SELASA, 13 MARET 2012 22:55
.
Ustad Husain Ardilla dari Mesir.
Indonesia Target Syiah ?
Indonesia target Syiah karena potensi SDM dan wilayahnya yang strategis, di Indonesia ramai ajakan untuk mempersatukan Suni-Syiah, mengapa persatuan itu dimulai dari Iran?
Indonesia target Syiah karena potensi SDM dan wilayahnya yang strategis, di Indonesia ramai ajakan untuk mempersatukan Suni-Syiah, mengapa persatuan itu dimulai dari Iran?
Apa yang mau di targetkan ?? 2,5 juta penduduk NKRI sudah bermazhab syi’ah imamiyah
Apakah MUI / Depag / Presiden setuju atau tidak setuju namun faktanya kami sudah sangat besar jumlahnya.
Syi’ah tertutup, jadi anda tidak akan banyak tau yang mana syi’ah.
Tidak ada kebencian terhadap keluarga suci Nabi Muhammad saw. yang ditampakkan kelompok yang mengaku Muslim melebihi kebencian kaum Nawâshib, baik al Bakriyyah al Utsmaniyyah maupun kaum Khawârij. Sejarah mencatat bahwa tidak sedikit dari mereka yang menyelinap di tengah-tengah umat Islam dengan menyembunyikan identitas mereka sesungguhnya, namun demikian kebusukan akidah dan jiwa mereka sulit mereka sembunyikan, sebab sepandai-pandai seorang menyembunyikan bangkai pasti suatu saat, cepat atau lambat akan tercium juga baunya! Kebusukan mental dan jiwa mereka akan tercium melalui kata-kata yang terlontar atau sikap sinis yang tampak dari mereka.
————————————————————
Kebencian kepada Imam Ali as. adalah bukti kuat kemunafikan.
Dalam banyak hadis, Nabi menyabdakan:
Imam Muslim dan lainnya meriwayatkan dari Zirr ibn Hubaisy, ia berkata, “Aku mendengar Ali as. bersabda:
وَ الذِي فَلَقَ الْحَبَّةَ و بَرَأَ النَّسَمَةَ إنَّهُ لَعَهْدُ النَّبِيِّ الأُمِّيْ أَنَّهُ : لاَ يُحِبُّنِيْ إلاَّ مُؤْمِنٌ ولاَ يُبْغِضُنِيْ إلا مُنافِقُ.
“Demi Dzat Yang membelah biji-bijian dan menciptakan makhluk bernyawa, ini adalah ketetapan Nabi yang Ummi kepadaku bahwa tiada mencintaiku kecuali mukmin dan tiada membenciku kecuali munafik.”[1]
Allah SWT akan membongkar kedok kemunafikan mereka melalui apa yang terlontar dari mulut-mulut mereka yang mencerminkan kebusukan hati mereka. Allah berfirman:
أَمْ حَسِبَ الَّذينَ في قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ لَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغانَهُمْ * وَ لَوْ نَشاءُ لَأَرَيْناكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسيماهُمْ وَ لَتَعْرِفَنَّهُمْ في لَحْنِ الْقَوْلِ وَ اللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمالَكُمْ.
“Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka.* Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu.” (QS. Muhammad [47]:29-30).
Imam Jalaluddin as Suyuthi meriwayatkan dalam tafsir ad Durr al Mantsûr-nya [2] ketika menafsirkan ayat di atas beberapa hadis di antaranya:
Ibnu ‘Asâkir dan Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id al Khudri ra. ia berkata tentang ayat:
وَ لَتَعْرِفَنَّهُمْ في لَحْنِ الْقَوْلِ
“Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka”
Ia berkata: “Dengan kebenciannya kepada Ali ibn Abi Thalib.”.
Dan kaum munafik adalah penghuni tetap neraka Jahannam.
