Pesan Rahbar

Home » , » Saracen, Pertaruhan Tito Karnavian dan Jokowi Hadapi Prabowo, SBY, dan Islam Radikal

Saracen, Pertaruhan Tito Karnavian dan Jokowi Hadapi Prabowo, SBY, dan Islam Radikal

Written By Unknown on Tuesday 29 August 2017 | 04:25:00


Oleh: Ninoy Karundeng

Saracen Gate. Inilah skandal kejahatan terhadap NKRI terbesar yang sudah terungkap. Itulah kalimat yang paling tepat untuk terungkapnya sindikat kejahatan Saracen. Saracen tentu akan diberangus sampai akarnya. Kunci pemberangusan ada pada Jenderal Tito Karnavian. Sekaligus kasus Saracen akan digunakan untuk mengatur startegi menghancurkan kolaborasi berbahaya Islam radikal dengan mafia pendana, politikus, dan teroris yang menjadi musuh NKRI.

Baru sedikit terungkap, para parpol dan kompor politik pun terdiam. Fahri Hamzah dan Fadli Zon bungkam. Kaitan Saracen dengan cukong sindikat penyebar, hoax, SARA, ini menyasar kepada keterlibatan para orang high profile political opposition establishment. Para pendana terkait kepada mafia, politikus semprul, teroris dan koruptor.


Saracen dan Sinergi Kejahatan Politik

Saracen adalah pintu terbesar yang menjadi alat bagi Presiden Jokowi untuk membungkam Prabowo dan SBY: dua seponsor utama kemenangan Anies-Sandi. Mereka adalah dua orang yang tak segan menggunakan kaki tangan para penganut HTI, FPI, FUI dalam kampanye SARA di Pilkada DKI Jakarta.

Tak hanya SBY dan Prabowo, simpatisan dan dukungan dana dari banyak pihak, termasuk pengusaha yang terkait dengan Jusuf Kalla, Erwin Aksa, Aksa Mahmud, Aburizal Bakrie, Muhammad Reza Chalid, Hatta Rajasa, dan bahkan HT perlu menjadi perhatian besar.

Sistem dan strategi kampanye yang dirancang oleh Prabowo dan SBY bukanlah strategi biasa. Kemenangan mereka di DKI Jakarta adalah kolaborasi perang strategi antara uang bejibun dengan intrik politik yang sangat hebat. SARA dimainkan untuk menghancurkan lawan politik secara blatant. Nekad. Gila-gilaan.

Mereka pun menghalalkan segala cara untuk menang. Menggandeng Islam radikal pun mereka lakukan demi meraih mimpi kemenangan dan syahwat kekuasaan. Ini semua sebagai akibat kegagalan deKini, setelah kemenangan di Pilkada DKI Jakarta, dan seolah Islam radikal garis keras, dan parpol simpatisan Islam garis keras seperti Gerindra, partai agama PKS, PAN dan tentu Demokrat, merasa memenangi seluruh perang, bukan hanya pertempuran.

Kondisi ini ditambah dengan mengambangnya berbagai kasus hukum yang melibatkan pentolan Islam garis keras, juga para tersangka makar, penghina Presiden Jokowi, pelecehan Pancasila, dan kriminalisasi terhadap Ahok. Publik pun kecut.

Kasus Rizieq FPI seperti jalan di tempat. Dia semakin berani meneriakkan revolusi, perlawanan hukum, seolah adalah lebih berkuasa dan hebat dibandingkan the Operators atau pun bahkan TNI dan Polri. Dia merasa institusi hukum di Indonesia di bawah ketiak dia dan kelompoknya. Ini beralasan karena Rizieq didukung oleh Gerindra. Buni Yani dikabarkan akan dimenangkan oleh mafia hukum. Mereka melonjak dan akan sesuai dengan target mereka: Jokowi jatuh atau 2019 dia kalah.


