Sudirman Said
Seminar dengan pembicara Sudirman Said batal digelar di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat kemarin (12/10/2018). Sudirman mengatakan seminar terpaksa pindah ke luar kampus sebab izin pemakaian auditorium Fakultas Peternakan UGM mendadak dicabut pihak dekanat.
"Sehabis salat Jumat menjelang berangkat ke kampus UGM, diberitahu panitia kalau acara tidak jadi dilaksanakan," kata Sudirman saat dihubungi reporter Tirto, pada Jumat malam.
Dari panitia acara, Sudirman mendengar alasan Dekanat Fakultas Peternakan yang khawatir seminar itu memicu polemik dan kekacauan. Direktur Materi dan Debat Tim Kampanye Prabowo-Sandiaga itu pun menilai alasan itu tidak masuk akal, apalagi tema seminar tidak berkaitan dengan politik praktis.
"Saya jawab pada panitia, 'ya sudah tidak apa-apa'. Yang saya sedih, kenapa harus pakai ada ancaman drop out [DO] ke adik-adik kita [mahasiswa]," kata dia. "Moga-moga ancaman drop out tidak benar.”
Acara yang dimaksud Sudirman bertajuk Seminar Kebangsaan "Kepemimpinan Era Milenial." Panitia juga mengundang Ferry Mursyidan Baldan dan pakar sosiologi Zaki Arrobi menjadi pembicara. Ferry adalah eks politikus Nasdem dan kini menjabat Direktur Relawan Tim Kampanye Prabowo-Sandiaga.
Seminar ini dijadwalkan berlangsung Jumat siang di Auditorium Fakultas Peternakan UGM. Usai izin pemakaian tempat dibatalkan mendadak, lokasi seminar pun terpaksa pindah ke sebuah rumah makan.
Poster seminar yang beredar mencantumkan Badan Ekesekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan UGM dan tiga komunitas sebagai penyelenggara. Tiga komunitas itu: Leader of Change Association (LCA), Wisma Shorea dan Rumah Joglo.
Namun, surat pernyataan dari UGM membantahnya dan menyatakan seminar itu bukan kegiatan BEM Fakultas Peternakan. Karena tidak terkait pendidikan, riset dan pengabdian pada masyarakat (tri dharma), izin lokasi dicabut. Surat itu diteken Dekan Fakultas Peternakan UGM Ali Agus dan Ketua BEM Fakultas Peternakan UGM Angger Ghozwan. Humas UGM merilis surat itu ke media untuk keperluan klarifikasi.
Angger tidak merespons saat dihubungi Tirto untuk dikonfirmasi. Sedangkan dekan Ali Agus menyatakan izin pemakaian auditorium fakultasnya untuk seminar dicabut karena tidak sesuai prosedur. "Surat diajukan dua hari sebelumnya [permohonan izin], jadi waktunya pendek sekali," kata Ali kepada reporter Tirto.
Menurut Ali, semula izin diajukan secara lisan oleh mahasiswa lewat BEM Fakultas Peternakan UGM. Karena petugas administrasi mengira acara itu untuk internal, izin diberikan. Usai poster acara menyebar, Ali baru mengetahui tema, penyelenggara dan nama-nama pembicara dalam seminar itu.
"Kalau internal silakan, tapi kalau pihak luar meminjam ruang, harus mengirim surat kepada Dekan sesuai dengan regulasi," kata Ali.
"Ini kegiatannya besar diikuti banyak orang, kok kami enggak tahu. […] Daripada nanti menjadi polemik, ya sudah karena ini kegiatan bukan oleh BEM, paling aman ya tidak diizinkan.”
Jika rencana dibahas bareng dekanat sejak jauh hari, kata Ali, seminar bisa saja diizinkan. Dia bahkan mempersilakan seminar membahas politik jelang Pilpres 2019, asal menghadirkan semua pihak dari kedua kontestan. Ia menilai acara seperti itu bisa menjadi sarana pendidikan politik bagi mahasiswa.
"Tempat akademik tidak boleh terlalu tendensius. Akademik harus netral," ujarnya.
Soal ancaman DO, Ali menyatakan, "Kenapa mungkin sampai Sekretaris Prodi [bilang] 'nanti kamu begini-begini' seolah-olah diancam DO, karena kami punya nilai akademik yang harus diamalkan," katanya.
Dia mencontohkan jika ada kasus mahasiswa bertindak tidak jujur, seperti mencontek atau memalsukan tanda tangan, tentu akan membawa risiko sanksi berat berupa pengurangan nilai.
Penjelasan Panitia
Juru bicara panitia seminar Lutfi Alfianto menilai pembatalan izin tempat dan polemik soal acaranya terjadi karena miskomunikasi. Ia pun menjelaskan hal yang berbeda dari pernyataan Ali Agus.
