Oleh :Denny Siregar
Seorang teman bertanya pandanganku tentang hijab bersertifikasi halal.
Saya bilang, sah-sah saja. Itu strategi branding yang smart, memanfaatkan peluang dengan menimbulkan kontroversi di masyarakat.
Produsennya pintar. Ia mampu masuk di tengah kompetisi ketat dengan membawa nama MUI. Ia paham bahwa langkahnya kontroversial, tapi memang itu yang diharapkan. Dengan begitu nama produknya akan dibicarakan dimana2.
Ditambah lagi ia menggunakan artis sebagai penguat brand-nya. Di Indonesia ini harus ada artis-nya kalo pengen barangnya laku, karena banyak dari kita yang ingin menjadi "mirip" orang terkenal. Kalo bukan mukanya, ya minimal apa yang di pakainya lah.
Pertanyaannya, apakah kemudian hijab yang tidak ber-sertifikasi halal kemudian menjadi haram ?
Jangan mau terpancing oleh permainan strategi marketing mereka, baik produsen maupun MUI. Buat mereka semua itu hanya "dagangan", tidak lebih dan tidak kurang. Ya kita anggap aja itu "dagangan".
Kalau pengen ikut kontroversial juga, coba aja buka sertifikasi "haram", atau "separo halal", atau "semoga tidak haram" untuk beberapa produk. Target pasarnya adalah non muslim. Meski pangsa pasarnya kecil, tetapi brand itu akan melekat.
Buat aja organisasi MUMI, atau Majelis Bukan Muslim Indonesia sebagai parodi tandingan. Pasti kontroversial. Kan itu yang dicari ?
Pada dasarnya, dalam iklim persaingan usaha apapun yang dilakukan sah-sah saja. Tapi jangan ditanya dalam wilayah agama, karena sekarang ini agama hanya dijadikan dagangan saja. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, dan itu pangsa pasar yang besar.
MUI bentar lagi juga akan kebanjiran order sertifikat. Ada helm halal. Ada Kondom halal. Malah mungkin motor metik juga lampu sein-nya dikasih sertifikat, kiri halal dan kanan haram. Biar ibu2 belok kiri terus, kalo nabrak gapapa toh nabrak yang halal.
Saran buat MUI, kalau pengen kaya lagi, coba masuk ke industri rokok. Puluhan juta batang per hari. Bayangkan kalau semua di sertifikasi halal, bisa bulak balik jalan keluar negeri.
Kembali ke masalah aksesoris, mau hijabnya halal, bajunya halal, lipstiknya halal, maupun cd g-string-nya halal, kalau kelakuannya haram, seperti korupsi, ya haram ajah. Tapi memang paling mudah membungkus sesuatu dengan agama, semua jadi terasa benar.
"Bu, minta kopi hitam.."
"Yang halal atau yang haram, mas ?"
"Lho, sekarang sudah ada sertifikatnya toh ?"
"Iya mas, yang halal pake tutup, yang haram gak pake tutup gelas. Saya kan juga MUI, Mau Untung Iihhhh...."
"Duh, Ibu genit." *colek pake linggis*
(Denny-Siregar/Pks-Puyengan-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email