Allah berfirman:
إِنَّ الْمُنافِقينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَ لَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصيراً إِلاَّ الَّذينَ تابُوا وَ أَصْلَحُوا وَ اعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَ أَخْلَصُوا دينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنينَ وَ سَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنينَ أَجْراً عَظيماً.
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.* Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” (QS. An Nisâ’[4]:145-146)
Ulama Islam Telah Membongkar Kemunafikan Kaum Nawâshib!
Para ulama Islam, baik Sunni maupun Syi’ah telah membongkar kedok kemunafikan dan penyimpangan kaum Nawâshib. Mereka bukan Sunni apalagi Syi’ah! Ulama Sunni sendiri menolak jika mereka digolongkan sebagai Ahlusunnah! Lebih dari itu, mereka adalah kelompok terkecam!
Beberapa abad silam ajaran menyimpang dan kesesatan kaum Nawâshib mulai dihidupkan dan disebar-luaskan kembali oleh Ibnu Taimiyah dan murid-murid setiapnya seperti Ibnu Qayyim, adz Dzahabi dkk. Dan kini tonggak obor estafet itu direbut oleh kaum Salafiyah Wahabiyah.
Dengan semangat berkobar-kobar mereka bangkit menghidupkan kembali dan menyebar-luaskan kesesatan kaum Nawâshib dengan berkedok ajaran sesat mereka adalah ajaran Ahlusunnah wa al Jama’ah. Aktifitas mereka juga tertuju kepada pendha’ifan dan menvonis maudhû’/ palsu hadis-hadis keutamaan Imam Ali dan Ahlulbait Nabi saw. dengan berbagai alasan yang mengada-ngada. Di samping yang tidak mereka lewatkan adalah membela mati-matian musuh-musuh Imam Ali dan Ahlulbait as., seperti Mu’awiyah. Yazid, Amr ibn al ‘Âsh dkk.
Seperti telah kami singgung bahwa di antara cara licik dan licin mereka adalah mempoles pandangan sesat kaum Nawâshib sebagai yang mewakili pandangan Sunni. Dalam rangka ini mereka tidak segan-segan memalsu atas nama tokoh-tokoh Salaf!
Blog Nawâshib: haulasyiah menurunkan artikel berjudul: ( ISYARAT RASULULLAH ABU BAKAR SEBAGAI KHALIFAH, bantahan syubuhat syi’ah ke 5 ) untuk menghidupkan kembali kesesatan pandangan kaum Nawâshib yang telah setangan terkubur itu. Di dalamnya oleh Ustadz Muh. Umar as Sewed berkata:
“Para ulama telah berbeda pendapat tentang bagaimana pengangkatan Abu Bakar ash-Shidiq sebagai khalifah. Apakah pengangkatan tersebut ditentukan dengan nash secara langsung dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam atau dilakukan dengan musyawarah antara kaum muslimin. Sebagian ulama berpendapat bahwa pengangkatan beliau sebagai khalifah ada lah hasil dari musyawarah dari kaum muslimin ketika itu.
Sedangkan Hasan al-Bashri dan sebagian para ulama dari kalangan ahlul hadits berpendapat bahwa terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah adalah dengan nash yang samar dan isyarat dari rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam”. (Lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 471).
Ibnu Jakfari berkata:
Apa yang ia katakan itu tidak berdasar dan hanya kaum Nawashib lah yang meyakini keyakinan seperti itu. Umat Islam selain Nawâshib hanya meyakini salah satu dari dua opsi dalam masalah kekhilifahan sepeninggal.
Nabi Muhammad saw:
* Nabi telah menunjuk Imam Ali as. sebagai Imam dan Khalifah sepeninggal beliau secara langsung dengan penunjukan terang dan tegas!
* Nabi saw, tidak menunjuk siapa-siapa. Abu Bakar dipilih oleh kaum Muslim saat itu berdasarkan musyawarah/baiat. Tidak ada penunjukan atasnya sama sekali.
Yang meyakini adanya menunjukan hanya kaum Nawâshib. Mereka tidak segan-segan memalsu banyak hadis atas nama Nabi Muhammad saw. untuk menandingi hadis-hadis keutamaan dan penujukan Imam Ali as., yang kemudian hadis-hadis palsu itu mereka sebar-luaskan di tengah-tangah umat Islam!
Ahlusunnah Sepakat Tidak Ada Nash Penujukan Atas Abu Bakar!
Hal mendasar yang akan membubarkan angan-angan kaum Nawâshib, seperti pendiri sekte sempalan Wahhabiyah dan para mukallidnya dalam hal ini adalah: bahwa termasuk hal yang telah disepakati para pembesar ulama Ahlusunnah adalah bahwa Nabi saw. tidak pernah menujuk siapa Khalifah sepeninggal beliau saw.
Ada sebuah stitmen penting dan mendasar yang disampaikan Umar –selaku Khalifah kedua- ketika ia diminta para sahabat untuk menunjuk seorang Khalifah yang akan mengantikan posisinya setalah mati nanti, maka ia berkata, ”Jika aku tidak menunjuk seorang pengganti maka ketahuilah bahwa Rasulullah juga tidak menunjuk seorang pengganti dan jika aku menunjuk maka Abu Bakar telah menunjuk.” [3]
Dan di saat-saat terakhir menjelang kematiannya, ketika ada yang mengatakan kepadanya, “Jangan Anda biarkan umat Muhammad tanpa pengembala, tunjuklah seorang pemimpin!” Umar ibn al Khaththâb menjawab, “Jika aku membiarkan maka ketahuilah bahwa orang yang lebih baik dariku (Rasulullah saw. maksudnya) telah membiarkan dan jika aku menunjuk seorang pengganti maka sesungguhnya seorang yang juga lebih baik dariku (Abu Bakar maksudnya) telah menunjuk.” [4]
Selain bukti di atas, Anda dapat menemukan bagaimana Abu Bakar -selaku Khalifah pertama- juga berandai-andai jika ia dahulu bertanya kepada Rasulullah saw. siapa yang berhak atas jabatan kekhalifahan ini dan apakah kaum Anshar memiliki hak untuk menjabat atau tidak? Abu Bakar berkata, “Saya ingin andai dahulu aku bertanya kepada Rasulullah untuk siapa perkara (khilafah) ini sehingga ia tidak direbut oleh seorang pun yang bukan ahlinya? Aku ingin andai aku bertanya, apakah orang-orang Anshar mempunyai hak dalam perkara ini?” [5]
Al hasil, banyak sekali bukti akan hal itu, akan tetapi jika Anda hanya mau patuh dan mendengar ucapan ulama, maka kami akan sebutkan pernyataan tegas seorang tokoh tersohor Ahlusunnah di bawah ini.
Ketika berusaha menegakkan bukti keabsahan Khilafah Abu Bakar, Imam al Qusyji mewakili pandangan Ahlusunnah mengatakan demikian, Al Maqshad Keempat tentang Imam (Khalifah) yang haq sepeninggal Rasulullah saw.. menurut kami (Ahlusunnah) adalah Abu Bakar, sedangkan menurut Syi’ah adalah Ali as.
Dalil kami adalah dua:
Pertama: Cara penunjukan seorang Imam (Khalifah) bisa dengan nash (penunjuan langsung) bisa dengan ijmâ’. Adapun nash sama sekali tidak ada, seperti akan dijelaskan nanti, sedangankan ijmâ’ tidak terjadi untuk selain Abu Bakar secara aklamasi…. “[6]
Mungkin Ustadz as Sewed kurang mengenal dan tidak akrab dengan buku-buku teologi Ahlusunnah Asy’ariyyah yang ditulis para ulama dan tokoh mereka, sebab bisa jadi sang Ustadz mulia hanya akrab dengan kitab-kitab kaum Nawâshib dan musuh-musuh Ahlusunnah Asy’ariyah seperti Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, adz Dzahabi, Ibnu Abdil Wahhab, Abdul Aziz ibn Bâz dan Ibnu Utsaimin CS. yang menggolongkan Asya’ariyah termasuk kelompok sesat!