Lutfi menyebut, seminar itu digelar tiga komunitas mahasiswa bersama BEM Fakultas Peternakan UGM (BEM Fapet UGM). Terdapat nota kesepahaman mengenai kerja sama itu. Surat pernyataan bahwa seminar bukan kegiatan BEM, kata Lutfi, muncul setelah ada tekanan dari fakultas.
“Angger [ketua BEM Fapet] ditekan. Dia dipanggil pejabat fakultas yang minta acara batal [di kampus] dan dapat ancaman DO. Dia curhat ke Jibril [Ketua panitia] soal ancaman DO itu,” kata anggota LCA tersebut, pada Jumat malam.
Rencana penyelenggaraan seminar pun dipersiapkan sejak sebulan lalu. Mahasiswa yang mengaku dari Fakultas Pertanian UGM itu mengatakan, “Tujuan kami cuma agar intelektualitas tumbuh di kampus.”
Menurut Lutfi, awalnya panitia akan memakai ruang di gedung Perpustakaan Pusat UGM untuk lokasi acara. Akan tetapi, izin gagal didapatkan sebab forum itu dinilai bernuansa politik. “Padahal kami tidak punya motif politik, kami tidak pro-Prabowo-Sandi maupun Jokowi-Ma'ruf,” ujarnya.
Ia mengklaim sejak awal panitia sudah meminta moderator dan pembicara tidak berbicara isu politik di dalam seminar. “Makanya di poster, kami cantumkan keduanya mantan menteri, bukan dari partai.”
Soal alasan mengundang Sudirman dan Ferry, kata dia, karena kebetulan jaringan alumni kampusnya bisa membantu untuk mengundang dua pembicara itu. Jika ada alumni yang bisa membantu mendatangkan pihak dari pemerintah atau kubu Jokowi, Lutfi mengaku panitia siap mengundang.
“Misalnya, Pak Moeldoko [Kepala Staf Kepresidenan], kalau mau akan kami undang,” katanya.
Mengenai pilihan auditorium Fakultas Peternakan UGM sebagai lokasi acara, kata Lutfi, muncul setelah panitia kesulitan mencari tempat lain di kampus. Dia mengatakan panitia seminar dan BEM sudah mengajukan surat resmi peminjaman tempat. Izin dari pihak pengelola auditorium pun keluar pada dua hari sebelum acara.
“Setelah ada surat resmi keluar [izin tempat], kami baru menyebar poster acara Kamis kemarin,” ujar Lutfi.
Desakan fakultas agar acara batal digelar di auditorium, kata dia, baru muncul pada Jumat pagi, sekitar 5 jam sebelum seminar. Lutfi mengatakan pihak fakultas memanggil Angger (ketua BEM) dan meminta acara tidak digelar di auditorium karena dikhawatirkan menjadi ajang politik praktis.
“Izin dicabut mendadak, kami kelabakan cari alternatif tempat. Karena ada bantuan alumni, acara bisa digelar di [restoran] Pringsewu [Sleman], Pak Sudirman dan Pak Ferry yang hadir,” kata dia.
Meski demikian, Lutfi mengaku panitia tidak mau polemik berlarut. Mereka berencana mendorong ada forum bareng BEM dan fakultas untuk meluruskan persoalan akibat pembatalan izin itu.
Respons Rektorat UGM
Sementara itu, Wakil Rektor UGM Bidang Kerja Sama dan Alumni, Paripurna Sugarda menilai langkah Fakultas Peternakan sudah tepat. Sebab, seminar itu berpotensi memicu polemik di tengah masa kampanye.
“Kami tidak menolak orangnya. Kami jaga kampus menjadi tempat netral,” kata dia.
Sugarda berpendapat seminar itu janggal mengingat dalam catatannya Sudirman Said baru kali ini mengisi forum bertema kepemimpinan di UGM. Selain itu, meski tema seminar soal kepemimpinan, menurut Sugarda, dinamika diskusi tetap berpotensi membahas isu-isu politik yang sedang hangat.
“Tema boleh apa saja, pembahasan [dalam seminar] bisa saja bergeser,” kata dia.
Mengenai kabar ancaman DO kepada pihak panitia, dia menilai hal itu tidak perlu dikhawatirkan para mahasiswa. Ia menegaskan, sanksi DO tidak mudah dijatuhkan begitu saja.
“Ada kriteria jelas soal syarat DO. Misalnya karena nilai akademik di bawah batas [minimal] atau karena tindakan asusila, itu pun harus dibahas berjenjang dulu dari jurusan, fakultas hingga rektorat,” kata dia.
(Tirto/Berita-Terheboh/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email