Oleh: Cahyo Nayaswara
Judul
tulisan ini mengadopsi buku dengan Judul yang sama yang ditulis oleh
Djuyoto Suntani (DS) dan diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Perdamaian
Tahun 2007. Djuyoto Suntani adalah Presiden The World Peace Communitee
(WPC) sebuah Institusi Kemasyarakatan Internasional yang memiliki
jaringan di seluruh dunia dan mempunyai pengaruh sangat kuat pada dunia
internasional. Djuyoto Suntani juga adalah pencipta “Gong Perdamaian
Dunia (GPD)”.
Gong
Perdamaian Dunia diciptakan oleh Djuyoto Suntani (DS) bersama Gde
Sumarjaya Linggih akhir tahun 2002 pasca “bom Bali I”. Atas prakarsa
Susilo Bambang Yudoyono (Menko Polkam RI), GPD dibunyikan untuk pertama
kalinya oleh Presiden dan Wakil Presiden RI di Bali pada tanggal 31
Desember 2002 pukul 00.00 wita untuk mencanangkan “2003 sebagai Tahun
Perdamaian Indonesia”. Gong yang dibunyikan tersebut adalah gong yang
berasal dari desa Plajan, Mlonggo, Jepara, Jawa Tengah. Gong itu dibuat
oleh seorang wali 450 tahun yang lalu dan digunakan untuk da’wah syiar
Islam di lereng gunung muriah. Gong yang bernilai sakral tersebut adalah
milik ibu Mursini, generasi ketujuh dari wali yang membuatnya.
Sebagai
putra yang lahir di lereng gunung Muriah, Djuyoto Suntani membuat
duplikat gong tersebut untuk dijadikan gong perdamaian dunia. sebagai
satu-satunya sarana persaudaraan dan pemersatu ummat manusia. Duplikat
Gong Perdamaian Dunia telah dipasang secara permanen di China, India,
Swiss, Helsinki (Finlandia), Maputo (Mozambik), Godollo (Hongaria) dan
selanjutnya menyusul akan dipasang di gedung putih, Washington DC
(Amerika), Caracas (Venezuela), Islamabad (Pakistan), London (Inggris),
Berlin (Jerman), Paris (Perancis), Moskow (Rusia), Istanbul (Turki),
Cape Town (Afsel), Madrid (Spanyol), Amsterdam (Belanda) dan tahun 2015
dipasang di seluruh dunia termasuk satu unit Gong Perdamaian Dunia akan
dipasang di bulan.
Sebagai
bangsa Indonesia, kita semua sepatutnya menyambut baik dan mendukung
sepenuhnya ide cemerlang ini sebab apa yang dilakukan oleh bapak Djuyoto
Suntani (DS) sudah sesuai sebagaimana amanah UUD 1945 yaitu “ikut aktif
menjaga perdamaian dunia”.
Djuyoto
Suntani (DS) mensinyalir adanya konspirasi global yang berusaha
menghancurkan bangsa Indonesia agar pecah menjadi 17 negara merdeka.
Gerakan ini telah berhasil menghilangkan Uni Soviet dari peta dunia. Uni
Soviet yang selama 70 tahun adalah satu negara kuat terpecah menjadi 15
negara merdeka
yaitu; Azerbaijan, Kazakstan, Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenistan,
Kirgiztan, Latvia, Lithumania, Estonia, Belarusia, Ukraina, Moldova,
Georgia, Armenia dan Rusia.
Selain Uni
Soviet, Yugoslavia juga telah dilenyapkan peta negaranya dari muka bumi
setelah bertahan selama 70 tahun. Tahun 1991-1992 Yugoslavia dipecah
menjadi 6 negara merdeka yaitu: Slovenia, Kroasia, Bosnia, Herzeqovina,
Macedonia dan Serbia Montonegro. Tahun 2005 Montonegro lepas dari
Serbia.
Jauh sebelum
imperium Uni Soviet runtuh dan terpecah belahnya Yugoslavia telah
diprediksikan dan diramalkan oleh bapak Djuyoto Suntani. Sama halnya
dengan Indonesia, jauh sebelum Megawati Soekarno Putri terpilih menjadi
Presiden RI ke 5 telah diramalkan oleh bapak DS bahwa Indonesia satu
waktu akan dipimpin oleh Presiden wanita. Ini dituangkan dalam buku yang
ditulis oleh DS “perspektif wanita Indonesia abad 21” tahun 1988.
Secara pribadi saya himbau kepada kita semua agar tidak menyepelekan
buku “Tahun 2015, Indonesia Pecah” yang ditulis oleh DS karena hal itu
merupakan warning bagi kita semua yang mencintai NKRI agar waspada. Buku
tersebut ditulis berdasarkan perenungan yang sangat mendalam, kajian
secara cermat bersumber dari siklus alam, peranan konspirasi jaringan
global, berbagai tanda-tanda dan fenomena alam, sejarah perpolitikan
nusantara, telaah ilmiah sampai rumusan rumit dalam bentuk prediksi
spiritual.
Menurut DS,
konspirasi global yang berusaha menghancurkan bangsa Indonesia agar
pecah menjadi “17 negara merdeka” dikomando oleh satu gerakan Illuminati
Internasional melalui jaringan the Luciferians Conspiration dengan
operator lapangan Freemasonry. Jaringan tingkat tinggi dunia yang kini
menguasai dan mengendalikan bumi ini menggunakan kata sandi misteri
angka “666”. Kantor Pusatnya di Brussel – Belgia berbentuk salib
terbalik dengan sandi puncak angka “666”. Kantor operasional di Dallas –
Amerika Serikat menggunakan gedung bernama “666” (666 Building).
Pada awal
1990 an jaringan the Luciferians Conspiration sepakat menyusun strategi
untuk menghancurkan ekonomi Indonesia. Mereka memutuskan tahun 1997
sebagai awal proses penghancuran. Mereka menyusun skenario maha dahsyat
“menghancurkan kekuatan Indonesia”. Pada Juli 1997 perekonomian
Indonesia babak belur. Mereka melakukan serangan Jum’at. Setiap hari
Jum’at, saat karyawan Bank Indonesia melaksanakan shalat Jum’at dengan
bantuan teknologi canggih gerakan Illuminati mengambil simpanan cadangan
dollar USA di Bank Indonesia. Minggu kedua Juli 1997 nilai tukar dollar
kerupiah Rp.2.400 tiba-tiba naik menjadi Rp.3.500 pada Jum’at sore
harinya, pasar dan pelaku ekonomi jadi panik. Jum’at berikutnya naik ke
level Rp.5.500 seterusnya setiap Jum’at sore bergerak naik ke Rp. 7.000
sampai menembus angka Rp.20.000.-
Setelah
strategi serangan Jum’at berhasil, gerakan itu melangkah ke strategi
berikutnya yaitu memecah belah antara pemimpin dan membuat
pengkotak-kotakan.
