Oleh: Zaim Saidi
Siapakah di antara istri-istri Nabi Muhammad salallahu alayhi wassalam yang teristimewa?
Dari berbagai riwayat kita tahu jawabnya: Siti Aishah. Dialah satu-satunya wanita yang diperistri nabi dalam status sebagai seorang gadis perawan. Aishah dikenal berparas cantik, berkulit putih bersih, hingga Nabi, sallalahu alayhi wa sallam, menjulukinya Al-Humaira. Putri Sahabat Abu Bakr ini dikenal sangat cerdas dan terjaga. Allah, subhanahu wa ta'ala, �memberinya perlindungan langsung dari fitnah.
Siti Aishah mendampingi Nabi, sallalahu alayhi wa sallam, sampai akhir wafatnya. Ia mendapatkan pembelajaran terdekat dari Nabiullah , sallalahu alayhi wa sallam, sendiri. Ia meriwayatkan lebih dari 1.200 hadits. Imam Malik, dalam kitabnya yang sangat penting,al Muwatta banyak mengambil riwayat darinya. Di kalangan ulama salaf kefaqihan Siti Aishah sangat diakui. Ibnu Abdil Barr berkata: "Aishah adalah satu-satunya perempuan di zamannya yang memiliki kelebihan dalam tiga bidang ilmu: fiqih, kesehatan, dan ilmu sya'ir."
Shaykh Abdalqadir as Sufi bahkan menyebutkan separuh dienul Islam datang darinya. Ini karena perannya, bersama Khalifah Umar ibn Khattab, yang sangat besar dalam membawa sunnah Rasul , sallalahu alayhi wa sallam, sebagaimana banyak kita temukan dalam al Muwatta. Dalam kitab inilah sunnah Rasul yang mewujud secara lengkap di kalangan tiga generasi pertama Madinah al Munawwarah terekam. Yakni masyarakat salaf dari generasi Sahabat, Tabi'in, dan Tabi't Tabi'in, yang membawa kepada kita tradisi yang dikenal sebagai �Amal Ahlul Madinah, yang tak lain adalah perwujudan sunnah itu sendiri.
Amru bin al Ash suatu kali bertanya kepada Rasulullah, sallalahu alayhi wa sallam:
"Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?"
Nabi Menjawab, "Aishah."
"Dari kalangan laki-laki?" tanya Amru lagi.
Beliau menjawab, "Bapaknya."
Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.
Siti Aishah, dengan demikian, harus menjadi salah satu sumber inspirasi Anda, khususnya kaum muslimah, dalam kecintaannya kepada ilmu dan peran sosialnya yang sangat besar. Sejak di Madinah al Munawwarah kaum perempuan Muslim menjadi bagian penting dari kehidupan bermasyarakat, bukan dinomorduakan di belakang rumah, di balik burqa tertutup.
Siti Aishah, sang Ummul Mukminin, adalah perempuan yang paling dicintai oleh Nabi, sallalahu alayhi wa sallam,. Meski begitu ia bukan satu-satunya perempuan yang memiliki kekhususan baginya, sallalahu alayhi wa sallam.
Siti Khadijah, perempuan pertama yang diperistri Nabi adalah perempuan yang memiliki kelebihan dari Aishah. Hingga Nabi sendiri, , sallalahu alayhi wa sallam,, bahkan menyatakan tentangnya: "Allah tidak pernah memberiku pengganti yang lebih baik dari Khadijah." Ya, perempuan terhormat di kalangan Quraish ini, janda yang kaya raya ini, memiliki kedudukan yang sangat khusus bagi Nabi, sallalahu alayhi wa sallam,. Dan itu bukan karena kehormatan atau kekayaannya, melainkan dari keimanan dan kepeloporannya. Tentang Siti Khadijah, Nabi berkata, "Ia telah beriman kepada ku ketika orang lain kufur, dia mempercayai ku ketika orang-orang mendustai ku. Ia memberikan hartanya kepadaku ketika tidak ada orang lain yang membantuku." Ini dalam hadits riwayat Bukhari, Ahmad dan Thabrani.
Begitulah, Siti Khadijah, merupakan assabiquunal awwaluun, golongan yang pertama mempercayai kenabian Muhammad, , sallalahu alayhi wa sallam,. Khadijah adalah penenang, penguat, dan pendukung Nabi, di masa-masa tersulit, ketika Nabi , sallalahu alayhi wa sallam,, banyak dicerca, dicela, ditertawakan, bahkan dianggap gila.
Sebab, sebagaimana Nabi sendiri katakan, Islam hadir sebagai elemen yang asing dan aneh di kalangan masyarakat. Dan kelak, Islam juga akan kembali menjadi sesuatu yang asing. Ketika seluruh masyarakat, termasuk Muslim, telah menjalani cara hidup yang seragam hingga tak lagi bisa dibedakan satu dari yang lain, kecuali dari simbol-simbolnya semata. Sementara hal-hal yang esensial serupa belaka: uangnya, banknya, kartu kreditnya, konstitusinya, perturan perundang-undangannya, sama saja, dari Jakarta sampai Jamaika, dari Tokyo sampai Toronto.
Ketika muamalah sebagaimana yang diajarkan Nabi , sallalahu alayhi wa sallam, dan telah diterapkan oleh penduduk Madinah al Munawwarah, pada Abad ke-2 H, yang telah lebih dari seabad ini hilang, Anda kembalikan-dengan Dinar emas dan Dirham perak, qirad, shirkat, pasar-pasar terbuka, dan sebagainya-Anda akan dikenali sebagai elemen yang asing di masyarakat. Sebagian besar orang akan tidak mengerti dengan yang Anda katakan dan lakukan. Banyak orang akan tak mengacuhkan Anda. Sebagian orang lagi akan menertawakan, bahkan mungkin akan mencibir Anda.
Tapi, jadilah seperti Siti Khadijah. Ketika orang lain belum paham, jadikan itu kesempatan bagi Anda untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Ketika orang tak mengacuhkan, atau mencibir Anda, jadikan itu sebagai sarana untuk membuktikan keimanan dan ketaqwaan Anda: bahwa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan diajarkan oleh Nabi , sallalahu alayhi wa sallam,, adalah benar, dan harus dijalankan. Suka atau tidak suka, paham atau tidak paham, kebenaran dari Allah SWT adalah Kebenaran yang wajib kita tegakkan.
Ibarat lampu petromaks yang terang benderang, tidaklah bermanfaat Anda bawa ke tengah lapangan terbuka, di siang hari bolong, di bawah terik matahari. Tetapi sebatang korek api kecil, katika Anda nyalakan di tengah kegelapan, akan menjadi sumber penerang dan pembawa cahaya. Jadikan transaksi demi transaksi Anda, dengan sekeping Dirham atau Dinar Anda, sebagai cahaya penerang di masa gelap akibat riba ini. Jadilah cahaya ketika orang-orang masih dalam kegelapan. Jadilah seperti Siti Khadijah, assabiquunal awwaluun, yang diberkahi Allah, subhanahu wa ta'ala.
(wakalanusantara/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email