”If I had no sense of humor, I should long ago have committed suicide.” (Mahatma Gandhi)
Bagi sebagian orang, humor itu sangat penting. Tentu saja selama itu tidak berlebihan dan membuat orang susah. Di dunia ini, bahkan banyak orang menggunakan senyum dan tawa untuk menanggulangi berbagai kesulitan yang mereka alami dalam perjuangan hidup. Bahkan seorang Mahatma Gandhi pernah mengatakan ,”Jika saya tidak memiliki rasa kepekaan terhadap humor, sejak dahulu saya sudah bunuh diri.” Bagaimana Islam melihat soal ini?
Dalam al-Thabaqat al-Kubra, sejarawan Arab kenamaan Ibnu Sa’ad berkisah tentang hari-hari Muhammad Rasulullah yang tak jarang ikut bergabung dengan kumpulan para sahabatnya. Selain berdiskusi dan bertukar syair, mereka juga kerap “bernostagia” dengan menceritakan hal-hal lucu sekitar prilaku mereka ketika masa-masa jahiliyah. Salah satu cerita itu pernah disampaikan Umar ibn Khattab: “Betapa bodohnya kita dulu waktu membuat sebuah tuhan dari adonan roti (maksudnya berhala), kita sembah benda itu dan ketika lapar lalu kita makan dia.”kenang Umar sambil tertawa.
Muhammad juga pernah menyandai Zahir, salah seorang sahabat yang agak lemah daya pikirnya, namun Sang Nabi mencintainya. Dia sering bilang Zahir yang sering menyendiri dan menghabiskan hari-harinya di gurun pasir sebagai “cowok padang pasir.
Suatu hari ketika Rasulullah sedang ke pasar, dia melihat “si cowok padang pasir” tengah terkagum-kagum melihat sejumlah barang dagangan. Dengan hati-hati, Rasulullah mendekati Zahir dan secara erat tiba-tiba memeluknya dari arah belakang. Otomatis Zahir terkejut: “Heiii……Siapa ini??! Lepaskan aku!!!”. Ia lantas memberontak dan menoleh ke belakang, dan langsung terkejut ketika melihat orang yang memeluknya ternyata Rasulullah. (Riwayat Imam Ahmad dari Anas ra)
Keisengan juga pernah dilakukan oleh Ali ibn Thallib kepada Rasulullah. Pada suatu ramadhan ketika Nabi dan para sahabat sedang ifthor, Ali secara sengaja mengumpulkan kupasan kulit kurma yang sudah dimakannya lantas diletakkan di tempat kulit kurma Rasulullah yang tengah fokus berbuka shaum. Ali kemudian berkata: “Ya Rasulullah, begitu laparnya dikau hingga begitu banyak kurma yang kau makan dari kami,”ujar Ali sambil menunjuk tumpukan kulit kurma di depan Rasulullah. Rasulullah yang sudah paham akan keisengan Ali segera “membalas”. Sambil senyum dan balas menunjuk tempat kulit kurma Ali yang licin, Sang Nabi lantas berkata: “Siapa sebenarnya yang lebih lapar, aku atau kamu?” (HR. Bukhori). Kalau dalam bahasa kita: Ali lapar banget sih lo, sampai-sampai kulit kurma aja lo embat juga .
Di waktu lain, pernah seorang nenek datang kepada Nabi, sambil mengadu “ Wahai Rasulullah, sepertinya surga itu adalah milik kaum lelaki saja adakah tempat bagiku untuk perempuan yang tua saya ini?” Nabi menjawab ”Nek, di surga tidak ada nenek nenek lagi, sorga itu bersih dari perempuan tua.” Mendengar keterangan itu, sang nenek menangis sambil berlalu. Nabi yang “agak panik” lantas menyuruh orang untuk memanggil kembali nenek tersebut. Begitu nenek itu datang kembali di hadapannya, dengan lembut Rasulullah kemudian berkata:
“Nenek di surga memang tidak ada lagi perempuan tua, karena semua akan menjadi muda kembali, Kaun perempuan akan menjadi perawan kembali termasuk nenek, jika nenek beriman dan beramal shaleh Taat kepada Allah dan Rosulnya.” Sambil menyusut air matanya, si nenek pun tersenyum gembira.
Bahkan menjelang wafat, Muhammad pun sempat-sempatnya bercanda. Ketika itu demam nabi semakin tinggi. Ia lantas menyandarkan kepalanya ke pangkuan paha Aisyah. Demi merasakan suhu badan Nabi yang panas, Aisyah langsung berseru cemas: “ Aduh…” Lagi-lagi sambil tersenyum, Nabi bilang ke Aisyah: “Sepertinya yang akan dipanggil Allah duluan kamu deh, karena aku yang merasakan sakit kok kamu yang mengaduh?” candanya.
Nabi itu menurut saya sangat cerdas ketika berhumor. Dalam teori seni melawak, ia kerap menggunakan “teknik bisosiasi”, yakni sebuah teknik mengemukakan sesuatu tak terduga pada akhir pembicaraan (orang-orang stand up comedy menyebutnya “teknik tikungan mendadak”) atau kata yang menimbulkan dua pengertian (asosiasi ganda). Maha Indah Allah yang telah menjadikan manusia sebagai mahluk humoris. Wallahu a’lam.
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email