Gerakan
mereka terbungkus rapi dengan mengatasnamakan demokrasi, hak azasi
manusia dan kebebasan pers. Setelah berhasil memecah-belah kekuatan
pemimpin bangsa, mereka masuk pada strategi berikutnya yaitu penyesatan
opini dan penciptaan musuh bersama.
Illuminati
Internasional membuat garis kebijakan mendasar pada patron penciptaan
“Tata Dunia Baru”. Peta negara di dunia digambar ulang. Negara Uni
Soviet dipecah menjadi 15 negara merdeka. Yugoslavia dipecah menjadi
enam negara (sebentar lagi tujuh, Kosovo segera merdeka). Cekoslowakia
menjadi dua, Irak segera dipecah menjadi “tiga Negara” (negara Syiah,
negara Sunni dan negara Kurdistan). Peta NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia) kini sedang digarap untuk dipecah menjadi “17 negara
merdeka”. Dalam “versi mereka” Republik Indonesia disisakan tinggal
“Republik Jamali” (Jawa, Madura dan Bali) sebagai induk imperium
Majapahit Mataram.
Mereka
mengusung tema “Tata Dunia Baru” secara terus menerus. Sejumlah negara
Eropa yang melawan, diejek dengan sebutan “old Euro” (Eropa Tua) yang
sudah usang. Dalam sistem “Tata Dunia Baru”, obsesi besar mereka, dunia
harus berada dalam “Satu Sistem Pemerintahan (kapitalis di bawah AS),
Satu Mata Uang (Dollar AS), Satu Sistem Agama (Sekulerisme-Universal).
Melalui
matra berdimensi spiritual yang diletakkan pada gambar sebelah kiri mata
uang “satu dollar USA”, mereka berambisi menguasai dunia. Dengan
strategi “satu Dollar menguasai dunia”, mereka berupaya
memporak-porandakan struktur budaya, tradisi masyarakat, ekonomi,
politik internasional dan peta geografi dunia. Strategi itu dijabarkan
lewat pemasangan lambang Illuminati pada mata uang satu dollar USA.
Keterangan Gambar :
Sebelah kiri LOGO Iuminati berbentuk piramid terpancung di puncaknya dengan simbol satu mata (dajjal) |
Simbol
Illuminati Internasional berbentuk piramid terpancung dengan puncak satu
mata (dajjal), dikenal sebagai Dewi Iris atau Dewi Mesir alias setan
(dajjal). Pada gambar segitiga di sisi kiri “uang satu dollar USA”
terdapat tulisan Annuit Coeptitis berarti setan setuju dengan gerakan
Lucifer. Satu mata dalam segitiga (All Seeing Eye) merupakan mata setan
(dajjal). Dajjal dalam pemahaman Islam dilukiskan berupa mahluk produk
dunia. Sepak terjang mahluk bengis bermata satu, sangat membahayakan
tatanan moral manusia.
Di bawah
Dewi Iris terdapat piramid terpancung dengan 13 blok. Ke 13 blok
merupakan grand strategy global menguasai dan mengendalikan seluruh isi
dunia.
Melihat
latar belakang warisan sejarah, wilayah nusantara sudah dihuni orang
ribuan tahun lalu. Berbagai peninggalan masa silam telah menunjukkan
nenek moyang kita dulu sudah memiliki peradaban yang jauh lebih unggul
dibanding bangsa Eropa. Di museum Sangiran-Jawa Tengah terdapat fosil
manusia purba berusia jutaan tahun. Di daerah Fakfak tanah Papua
terdapat “gunung nabi” berupa fosil berbentuk kapal berusia ribuan
tahun. Di Kalimantan Barat ada temuan tentang Republik Borneo yang jauh
lebih tua dibanding kehadiran United State of America (USA).
Di dataran
tinggi Dieng-Jawa Tengah terdapat peninggalam candi berusia ratusan
tahun. Melihat struktur tata ruang kawasan Dieng, dulu merupakan sebuah
pusat kota sekaligus pusat kerajaan yang memiliki peradaban tinggi.
Bukti riil kalau nenek moyang kita memiliki peradaban tinggii dapat
dilihat pada peninggalan spektakuler candi Borobudur.
Pusat ibadah
agama Budha di Magelang-Jawa Tengah itu merupakan karya legendaries
nenek moyang kita yang jauh lebih unggul dibanding bangsa Eropa.
Pada saat
candi Borobudur dibangun oleh Gunadharma pada abad kedelapan masehi,
bangsa Eropa masih hidup dalam kegelapan. Bangsa Eropa masih menjadi
bangsa primitif. Benua Amerika masih kosong. Benua Amerika baru
ditemukan oleh Laksamana Muhammad Cheng Ho zaman Dinasti Ming pada abad
ke 14. Sedangkan Christopher Colombus baru menjejakan kaki di benua
Amerika 70 tahun kemudian. Penemu benua Amerika seorang Muslim asal
China, Laksamana Muhammad Cheng Ho.
Tapi kenapa
sekarang justru mereka jauh lebih unggul mampu “menguasai dunia”
sementara kita menjadi bangsa terbelakang?. Kenapa bangsa kita selalu
merasa inferior, rasa rendah diri, minder terhadap bangsa bule yang dulu
belajar ilmu dari kita bangsa Asia?. Jawabnya Cuma satu: mentalitas,
kita tidak punya nyali.
1. Sumpah Palapa dan Sumpah Pemuda.
Melihat
sejarah masa silam, penduduk yang mendiami kepulauan Nusantara dan
sekarang menamakan diri sebagai bangsa Indonesia, selama ini telah tiga
kali melakukan integrasi bersatu menjadi satu bangsa. Namun karena
intrik di dalam negeri didukung oleh kekuatan luar, lalu pecah dan
bubar. Berubah menjadi “negara-negara” atau kerajaan-kerajaan” kecil.
