Hal ini menunjukan bahwa kedudukan wanita baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pergerakan revolusi, Asyura’, dan pergerakan lainnya didapatkan dari pelajaran Sayyidah Zainab sa atau bahkan Sayyidah Fathimah Makshumas sa.
Shabestan News Agency, Hujjatul Islam Kazhim Shadiqi, dalam sebuah penjelasannya di hadapan sejumlah keluarga para pengajar hauzah Ilmiah, menjelaskan bahwa tidak ada seorang pejuang atau mujahid yang meraih kemenangan tanpa ada dukungan dari keluarga.
Ia menambahkan, al-Marhum Allamah Thabathaba’i seorang filsuf agung, faqih, ahli matematika, mufassir Qur’an yang telah menulis kitab Tafsir al-Mizan yang tiada tandingannya di dalam mazhab Syi’ah, manusia seperti ini saja yang memiliki mata tauhid yang tajam, selalu mendapatkan dukungan dari istrinya selama melalui kehidupannya, bahkan setelah istrinya telah tiada Allamah tetap mengunjungi makamnya setiap malam Jum’at.
Allamah Thabathaba’i pernah mengatakan, semua taufiq yang telah kudapatkan hingga saat ini, dia-lah yang telah menjamin kehidupanku sehingga aku bisa menulis kitab tafsir al-Mizan, bahkan tanpa sepengetahuanku ia telah memebersihkan baju-bajuku.
Begitu juga dengan istri dari Imam Khomeini ra yang bisa dijadikan teladan bagi wanita saat ini, dengan kondisi dan keadaan yang sulit namun ia terus mendampingi Imam Khomeini ra sehingga mampu mencetuskan revolusi Islam, tegasnya.
Hal ini menunjukan bahwa kedudukan wanita baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pergerakan revolusi, Asyura’, dan pergerakan lainnya didapatkan dari pelajaran Sayyidah Zainab sa atau bahkan Sayyidah Fathimah Makshumas sa, demikian jelas Hujjatul Islam Shadiqi.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email