Hujjatul Islam Ridha’i mengatakan bahwa hari raya Idul Fitri adalah sebuah paradoks suka dan duka bagi para penanti Imam Zaman afs, karena tidak ada yang dapat memacu semangat manusia selain Idul Fitri.
Hujjatul Islam Muhammad Ridha’i menuturkan bahwa kata ‘’Ied” bermakna perayaan, kebahagiaan dan semangat, dan mengenai tolak ukur kebahagiaan itu apa, apakah berdasarkan masyarakat atau naluri alami manusia itu sendiri, dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat.
Namun dengan mengacu kepada diri manusia yang merupakan wujud yang berdimensi, oleh karena itu kebahagiaan manusia yang sesungguhnya tidak hanya terpaku pada ibadah atau hanya insting saja, akan tetapi kebahagiaan dan kelezatan yang manusia rasakan ialah ketika kesenangan dan kebahagiaan berada pada semua aspek, sebagai contoh ketika kita memakan makanan yang lezat maka kita akan merasakan nikmat yang luar biasa.
namun jika seseorang yang sakit atau alergi terhadap suatu makanan maka apa yang akan mereka rasakan? Dalam hal ini ketika kalian menikmati makanan yang kalian makan, namun kalian tidak merasakan kelezatan ruhani maka akan terjadi sebuah paradoks.
Lebih lanjut beliau mengisyaratkan tentang kedudukan Idul Fitri dan hubungannya dengan kebahagiaan manusia, beliau mengatakan bahwa paling tingginya sumber untuk memacu semangat dan paling tingginya kelezatan yang dimiliki manusia yakni kelezatan duniawi da spiritual adalah ketika kita dari bulan suci Ramadhan kemudian sampai kepada hari raya Idul Fitri.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email