Persatuan pertama dilakukan
pada zaman kerajaan Sriwijaya abad 6 – 7 Masehi. Kerajaan dengan pusat
kekuasaan di Sumatera Selatan dekat kota Palembang sekarang, memiliki
kekuatan armada angkatan laut yang kuat, mampu menyatukan penduduk
nusantara dalam satu bendera Sriwijaya. Waktu itu kerajaan Sriwijaya
begitu dihormati dunia sebagai kerajaan besar, menjadi pusat agama Budha
di Asia Tenggara, pusat ilmu pengetahuan serta pusat perdagangan.
Pengaruh Sriwijaya sampai kawasan yang sekarang disebut Malaysia,
Thailand dan Philipina.
Kebesaran
Sriwijaya yang mampu menyatukan penduduk nusantara, memasuki tahun
ke 70, hancur menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Ketika pemerintah pusat
di Palembang mulai melemah, muncul pergolakan di berbagai daerah
menuntut “merdeka” menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang mandiri.
Hilangnya figur pemersatu menyebabkan “pemerintah pusat Sriwijaya”
kehilangan wibawa, kemudian bermunculan kerajaan-kerajaan kecil di
seluruh kepulauan nusantara.
Persatuan kedua terjadi
terjadi pada abad ke 13-14 Masehi di bawah bendera Majapahit dengan
pusat kerajaan di Trowulan-Jawa Timur sekarang. Sewaktu Hayam Wuruk
menjadi raja, ia memiliki seorang Mahapatih bernama Gajah Mada yang
memiliki nyali dan obsesi maha-besar. Gajah Mada yang memiliki tubuh
ukuran sedang, bersumpah untuk menyatukan seluruh penduduk nusantara
dalam satu bendera negara Majapahit. Sumpah legendaris itu dikenal
dengan nama “Sumpah Palapa”.
Sumpah
Palapa merupakan spirit, sebuah tekad yang sangat kuat menyatukan
penduduk yang mendiami kepulauan nusantara. Dari pulau Andalas
(Sumatera) di barat sampai tanah Papua di ujung timur. Rakyat di seluruh
kawasan nusantara berada dalam satu kesatuan di bawah imperium
Majapahit. Pengaruh wilayah Majapahit waktu itu bukan seukuran Republik
Indonesia sekarang, melainkan jauh lebih luas lagi, sampai semenanjung
Malaya, Philipina, Thailand, hingga Srilangka bahkan masuk ke Madagaskar
di pantai timur Afrika.
Tapi sejarah
kembali terulang. Kebesaran Majapahit tidak bisa dipertahankan. Ketika
usia kerajaan itu mencapai angka 70 tahun, terjadi gesekan intrik
politik dari dalam. Kehilangan figur kuat sebagai pemersatu Majapahit
yang mampu mengendalikan kerajaan, menyebabkan wilayah kekuasaan di
berbagai daerah, pelan-pelan melepaskan diri dari ikatan Majapahit.
Pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Raden Patah sebagai keturunan
langsung berdarah Sriwijaya dan Majapahit, membangun kerajaan baru di
tanah Demak-Jawa Tengah sekarang.
Persatuan ketiga terjadi
pada abad ke 20-21 dengan nama Republik Indonesia. Melalui deklarasi 28
Oktober 1928 di Jalan Kramat Raya – Jakarta Pusat, dikenal dengan nama
“Sumpah Pemuda”, para pemuda berikrar : “Berbangsa Satu Bangsa
Indonesia, Berbahasa Satu Bahasa Indonesia, Bertanah Air Satu Tanah Air
Indonesia”. Perjuangan panjang para pemuda Indonesia mengintegrasikan
tanah nusantara menjadi satu bangsa yang merdeka dan berdaulat,
diwujudkan melalui pembacaan proklamasi oleh Soekarno-Hatta pada tanggal
17 Agustus 1945 di jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
2. Belajar dari Sriwijaya dan Majapahit
Sejak 17 Agustus 1945 penduduk di tanah Nusantara secara resmi untuk “ketiga kali” bersatu menjadi “satu bangsa”. Pertama bernama Sriwijaya, kedua bernama Majapahit dan ketiga bernama Republik Indonesia.
Sekarang kita patut bertanya : apakah pengorbanan para pendiri republik yang susah payah menyatukan “tanah nusantara” itu mesti kembali terpecah-belah, hancur menjadi negara-negara kecil?. Kerajaan
Sriwijaya pecah pada usia 70 tahun (abad ketujuh). Kerajaan Majapahit
terpecah pada usia 70 tahun (abad ke 14), apakah Republik Indonesia juga
akan pecah pada HUT RI ke 70 tahun 2015 (abad ke 21) nanti?. Apakah
terjadi siklus “700 tahun”, tiap tujuh abad penduduk di persada
nusantara bercerai berai ?.
Misteri
siklus usia 70 tahun dalam siklus periode tujuh abad, telah memberi
sinyal khusus di balik fenomena alam. Pertama kita bersatu di bawah
payung Sriwijaya (mayoritas Budha) pada abad ketujuh. Kedua bersatu di
bawah payung Majapahit (mayoritas Hindu) abad ke 14. Ketiga bersatu
dibawah payung Republik Indonesia (mayoritas Islam) pada abad ke 21.
Apakah
peringatan HUT RI ke 70 tahun 2015 (abad ke 21) “kapal Republik
Indonesia” mesti pecah lagi?. Muncul negara-negara baru bernama Negara
Aceh? Negara Riau? Negara Celebes? Negara Kutai? Negara Maluku? Negara
Papua? Negara Bugis? Negara Borneo? Negara Tapanuli, dan seterusnya
seperti yang sekarang sedang dirancang dalam peta baru oleh jaringan the
Luciferians Conspiration menjadi “17 negara baru”?.
Mitos angka
tahun ke 70 an biasa menjadi tanda “bubarnya sebuah Negara”. Imperium
Uni Soviet yang maha luas, memiliki territorial terbesar di dunia, punya
kekuatan militer menggetarkan jagat raya, bubar pada sekitar 70 an
tahun. Uni Soviet pecah menjadi 15 negara merdeka. Negara Balkan
Yugoslavia juga pecah menjadi 6 (enam) negara merdeka pada usia sekitar
70 an tahun.
Fenomena
perpecahan bagi Republik Indonesia seperti saya lukiskan di atas, sudah
tampak di depan mata. Melalui semangat otonomi daerah, para bupati dan
walikota menjadi “raja-raja kecil” di daerah. Mereka sering memandang
“sebelah mata” keberadaan pemerintah pusat. Apalagi pertanggung-jawaban
jabatan mereka bukan lagi kepada pemerintah pusat.
