Samsuri (kiri) komandan G30S dalam persidangan Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub)
Salean mengklaim Sogol tak pernah mendekati presiden apalagi memberikan secarik kertas. Bahkan, kata Saelan, Soekarno sama sekali tak pernah meninggalkan tempat duduknya selama acara berlangsung.
Kesaksian Bambang itu lantas dipakai buat mengaitkan Soekarno dengan G30S. “Jelas sekali dengan pengakuan itu Bambang Widjanarko sebagai ajudan telah mengkhianati presiden,” ujarnya.
Bambang Widjanarko, ajudan Presiden Soekarno yang memberikan keterangan fiktif yang menyenangkan pemerintah Orde Baru
Namun menurut Tim Pemeriksa Pusat yang menginterogasinya, Saelan membantah semua kesaksian itu. Ternyata versi yang dianggap benar oleh para pemeriksa adalah yang disampaikan Bambang.
Kesaksian yang berbeda oleh Saelan itu harus dibayarnya mahal dengan mendekam empat tahun dan delapan bulan di penjara. Saat Saelan dibebaskan, TNI merehabilitasi nama baiknya, menerima penghargaan, tapi ia dipensiunkan.
Maulwi Saelan (memakai baret) ketika mengawal Presiden Soekarno. Ia selalu mengikuti kemanapun Presiden Soekarno melangkah. Hubungan mereka amat akrab bagai ayah-anak dan sahabat
Bagi Saelan rehabilitasi itu memang pantas diterimanya, sebab sebagian besar Resimen Tjakrabirawa tidak terlibat gerakan menculik para jenderal yang dikomandoi Untung. Memang Untung berkilah sepasukan Tjakrabirawa asal Angkatan Darat itu bergerak demi melindungi presiden, tapi bagi Saelan tindakan itu melanggar prosedur.
Pertama, kata dia, Untung mengerahkan pasukan tanpa izin dan surat perintah dari komandan resimen. Kedua, lanjutnya, Tjakrabirawa tak berhak bergerak di luar lingkungan istana atau tempat yang presiden beracara.
Tapi Tjakrabirawa yang isinya pasukan elit dari semua kesatuan ini akhirnya dibubarkan. Saelan sempat jadi ajudan Soekarno, lalu dipulangkan ke kesatuan polisi militer, dan setelahnya dipenjara.
Bapak Maulwi Saelan, kini menjadi sesepuh yang paling dihormati Paspampres. Beliau tak segan bertaruh nyawa demi keselamatan Presiden Soekarno. Walau kini ia sudah sepuh, ingatannya masih tajam dan runtut menceritakan semua peristiwa. Beliau amat senang menerima kunjungan siapapun, apalagi kalau membicarakan sejarah
Presiden SBY merehabilitasi nama Saelan. Saelan kini menjadi sesepuh yang amat dihormati oleh Paspampres (Pasukan Pengamanan Presiden) karena dedikasinya kepada negara. Namanya yang dulu diharamkan untuk disebut oleh Paspampres, kini tertera jelas di situs Paspampres. Dan setiap ada pergantian komandan Paspampres, pastilah sang komandan selalu sowan terlebih dahulu kepada Maulwi Saelan.
(Maulwi Saelan: Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa Dari Revolusi 45 Sampai Kudeta 66)
(Memobee/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email