Anggota dewan majlis khobregan rahbari sambil mengisyaratkan pada tawakal manusia dan takdir ilahi adalah pelengkap satu sama lainnya, beliau mengatakan bahwa tawakal kita adalah yang dihukumi dan takdir ilahi adalah yang menghukumi.
Ayatullah Sayid Abul Hasan Mahdawi, anggota dewan majlis khobregan rahbari dan Imam Jum’at isfahan pada pertemuan kelas akhlaqnya di bulan Ramadhan ini, beliau mengatakan bahwa takdir ilahi terkadang pasti, terkadang juga ditangguhkan dan terkadang belum ditetapkan.
Beliau juga mengisyaratkan tentang tawakal kepada Allah swt yang tidak ada pengaruhnya kepada takdir yang pasti, lebih lanjut Ayatullah Mahdawi menuturkan bahwa seorang mukmin ketika bertawakal kepada Allah swt maka tidak akan risau tentang kehidupannya sendiri, karena ia meyakini bahwa Allah swt adalah hakim.
Sebagaimana Imam Ali as bersabda “barang siapa yang memiliki keyakinan terhadap takdir dan nasibnya maka ia tidak akan taut kepada apapun kecuali Allah swt”.
Terkadang takdir ilahi ada pada perbuatan baik, dan terkadang juga ada pada perbuatan buruk, dan mengenai perbuatan buruk kta harus segera menyesalinya, tambah Imam shalat Jum’at Isfahan ini.
Takdir ilahi ini tidak bisa dilihat, adapun amalan-amalan kita terlihat namun tidak terlihat tidak bisa menjadi dalil ketiadaan, jelas Ayatullah Mahdawi.
Tawakal manusia dan takdir ilahi adalah pelengkap satu sama lainnya seperti jasmani dan ruh, amalan kita dalam bertawakal kepada Allah swt adalah jasmaninya, dan takdir ilahi adalah ruhnya. Amalan tanpa takdir ilahi bagaikan jasmani tanpa ruh sehingga tidak ada yang bias dilakukan, pungkas Ayatullah Mahdawi.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email