Untuk mencegah pecahnya kapal NKRI yang kita cintai, kita membutuhkan “Sarana Pemersatu Bangsa”.
Seperti
bentuk benua, pulau-pulau di kawasan nusantara yang dihuni bangsa
Indonesia mengalami perubahan bentuk. Contoh paling mutakhir bisa
disaksikan pasca tsunami akhir 2004 yang menerjang propinsi Aceh dan
Sumatera Utara. Pasca tsunami terjadi erosi daratan di kawasan pantai
barat pulau Sumatera bagian Utara. Bila digambar ulang secara cermat,
bentuk daratan bagian barat pulau Sumatera tidak lagi seperti gambar
dalam peta selama ini. Laut makin luas, daratan kian berkurang.
Pada bagian
lain, peta negara pulau tetangga kita, Singapura juga berubah, tapi
bertambah luas. Melalui eksplorasi pencurian pasir dari Indonesia,
negeri kecil itu terus memperluas daratan. Bila daratan Indonesia
berkurang karena diterjang bencana alam, daratan negara pulau Singapura
justru bertambah luas karena eksplorasi pasir asal Indonesia. Begitu
pula kawasan Sidoarjo-Jawa Timur, karena muncul Lumpur panas Lapindo,
terjadi perubahan peta wilayah.
Pada masa
mendatang, perubahan peta nusantara bakal terjadi. Mengingat sekitar
8.500 pulau milik Indonesia sampai sekarang belum bernama, belum
berpenghuni, serta tidak dikelola secara baik, bila kita ceroboh, dalam
waktu tidak lama, segera berganti pemilik. Jika pemerintah dan
putera-puteri bangsa Indonesia masih terus “sibuk berkelahi” berebut
kekuasaan, bukan mustahil pulau-pulau kita nanti tahu-tahu dihuni dan
dikuasai warga negara tetangga. Pulau-pulau itu telah dihuni warga
negara asing, lalu tiba-tiba berkibar bendera negara lain. Kasus
lepasnya Sipadan dan Ligitan dari Indonesia merupakan contoh
pembelajaran mahal bagi bangsa ini. Kita mudah kecolongan karena lemah
dalam segala hal.
Jika
pulau-pulau kosong secara diam-diam dihuni oleh warga asing atau warga
Indonesia tapi tidak mendapat perhatian dari pemerintah, jangan kaget
bila nanti kita dikejutkan oleh keinginan mereka untuk melepaskan diri
dari ikatan “Merah Putih”. Mereka menuntut lepas atau memilih bertindak
pada negara tertentu. Contoh paling aktual terjadi pada penduduk pulau
Gibraltar di sebelah Selatan Spanyol. Pemerintah Madrid mendadak
dikejutkan keinginan warga pulau Gibraltar melepaskan diri dari ikatan
bangsa Spanyol. Mereka menuntut dua opsi, merdeka atau ikut
Persemakmuran Inggris.
Konspirasi
global jaringan the Luciferians Internasional sudah puluhan tahun
menggarap Indonesia untuk dipecah belah menjadi kepingan “17 negara
merdeka”. Dimulai lepasnya Propinsi Timor Timur (Timtim), Penguatan
Otonomi Daerah, pengibaran bendera Bintang Kejora di Papua secara rutin
tiap tanggal 1 Desember, kemenangan rakyat Aceh dalam Pilkada Gubernur
yang menempatkan calon Independen (non-partai) dari GAM menjadi Gubernur
Aceh, penguatan eksistensi RMS hingga tampil mengibarkan bendera di
depan presiden RI pada acara Hari Keluarga Nasional 27 Juli 2007 di
Ambon, dan lain-lain.
Bila pusat
banyak mengecewakan rakyat, kedepan rakyat tidak begitu peduli dan tidak
respek terhadap Jakarta. Bila para elit politik sibuk berkelahi, sibuk
mengurusi kepentingan diri sendiri dan kelompok, jangan salahkan bila
saudara-saudara kita di daerah punya keinginan mandiri. Pada era
informasi sekarang, akses ke seluruh penjuru dunia mudah diperoleh.
Konspirasi
global telah lama menyusun “peta baru Nusantara”. Pola strategi
penggarapan dilakukan melalui dua jalur, dari dalam dan luar negeri.
Paling intensif digarap dari dalam negeri. Ketidakadilan dan
kekurangmampuan pemerintah pusat dalam mengelola negara, menjadi pemicu
utama. Dua jalur itu kini sudah mengepung Indonesia. Dilakukan secara
sistematis, terprogram dengan mengusung tema indah tentang perubahan
menuju demokratisasi, transparansi, kebebasan serta kesejahteraan.
Awal tahun
2000 sejalan semangat reformasi yang sulit dikendalikan, sejumlah anak
bangsa mengusung isyu tentang tema mengubah NKRI menjadi Negara Federal.
Isyu keinginan mengubah NKRI menjadi Negara Federal jangan dipandang
enteng. Bila pemerintah yang berkuasa tidak pernah mewujudkan
janji-janji indah selama masa kampanye, rakyat yang lapar pasti kecewa,
lantas memberontak mengikuti skenario global mengubah peta NKRI menjadi
negara Federal.
Mulai akhir
2004 bangsa ini setiap hari didera musibah demi musibah. Sejak 26
Desember 2004, bencana tsunami menghancurkan propinsi Aceh dan sebagian
Sumatera Utara, puluhan juta penduduk Indonesia hidup menderita. Musibah
tsunami disusul gempa bumi Yogya-Jateng pertengahan tahun 2005
menewaskan lebih setengah juta penduduk negeri. Puluhan juta penduduk
lain dilanda frustasi hebat karena kehilangan masa depan.
Belum habis
didera derita bencana alam, masyarakat Indonesia “dihajar bencana
pemerintah”. Kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) disusul kenaikan
semua harga kebutuhan hidup sebanyak dua kali selama tahun 2005,
melengkapi penderitaan rakyat Indonesia. Rakyat semakin hari kian sulit
untuk sekedar dapat bertahan hidup di negeri sendiri. Di negeri yang
subur makmur ini kelaparan terjadi di mana-mana.
Di
tengah-tengah penderitaan sebagian besar rakyat, penduduk Sidoarjo Jawa
Timur dihajar badai bencana mengerikan ciptaan manusia bernama Lumpur
Lapindo. Sepanjang tahun 2006 dan 2007 musibah demi musibah datang
beruntun tanpa henti. Pesawat Adam Air jalur penerbangan Surabaya-Manado
hilang misterius tanpa jejak. KM Senopati Nusantara tenggelam di
lautan, ratusan penumpang hilang tanpa bekas. Awal Februari 2007 kota
Jakarta dan sekitar dikepung banjir, 70 persen daratan ibukota negara
tenggelam.