Kesamaan Kepentingan dan Target Prabowo dan SBY

Sesungguhnya, Pilpres 2019 menjadi target terbesar Prabowo dan SBY. Ini dibuktikan dengan pertemuan SBY dan Prabowo pasca Presiden Jokowi mengeluarkan Perppu Ormas dan UU Pilpres 2019. Keduanya memiliki kepentingan yang sama – namun akan coba the Operators mainkan agar keduanya akan saling bunuh buang mengingat rivalitas mereka sejak peristiwa penggebugan pada SBY.

SBY ingin agar kasus-kasus proyek dan hukum aman. Prabowo – dan para taipan dan politikus semprul ingin ambisi memenangi kekuasaan menjadi penguasa – tercapai. Baginya, menjadi Presiden RI adalah seperti anak bayi yang ingin menyusui tetek mamanya setelah 60 tahun tidak menyusu.

Mereka kebakaran jenggot karena rancangan strategi politik mereka terpangkas untuk 2019. Mereka dipastikan akan menggunakan cara dan strategi yang sama, sejak 2014, Pilkada DKI 2017, dan Pilkada serentak 2018 serta pun puncaknya Pilpres 2019.


Pembuktian Tito Karnavian

Tito Karnavian sejatinya adalah pusat dari seluruh pengendalian keamanan dan ketertiban Indonesia. Segala hiruk-pikuk politik ada dalam genggamannya. Polri adalah ujung tombak politik tanpa partai. Polri adalah ujung tombak memberantas kejahatan politik.

Polri adalah bagian penting dari intelejen yang hebat. Dan Jenderal Tito memiliki tim yang hebat pula. Budi Gunawan Kepala BIN, masih membantu sangat hebat untuk Tito, dan Budi Waseso adalah jaminan mutu penegakan di dua bidang yang sangat hebat.

Dengan diungkapkannya gerakan Saracen, menjadi tugas Tito Karnavian untuk kuat melawan tekanan dari para mafia, koruptor, politikus busuk, dan teroris yang dengan kaki tangan mereka hendak mengecilkan dan mengaburkan Saracen. Saracen akan dikecilkan. Dengan demikian maka para perpetrators tak akan terungkap. Para bandit politik dan pengkhianat bangsa akan tetap aman.

Padahal dari kalangan peneliti dan pengendus hoax, bukan hanya cyber team Polri dan intelejen, seperti Pandawa pun, telah dipetakan dan ditemukan sindikat yang serupa dengan Saracen, namun terafiliasi langsung namun lebih rapi terkait dengan ormas dan parpol. Praktik mereka menyebarkan isu hoax, kebencian terhadap Polri, TNI, pemerintahan Jokowi, intolernasi, adu domba, dan isu SARA lain yang membahayakan NKRI.

Salah penanganan terhadap Saracen Gate ini, maka yang akan terjadi adalah Jokowi kehilangan momentum untuk memberangus gerakan Islam radikal. Sel-sel produsen lain akan tumbuh pesat, seperti pelajaran akibat kegagalan menangani Arsyad, Sri Rahayu Ningsih, Obor Rakyat, Rizieq FPI, Buni Yani – akibat tidak becusnya menempatkan prioritas strategi politik.

Akibat penanganan kasus hukum yang amburadul, kedodoranlah yang terjadi, hingga Pilkada DKI keok. Rizieq makin angkuh karena didukung kekuatan pelawan Presiden Jokowi. Buni Yani cengengesan merasa menang. Sementara silent majority hanya disuguhi dengan kegemasan dan kesabaran menonton ketidakadilan – hanya demi memuaskan para cukung politik dan begundal anti NKRI.

Jadi, di tangan Tito Karnavian-lah kini Saracen berada. Di tangan Jenderal Tito-lah nasib dan momentum mematikan gerakan Islam radikal dan afiliasi serta simpatisannya berada. Publik jangan sampai dikecewakan dan silent majority kembali akan ditertawakan oleh musuh NKRI – dan itu menuju keruntuhan NKRI. Salam bahagia ala saya.

(Seword/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: