Delegasi Turki meninggalkan Gaza melalui perlintasan Rafah. (foto: PIP)
Gaza, 8 Syawwal 1437/13 Juli 2016
Delegasi Turki baru saja meninggalkan Jalu Gaza setelah melakukan kunjungan membahas bantuan listrik untuk wilayah terblokade itu.
Selama kunjungannya, delegasi Turki membahas pendanaan sejumlah proyek untuk menyelesaikan krisis listrik yang diajukan oleh Otoritas Energi, demikian Pusat Informasi Palestina yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Direktur Umum Otoritas Energi Gaza, Abdul Karim Abidin mengatakan bahwa Dubes Turki, Mustafa Sarnich tiba di Gaza pada Selasa (12/7) didampingi delegasi dari Kementerian Energi Turki melalui gerbang perlintasan Bethanun Erez di utara Jalur Gaza beberapa waktu lalu.
Kemudian kembali melalui gerbang perbatasan Rafah setelah kunjungannya untuk mencari solusi dari krisis listrik yang dialami di Jalur Gaza akibat blokade, Selasa (12/7) malam.
Abidin menjelaskan bahwa proyek paling menonjol yang diajukan Otoritas Energi Turki adalah perubahan stasiun listrik menjadi tenaga gas, dan juga pengaktifan jalur 161 dengan pihak Israel, ditambah dengan penggunaan energi matahari di atap-atap rumah.
“Harapannya pada pendanaan Turki bagi seluruh proyek yang diajukannya, guna menyelesaikan krisis listrik yang melanda seluruh sisi kehidupan di Jalur Gaza,” ungkap Abidin.
Sebelumnya, sudah ada delegasi Turki yang tiba di Gaza pada Ahad (10/7). Mereka bertemu dengan para pejabat pemerintah Palestina di Ramallah dan Jalur Gaza serta para pejabat Israel, dan mulai bekerja untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi sektor listrik di Gaza.
Menurut data otoritas energi Palestina, jalur Gaza membutuhkan 400 megawatt listrik dan baru tersedia 212 megawatt. Dari Israel 120 megawatt, dari Mesir 32 megawatt dan dari satu-satunya pembangkit listrik di Gaza 60 megawatt.
Jalur Gaza mengalami krisis energi sangat parah, hal ini memaksa perusahaan listrik Gaza memutus arus listrik di sebagian wilayah Jalur Gaza dan menyalakan di sebagian wilayah lain secara bergantian, karena stasiun pembangkit listrik yang ada tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi.
Sementara listrik dari Israel dan Mesir saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik sehari-hari.
Sejumlah perusahaan swasta Turki yang memiliki pengalaman di bidang tersebut menyatakan kesiapan mereka turut andil menutupi kebutuhan listrik di Jalur Gaza terkait dengan produksi, penyaluran dan pendistribusian energi.
Pada 26 Juni 2016 lalu, Turki dan Israel mencapai kesepakatan normalisasi hubungan. Di antara hasilnya adalah Israel mengadopsi upaya Turki yang berkaitan dengan infrastruktur dan situasi kemanusiaan di Gaza sampai terjadi perkembangan cepat di bidang-bidang tersebut.
(PIP/Mi’raj-Islamic-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email