Jika
sebagian besar rakyat sudah frustasi, kehilangan akal sehat, mereka rela
melakukan apa saja, asal bisa bertahan hidup. Rakyat tidak lagi peduli
terhadap bentuk Negara. Apakah berbentuk NKRI atau negara Federal. Dalam
pola fikir rakyat yang penting bisa hidup layak. Bisa makan kenyang dan
nyenyak tidur.
Mencermati
kehidupan sebagian besar rakyat kita semakin hari terasa kian sulit
menjalani hidup layak, wacana negara Federal yang diusung sejumlah anak
bangsa, perlu dikaji dan telaah secara serius. Wacana itu dapat berubah
menjadi kemauan rakyat. Jangan kaget bila suatu saat rakyat berteriak:
“Kami hanya butuh hidup layak, punya masa depan yang jelas. Kami tidak
peduli apapun bentuk Negara dan namanya…”
Sebagai
sesama bangsa, kita tidak ingin bangsa ini pecah menjadi kepingan “17
negara merdeka” sebagaimana rancangan skenario global yang disiapkan
jaringan the Luciferians Conspiration. Kita ingin Republik Indonesia
berdiri tegak, gagah sampai akhir zaman. Kita berharap kelak Indonesia
menjadi negara super-power, memiliki peradaban tinggi, mampu mewarnai
percaturan dunia internasional melalui “Gong Perdamaian Dunia (GPD)”.
Konspirasi
global telah merancang tahun 2015 Indonesia dipecah menjadi “17 negara
merdeka”. Untuk mengantisipasi konspirasi global itu, kami telah
berupaya melakukan penetrasi global melalui pemasangan GPD secara
permanen di seluruh penjuru dunia. Jika the Luciferians Conspiration
membuat skenario tahun 2015 Indonesia dipecah menjadi “17 negara
merdeka”, pada tahun sama kami punya target pasang GPD di seluruh
penjuru negara merdeka. Dengan keberadaan GPD terpasang di seluruh
dunia, menjadi tali pengikat semangat kebersamaan kebanggaan seluruh
bangsa. Menjadi sumber inspirasi, spirit jatidiri, serta dorongan kuat
bangsa ini agar tumbuh menjadi bangsa besar yang disegani dunia.
Untuk
menghadapi kekuatan super-misteri angka “666” yang telah sukses
mengacak acak isi dunia, menancapkan kuku taring kekuatan di mana-mana,
mengendalikan bumi, kita dapat menghadapi melalui kekuatan misteri
angka “6666”. Misteri angka “6666” merupakan angka Illahiah, angka
kebenaran. Angka “6666” memiliki kekuatan maha-dahsyat yang mampu
menangkis semua bentuk kejahatan di seluruh alam semesta.
Angka “6666”
merupakan angka kejayaan, sama dengan jumlah ayat Alqur’an. Kitab suci
Alqur’an merupakan satu-satunya wahyu Illahi yang tidak pernah
“diamandemen” sepanjang masa. Dari dulu sampai akhir zaman. Alqur’an
tetap berisi “6666” ayat. Setiap ayat bila dikaji secara mendalam,
memiliki makna luar biasa. Angka “6666” merupakan angka kesempurnaan.
Coba kita jumlahkan: 6+6+6+6 = 24. Angka 24 = 2+4 = angka 6.
Dibolak
balik dengan cara apapun, angka “6666” tetap menjadi angka kejayaan dan
kesempurnaan. Rukun iman ada 6, jumlah hari kerja ada 6 (hari ada tujuh,
libur 1 hari tinggal enam). Bentuk angka 6 kebalikan dari angka 9. Bila
angka 9 milik Tuhan (99 sifat Tuhan), angka 6 menjadi milik mahluk
ciptaanNya. Mahluk licik kubu setan menggunakan kekuatan misteri “666”,
kita yang berada di jalur kebenaran harus hadapi dengan menggunakan
misteri angka “6666”. Itulah rahasia Tuhan kenapa jumlah kitab suci
Alqur’an ada “6666” ayat.
Untuk
menghadapi misteri “666” sebagai kekuatan angka setan, kita melakukan
perlawanan dengan misteri “6666” sebagai angka Illahiah. Cara menghadapi
bukan secara kasat mata dijumlahkan menjadi lebih besar, melainkan
menggunakan akal fikiran, kecerdasan, kritis, berjiwa besar, bermental
dunia, pintar serta meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan. Bangsa
Indonesia mesti bersatu, menjadi bangsa cerdas dengan memiliki
kepribadian kuat, tidak gampang dikibuli kekuatan modern yang
mengkapanyekan tema demokrasi, hak azasi, tranparansi dan kebebasan
pers. Indonesia memiliki model demokrasi sendiri.
Di Amerika
Serikat sensor pers sangat ketat. Pers dilarang memberitakan keburukan
bangsa sendiri. Yang diekspos pers Amerika melulu tentang kehebatan,
kemajuan, kejayaan dan kedigdayaan. Sehingga dunia tahu bahwa Amerika
Serikat itu hebat, padahal di sana banyak orang miskin, kumuh, buta
huruf, kriminal, teroris dan sejenis. Semua dikemas dengan halus, tidak
“total transparan” seperti pers Indonesia.
Pernah ada
seorang pendeta Kristen bertanya kepada saya, untuk apa setan diciptakan
Tuhan di alam semesta? Jika pekerjaan setan hanya membuat berbagai
kerusakan di alam semesta, kenapa tidak dimusnahkan saja? Sang pendeta
ini bertanya setelah melakukan perenungan yang sangat mendalam. Ia
berfikir, mengapa dunia mesti kacau balau? Mangapa dunia mesti ada
setan? Mengapa dunia mesti banyak orang jahat? Mengapa dunia mesti ada
misteri angka “666” milik setan?
Mendapat
pertanyaan seperti itu, saya beri jawaban secara logika sederhana. Setan
diciptakan Tuhan untuk menjadi mitra “latih tanding” (sparring) ummat
manusia. Manusia sebagai mahluk paling sempurna dibekali akal fikiran,
kecerdasan intelektual dan hati nurani memiliki derajat paling tinggi.
