Pesan Rahbar

Home » » Tokoh Perempuan Muslim Indonesia Bicara Soal Hijab

Tokoh Perempuan Muslim Indonesia Bicara Soal Hijab

Written By Unknown on Tuesday, 19 September 2017 | 16:41:00


Siti Musdah Mulia tidak ingat kapan dia tidak mengenakan hijab. Kini, aktivis perempuan dan peneliti studi Islam ini menganggap sudah tugasnyalah untuk mengenakan penutup kepala saat berada di depan umum.

Tapi dia justru bertanya mengapa perempuan Indonesia lainnya juga memakainya, padahal hal itu tak wajib dilakukan.

"Sekarang ini, saya bisa lihat hijab menjadi komoditas. Ini adalah alat untuk mempolitisir agama," kata perempuan berusia 58 tahun ini.

"Di Indonesia, banyak orang memakai hijab, bahkan mereka yang tak benar-benar mengerti agama. Terkadang saya bertanya kepada mereka, kenapa anda memakai hijab?"

Tidak ada statistik resmi yang mendata berapa banyak perempuan Indonesia mengenakan pakaian penutup kepala untuk Muslimah.

Namun, secara luas diterima bahwa sejak jatuhnya Soeharto pada tahun 1998, semakin banyak perempuan Indonesia menutup tubuhnya. Munculnya demokrasi memungkinkan kelompok Islam memiliki pengaruh yang lebih besar.

Alissa Wahid, putri almarhum Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, mulai mengenakan kerudung dalam beberapa tahun terakhir untuk memberikan contoh kepada perempuan Indonesia tentang bagaimana penutup kepala itu secara tradisional harus dipakai.

"Saya tak merasa wajib bagi perempuan untuk memakainya dengan cara tertentu. Karena saya orang Indonesia begitulah cara perempuan Indonesia mengenakan hijab mereka," katanya.

"Bagi saya sesederhana itu. Ini lebih seperti perpaduan agama dan budaya Indonesia."


Pakaian Bergaya Syar'i

Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Riset Alvara di Jakarta pada tahun 2015 menunjukkan 79,4 persen responden memilih mengenakan hijab reguler, sementara 13,5 persen memilih hijab syar'i panjang yang lebih konservatif, yang menutupi hingga bagian payudara dan pantat.

Perancang busana Cynthia Mahendra mulai mengenakan penutup kepala bergaya syar'i atas desakan suaminya dan mulai mendesain hijabnya sendiri setelah item tersebut sulit ditemukan dan mahal untuk dibeli di Jakarta.

"Berdasarkan ajaran Islam, panduan untuk berpakaian seharusnya tidak membentuk tubuh perempuan, seharusnya tidak melengkung di bagian bawah dan dada. Hijab yang saya pakai ini longgar dari ujung rambut sampai ujung kaki," kata Cynthia.

Ia sekarang menjual hingga 3.000 hijab bergaya syar'i dalam sebulannya.

"Saya pikir, pakaian syar'i kini telah diterima secara luas, padahal sebelumnya perempuan enggan memakainya," demikian pendapat Cynthia.

"Begitu banyak perempuan memahami ajaran Islam dan berhijrah dari hijab kasual ke hijab syar'i."


Niqab Simbolkan Keteguhan Iman

Pada tahun 2015, penelitian Pusat Riset Alvara menunjukkan, kurang dari 2 persen perempuan Indonesia yang disurvei lebih memilih mengenakan niqab atau burqa, dua jenis pakaian yang menutupi wajah.

Alissa mengatakan bahwa ia tidak keberatan perempuan mengenakan burqa jika mereka tidak dipaksa melakukannya, tapi ia tidak mengkritik larangan pemakaian burqa di negara lain.

"Saya bisa mengerti kebijakan publik yang diimplementasikan di Perancis atau di beberapa negara lain di Eropa," tuturnya.

"Ini menimbulkan lebih banyak ancaman keamanan dan juga potensi konflik sosial."

Prof. Musdah Mulia juga tidak memiliki masalah dengan pelarangan burqa.

"Saya setuju dengan hal itu. Sebagai dosen di sebuah Universitas Islam, saya sampaikan kepada dekan bahwa saya menolak membiarkan mahasiswa saya menutupi wajah mereka karena saya ingin memiliki keamanan bahwa mereka benar-benar mahasiswa saya."

"Di kelas saya, mereka perlu menyingkap wajah untuk masuk kelas dan begitu mereka sampai di kelas maka mereka bisa memakai apapun yang mereka suka."

Sementara itu saat bisnis hijabnya berkembang, Cynthia berbicara tentang keinginannya agar semua perempuan Muslim mengenakan niqab atau menutupi wajah mereka sepenuhnya, sesuatu yang dia perjuangkan.

"Semua perempuan Muslim ingin memakai niqab karena setelah mereka memakainya maka mereka menjadi perempuan Muslim yang sempurna," kata Cynthia.

"Itu berarti iman mereka telah diuji. Mereka tidak merasa perlu menunjukkan wajah mereka. Mereka tak lagi memiliki keinginan duniawi karena mereka ingin menyiapkan kehidupan setelah kematian."

(Detik-News/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: