Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak semua pihak menjadikan agama sebagai landasan untuk melakukan kebaikan dan hal-hal positif, bukan untuk hal-hal negatif yang menegasikan sisi lain manusia.
Hal itu disampaikan Lukman dalam pidatonya saat membuka Kemah Pemuda Lintas Agama di Cisarua Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin 7 November 2016.
Menurutnya, memang ada orang-orang yang mejadikan agama dijadikan alat menghakimi (justifikasi) alat mencari dukungan, pembenaran, alat kepentingan yang saling berkompetisi. Di era globalisasi, itu diperkuat dengan tidak adanya jarak yang memisahkan.
“Jadikan agama apakah melalui budaya, ekonomi, hukum dan politik sebagai landasan untuk mewujudkan hal-hal yang positif, memanusiakan manusia. Bukan justru menegasikan sisi kemanusian kita sendiri,” kata Lukman.
Lukman mengatakan, sangkut paut antara agama dan politik yang menjadi sebab persaingan itu, karena memang dalam beberapa kasus yang ada banyak yang menggunakan agama sebagai salah satu alat untuk memecah belah Negara ataupun kelompok.
Bagaimanapun, sambung Lukman, agama tidak boleh dijadikan landasan untuk saling menghujat, mencela dan mencerca antarumat manusia. Tetapi agama untuk hal-hal positif menjaga kerukunan dan kedamaian.
Menurutnya sejak ratusan tahun yang lalu, bangsa Indonesia memang dikenal sebagai bangsa religius. Dirinya menilai masyarakat Indonesia tidak bisa memisahkan antara nilai agama dan kehidupan sehari – hari..
“Menjadi sebuah tantangan kedepan, agar masyarakat Indonesia tidak terjebak memisahkan agama dalam keseharian, karena itu mengingkari jati diri Indonesia sebagai bangsa religius yang tidak lepas dari nilai agama,” katanya.
Ia mengingatkan agama harusnya digunakan untuk promotif, bukan konfrotatif. Memanusiakan manusia yang harus dikembangkan oleh masyarakat saat ini, dari pada menggunakan agama untuk dijadikan dasar menilai tindakan orang lain kepada diri sendiri. “Sebaiknya jadikan agama dasar untuk bertindak baik kepada orang lain,” katanya.
Menurutnya, jika agama dijadikan sebagai dasar menilai perilaku orang lain kepada diri sendiri maka akan menimbulkan ancaman pontensi konflik yang sangat besar terjadi di masyarakat. “Ini akan jadi problematik. Maka itu agama jadi dasar tindakan kita kepada orang lain. Karena keyakinan agama punya nilai-nilai mulia, bagaimana bersikap, bertutur kata,” katanya.
(Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email