Tuhan mengangkat manusia menjadi khalifah (pemimpin) di alam semesta.
Dengan ada setan sebagai mitra latih tanding, manusia dapat menggunakan
akal fikiran dan hati nurani. Manusia bisa membedakan, mana yang buruk
dan mana yang baik. Sebagaimana diulas di atas, di alam semesta semua
serba “berpasangan” (ganda). Setan menjadi personifikasi kejatahan
menggunakan misteri angka “666” diplot untuk menjadi penghuni neraka.
Kalau setan dihabisi, semua jadi baik, otomatis neraka kosong tidak
memiliki penghuni. Mitra tanding misteri “666’ ya misteri angka “6666”
yang menjadi personifikasi kebaikan.
Mendengar
jawaban sederhana itu, sang pendeta nampak puas. Kegelisahan selama
bertahun-tahun terhadap eksistensi setan sebagai perusak alam semesta,
telah sirna. Ia hadapi kekuatan setan dengan angka kesempurnaan misteri
“6666”. Ia terus berbuat kebaikan bagi seluruh alam tanpa henti. Ia
jalani hidup dengan ikhlas, tenang dan damai.
Demikian Summary buku: Tahun 2015 Indonesia “Pecah” yang disusun oleh bapak Djuyoto Suntani.
PANDANGAN GERAKAN ALMAHDI TERHADAP INDONESIA
Saya
mendapatkan buku Djuyoto Suntani “tahun 2015 Indonesia Pecah” dari
seorang kawan saya di Jakarta pada tahun 2008. Sebagai seorang seniman,
jujur saya katakan bahwa saya tidak tertarik boleh dikata alergi
terhadap buku-buku atau apapun yang berbau politik. Saya terlalu lugu
untuk masuk ke dunia politik, dunia yang mengenyampingkan rasa welas
asih, dunia yang penuh dengan kepalsuan dan kebohongan. Ternyata setelah
saya membolak balik daftar isi buku DS saya tidak melihat hal-hal yang
berbau politik di dalamnya. Saya justru melihat niat baik, ketulusan,
kejujuran dan kebaikan budi pekerti seorang hamba Allah yang bernama
Djuyoto Suntani. Ada dua gagasan DS yang menarik buat saya pertama; ide
pembuatan gong perdamaian dunia. Ide ini dapat mengangkat pamor bangsa
Indonesia di dunia internasional. Kedua, misteri angka 6666 untuk
melawan misteri angka 666 (triple six) yang digunakan oleh gerakan
Illuminati Internasional. Dalam injil angka “666” disebut sebagai simbol
setan sedangkan dalam Alqur’an “666” disebut sebagai binatang yang
melata (ular). Untuk melawan triple six kita gunakan angka “6666”. Angka
6666 adalah jumlah ayat yang ada didalam kitab suci Alqur’an, kitab
yang diimani oleh ummat islam di seluruh belahan dunia.
Setiap tahun
saya membaca buku Djuyoto Suntani setidaknya dua kali setahun sekedar
untuk menyegarkan ingatan saya. Rutinitas keseharian saya mencari makan
buat menghidupi istri dan keempat putra-putri saya tidak boleh
menghalangi kewajiban saya sebagai putra bangsa untuk memikirkan
pecahnya NKRI. Gagasan pertama DS tidak perlu dipermasalahkan karena
saya sudah terima dan telan bulat-bulat. Yang patut dipertanyakan adalah
gagasan kedua. Diibaratkan; mau makan nasi basi, belum masuk mulut,
tercium bau busuk, jika ditelan ahirnya keluar juga. Saya memberi
analogi seperti ini sebab DS tidak menjelaskan bagaimana cara
menggunakan angka 6666 itu. Alqur’an sebagai kitab suci meski diimani
oleh seluruh ummat islam akan tetapi tidak semua orang islam pandai
membaca Alqur’an (buta huruf Alqur’an). Meski tahu membacanya belum
tentu tahu artinya. Meski tahu artinya belum tentu mengerti maksudnya.
Meski tahu maksudnya belum tentu memahaminya. Meski faham akan tetapi
belum tentu memahami dengan benar. Ambil contoh saja KH. Abu Bakar
Ba’asyir, pengasuh pondok pesantren Ngruki-Solo, Jawa Tengah yang merasa
diri faham terhadap Alqur’an kemudian membimbing orang-orang melakukan
jihad di jalan Allah (menurut keyakinan pribadinya sendiri) lalu menebar
teror di mana-mana, melukai bahkan membunuh orang-orang yang tidak
berdosa. Apakah ini yang diinginkan oleh Alqur’an?. Perintah jihad di
dalam Alqur’an amat sangat sedikit, itupun sudah salah dipahami. Ummat
islam terpecah belah kedalam banyak golongan, sumber perpecahannya
lantaran salah memahami satu-dua ayat saja kemudian masing-masing
mempertahankan pendapat dan keyakinannya. Dapat dibayangkan apa yang
akan terjadi jika ummat islam sudah berbeda pendapat dalam memahami
6.666 ayat.
Jika ummat
islam saja berbeda pendapat dan tidak bersatu dalam memahami Alqur’an
bagaimana mungkin misteri angka 6666 bisa digunakan melawan gerakan
Illuminati Internasional yang menggunakan angka 666 (triple six/simbol
syetan atau Lucifer). Patut digaris bawahi bahwa Indonesia ini bukan
hanya dimiliki oleh orang-orang yang beragama Islam. Saudara-saudara
kita yang beragama Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Kong hu chu dan
aliran kepercayaan termasuk kejawen adalah pemilik sah republik ini.
Mereka juga harus diberi tempat yang terhormat sebab mereka juga
mencintai negaranya. Mereka juga tidak mau negaranya dipecah belah oleh
gerakan Illuminati Internasional. Mereka juga akan tampil di depan
melakukan perlawanan dengan cara mereka sendiri bahkan boleh jadi mereka
akan lebih dulu bergerak dibanding ummat islam karena ummat islam masih
memperdebatkan permasalahan satu dua ayat.
CAHYO
NAYASWARA, sebagai seorang anak bangsa tidak sependapat dengan ide
Djuyoto Suntani menjadikan angka 6666 (Alqur’an) untuk dijadikan simbol
perlawanan terhadap angka 666 (angka syetan-lucifer). CAHYO NAYASWARA
berprinsip Alqur’an adalah bacaan mulia. Firman yang difirmankan. Dari
Tuhan Semesta Alam.
CAHYO
NAYASWARA berpendapat manusia memiliki kesalahan yang fatal dalam
memahami makna Alqur’an baik itu makna ayat yang tersurat terlebih-lebih
lagi pada makna ayat yang tersirat. Agar Alqur’an dapat dijadikan
sebagai pelajaran bagi orang-orang yang menggunakan akal fikirannya maka
kita harus melakukan kajian kritis terhadap ayat-ayat. Jika hal ini
tidak kita lakukan maka kita menerima Alqur’an hanya sebatas pada
keyakinan. Jika hanya pada keyakinan maka Alqur’an tidak ada bedanya
dengan kitab-kitab yang dipegang atau diimani oleh agama-agama lainnya
dan betapa celakanya, tanpa kita sadari kita telah menempatkan Alqur’an
sebatas hanya sebagai sebuah mitos yang harus diyakini. Alqur’an menjadi
mulia jika kita mengkritisi ayat-ayatnya dengan menggunakan akal
fikiran. Bila logika befikir kita telah tunduk menerima dan membenarkan
ayat-ayatnya barulah bisa dikatakan bahwa Alqur’an adalah alfurqan
(kitab pembeda). Pertanyaannya sekarang adalah kepada siapakah kita
bertanya dan kepada siapakah kita berguru?
Suatu malam,
sekitar ahir Mei 2012 (tiga minggu yang lalu) saya didera oleh
kegelisahan karena belum tahu cara yang tepat yang bisa digunakan untuk
melawan triple six “666” (angka syetan-lucifer). Saya mencoba membuka
internet untuk mencari tahu GERAKAN ILLUMINATI INTERNASIONAL. Setelah
mengetik kata GERAKAN, seharusnya saya mengetik “IL” akan tetapi saya
merasa ada kekuatan gaib yang saya juga tidak tahu dari mana dan
bagaimana bisa tangan saya dipindahkan ke tombol “AL” sehingga muncullah
tulisan GERAKAN AL MAHDI. SEBUAH HIKMAH DAN PELAJARAN (Khusus untuk
anak-anakku). Nama penulisnya tidak, diketahui. Mungkin penulisnya
sengaja tidak ingin ditahu atau sengaja menyembunyikan dirinya.
Entahlah. Wallahu’alam.
Setelah saya
membaca Tulisan Gerakan Almahdi (TGA) maka saya langsung print out,
kemudian jilid spiral untuk memudahkan saya membacanya. Berulang-ulang
saya membaca tulisan itu, lalu mengkaji dan menganalisis kemudian
membaca dan mengkaji lagi sehingga saya berlabuh pada satu kesimpulan
yang merupakan pertanyaan :
1.Gerakan
Illuminati Internasional (GII) adalah sebuah gerakan yang nyata adanya
akan tetapi kita tidak tahu karena mata kita tidak melihat jaringan
mereka. Lantas bagaimana dan dengan cara apa kita melawannya atau
mengalahkan mereka ?.
2. Tanpa
kita sadari sesungguhnya kita semua ini, tanpa kecuali adalah pendukung
setia Gerakan Illuminati Internasional (GII) meskipun secara tidak
langsung. Bagaimana mungkin kita bisa melawannya ?
Siapapun
yang menggunakan bank konvensional sebagai sarana menyimpan dan
mengambil uang adalah termasuk pendukung GII, tidak terkecuali bank
syariah karena bank syariah dan bank-bank konvensional tunduk kepada
bank sentral (Bank Indonesia), bank sentral tunduk pada bank dunia, bank
dunia tunduk pada induk GII di Swiss yang mengontrol keuangan dunia.
Siapapun yang dengan sadar (tidak gila) menggunakan mata uang rupiah
sebagai alat tukar maka orang itu termasuk pendukung GII oleh karena
kurs rupiah dikontrol oleh nilai mata uang satu dollar yang secara kasat
mata dan terang-terangan menggunakan logo GII, yang berbentuk piramida
terpancung dengan puncak satu mata (dajjal).
Dalam arti
sempit kafir artinya tidak percaya kepada Allah atau mengingkari adanya
Tuhan. GII menjadikan syetan (lucifer) sebagai objek pemujaan mereka
karena mereka memandang syetan bukan melawan Tuhan akan tetapi
meniadakan Tuhan. (Untuk kajian ini nantikanlah tulisan CAHYO NAYASWARA
yang berjudul “GII, MEREKA ADALAH YAHUDI PALSU).
Dalam arti
yang lebih luas dan spesifik kafir dapat ditujukan kepada orang-orang,
siapapun yang menggunakan mata uang rupiah sebagai alat tukar,
menggunakan bank konvensional dan bank syariah, menggunakan kartu ATM,
kartu kredit dan semua sarana lainnya yang menggunakan satelit,
telekomunikasi, televisi dan sebagainya adalah pendukung tidak langsung
GII dan disebut kafir.
Dalam Tulisan Gerakan Almahdi (TGA) halaman 37-38 dituliskan:
Salah
satu dari jin islam itu bertanya, “Bilamana kapankah kami dapat berjumpa
kembali dengan Imam kami”. Dengan bijak Imam Mahdi menjawab, “Kita
tidak akan berjumpa lagi. Aku akan perintahkan kalian dari jarak jauh
dengan menggunakan sarana telekomunikasi canggih. Di Indonesia, aku
sangat sibuk mengatur dan menjaga keseimbangan. Manusia Indonesia merasa
diri hebat-hebat dan pintar-pintar. Biarlah Aku perlihatkan kepada
mereka bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pembual yang bodoh”. Imam
Mahdi terdiam sejenak. Beliau menatap dalam-dalam semua pasukannya.
Setelah menarik nafas panjang, beliau melanjutkan lagi perkataannya
dengan menyampaikan pesan Al Qur’an sebagai berikut:
* Dan
apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi
daerah-daerah (orang kafir), lalu Kami kurangi daerah-daerah itu
(sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya?. Dan ALLAH menetapkan hukum
(menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; dan
Dialah Yang Maha Cepat hisab-Nya. (13:41).
Imam
Mahdi berkata: “Kami datang ke negeri Indonesia sejak 1996. Kami kurangi
negeri ini dari tepi-tepinya. Pulau Sipadan dan pulau Ligitan, kami
ambil dan berikan kepada Malaysia. Timor Timur, Kami ambil dan serahkan
kepada rakyat Timor Leste. Daerah-daerah propinsi, Kami ambil dari
tepinya dan terbentuklah propinsi baru. Daera-daerah kabupaten, Kami
ambil dari tepinya dan terbentuklah kabupaten baru. Daerah kota, Kami
ambil dari tepinya dan terbentuklah kota-kota baru. Daerah kecamatan,
Kami ambil dari tepinya maka terbentuklah kecamatan baru, dst, dst…
Hanya mereka saja yang tidak menggunakan akalnya sehingga tidak
mempelajari tanda-tanda, isyarat-isyarat Alqur’an bahwa Imam Mahdi
berada di Indonesia. Itulah yang membuktikan bahwa mereka bodoh”.
KAFIR,
memiliki arti ganda yaitu: tidak percaya kepada ALLAH dan menjijikkan.
Makna kedua yaitu “Menjijikkan” lebih tepat ditujukan kepada orang
Indonesia, karena sosok yang diperjanjikan oleh TUHAN sudah ada di
sekitar mereka, namun mereka belum mengetahuinya. Menjijikkan, karena
mereka tidak mempelajari tanda-tanda zaman dan semua fenomena alam yang
terjadi. Menjijikkan, karena mereka berbuat melampaui batas di depan
mata ALMAHDI.
Janganlah
kita krasak-krusuk, marah, protes, apalagi panik. Kita harus mencari
solusi. Pertanyaan sekarang adalah kemanakah tempat kita bertanya atau
berguru?
CAHYO
NAYASWARA tidak akan mau bertanya kepada siapa-siapa apalagi kemana-mana
mencari guru, karena dalam Tulisan Gerakan Almahdi halaman 76 dikatakan
sebagai berikut:
“Meskipun
kalian meminta pendapat orang-orang yang kalian anggap berilmu (ustaz,
kiyai, ulama, pastor dan pendeta-pendeta) di dalam negeri ini, tentang
perjalanan pencapaian “kebenaran”, maka mereka tidak akan mungkin mau
memberimu jawaban disebabkan karena mereka sendiri juga tidak
mengetahuinya”.
GERAKAN ALMAHDI MELAWAN GERAKAN ILLUMINATI INTERNASIONAL
Gerakan
Almahdi adalah gerakan internasional dan berpusat di Indonesia. Sebagai
putera bangsa, Cahyo Nayaswara mengajak kepada kita semua selaku anak
bangsa untuk sedikit merendahkan diri dan memanjatkan rasa syukur kepada
Allah SWT oleh karena, Imam Mahdi yang dinanti-nantikan oleh seluruh
ummat islam yang ada di muka bumi ini ternyata Allah menurunkan hambaNya
yang mulia itu di Indonesia.
Gerakan itu
adalah gerakan yang benar adanya. Meski mata kita tidak melihatnya tapi
kita bisa merasakan bahwa gerakan itu betul-betul ada. Untuk
mengetahuinya bacalah Tulisan Gerakan Almahdi di internet. Bacalah
dengan hati yang tulus secara berulang-ulang hingga tamat kemudian
renungkan, cermati dan kajilah sendiri. Akan banyak hikmah dan pelajaran
yang bisa kita dapatkan.
Cahyo
Nayaswara bukan orang pertama yang membaca TGA di internet mengingat
tulisan itu sudah bertengger sejak April 2011 akan tetapi mungkin saja
Cahyo Nayaswara sebagai putera bangsa yang berani secara tulus
menyampaikan kebenaran tulisan ini. Gerakan Almahdi adalah satu-satunya
gerakan yang dipersiapkan Allah untuk menghancurkan kesombongan dan
keangkuhan gerakan Illuminati Internasional. Kedua gerakan itu memiliki
persamaan yaitu: gerakan itu memang ada akan tetapi gerakan tersebut
tidak diketahui karena tidak dilihat secara kasat mata. Maka biarkanlah
mereka saling berhadapan. Kita ingin sekali melawan gerakan Illuminati
Internasiional tapi apa mau dikata kita tidak melihatnya sama halnya
kita ingin sekali membantu Imam Mahdi tapi apa mau dikata kita juga
tidak melihat beliau. Gerakan Almahdi sudah meninggalkan Indonesia,
sekarang gerakan itu sudah berada di Timur Tengah. Mungkin sebentar lagi
gerakan Almahdi akan memasuki Afrika, lalu Amerika kemudian Eropa.
Biarkanlah waktu yang mengungkapnya. Jejak-jejak Gerakan Almahdi ketika
masih di Indonesia dapat dibaca sendiri di TGA.
CAHYO
NAYASWARA sebagai putera bangsa dan kita semua sepatutnyalah memberi
apresiasi yang tinggi kepada saudara kita bapak Djuyoto Suntani baik
sebagai pribadi maupun dalam kedudukannya sebagai Presiden The Word
Peace Communitee (WPC) atas segala upaya dan kerja kerasnya sehingga
gong perdamaian dunia dapat dibunyikan dan ditempatkan ditempat yang
terhormat secara permanen dibeberapa negara.
CAHYO
NAYASWARA sebagai putera bangsa menyampaikan pesan untuk kita semua
bahwa marilah kita membunyikan gong perdamaian yang ada di dalam diri
kita masing-masing. Gong perdamaian itu hanya akan berbunyi mana kala
kita telah berhasil mengalahkan musuh abadi manusia yaitu “hawa nafsu”.
Selama hawa nafsu masih menguasai diri kita maka selama itu pula gong
perdamaian tidak akan pernah dibunyikan.
Dalam iman
kristiani gong perdamaian dapat dimaknai sebagai Damai di hati. Dalam
iman islam gong perdamaian dimaknai sebagai nafsu mutmainnah atau jiwa
yang tenang. Damai di hati dan jiwa yang tenang adalah pencapaian
tertinggi menuju akhir yang baik atau khusnul khotimah.
Wassalam
Daftar Pustaka:
1. GERAKAN ALMAHDI (Nama penulis tidak diketahui)
2. TAHUN 2015 INDONESIA “PECAH”, Djuyoto Suntani, Penerbit Pustaka Perdamaian, 2007.
Tentang Penulis:
CAHYO NAYASWARA
yang akrab disapa Mas Cahyo adalah seorang seniman muslim yang bernaung
dalam Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI) berkantor di lantai Dasar
mesjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Mas Cahyo juga adalah peneliti dan
pemerhati masalah-masalah sosial, agama, hukum dan filsafat. Penganut
aliran filsafat “Positivisme”. Memiliki minat yang kuat terhadap studi
perbandingan agama.
Post a Comment
mohon gunakan email