Hanya Kaum Nawâshib Yang Meyakini Penunjukan Abu Bakar Sebagai Khalifah!
Jika demikian, lalu kelompok manakan yang meyakini keyakinan sesat seperti itu?
Keterangan ulama Ahlusunnah di bawah ini akan menjawabnya. Perhatikan!
Dalam kitab al Mawâqif dan Syarahnya ditegaskan:
الإمام الْحقُّ بعد النبي (ص) أبو بكر، ثبتَتْ إمامتُهُ بالإجماعِ وَ إنْ تَوقَّفَ بعضُهم … و لَم ينُصَّ رسول اللهِ (ص) علَى أحَدٍ خِلافًا لِلْبَكْرِيَّةِ، فَإنهم زَعَمُوا النصَّ على أبِي بكر…. إِمَّا نَصًّا جَلِيًّا و إما نَصًّا خَفِيًّا، و الْحقُّ عِنْدَ الْجُمهور نَفْيُهُما
“Imam (Khalifah) yang benar/haq sepeninggal Nabi saw. adalah Abu Bakar. Keimamahannya telah tetap dengan dasar ijmâ’, walaupun ada sebagian orang sahabat menahan diri tentangnya (tidak mengakuinya) [7]
Rasulullah saw. tidak menunjuk seorang pun, berbeda dengan kaum al Bakriyah, mereka mengaku adanya nash (penunjukan) atas Abu Bakar.
Baik nash terang maupun nash samar. Dan yang benar adalah pendapat Jumhur yaitu tidak adanya nash dari dua bentuk tersebut!“.[8]
Pernyataaan serupa juga ditegaskan oleh al Munnâwi dalam Faidhul Qadîr -nya.[9]
Maka jelaslah sekarang bahwa kaum Nawâshib (al Bakriyah) lah di balik kesesatan pandangan yang ditegakkan di atas hadis-hadis palsu itu.
Jika demikian, dari hidangan siapakah as Sewed dan kaum Nawâshib modern menelan fitnah tersebut?
Bukti di bawh ini akan memperjelas bahwa tidak lain mereka menelan fitnah ini dari gembong kaun Nawâshib abad pertengahan yang kini selalu menjadi andalan dan rujukan utama mereka… Dia tidak lain adalah Ibnu Taimyah, hamba sesat lagi menyesatkan seperti ditegaskan para ulama Ahlusunnah!
Ketika Allamah al Hilli (semoga rahmat Allah meliputinya) dalam kitab Minhâj al Karâmah-nya mengatakan bahwa dalam pandangan Ahlusunnah diyakini bahwa Nabi saw. tidak menunjuk siapa-siapa, Ibnu Taimiyah bangkit membantah dengan mengatakan:
“Tidak benar pendapat itu sebagai pendapat seluruh Ahlusunnah. akan tetapi ada beberapa kelompok dari Ahlusunnah yang berpendapat bahwa imamah (khilafah) Abu Bakar telah tetap berdasarkan nash.” [10]
Apa yang dikatakan Ibnu Taimyah di atas jelaslah palsu! Ibnu Tamiyah jelas-jelas memalsu keterangan adanya kelompok-kelompok di dalam tubuh Ahlusunnah yang menyakini adanya nash penunjukan atas Abu Bakar! Sebab Ahlusunnah sepakat tidak adanya nash penunjukan atas Abu Bakar!
Dan dengan demikian terbongkarlah sudah kedok sok Sunni yang sedang dilakonkan kaum Nawâshib seperti as Sewed Sc… sebab terbukti sekarang bahwa sumber rujukan pemalsuan data tersebut adalah Ibnu Taimiyah; seorang yang telah dikecam bahkan divonis sesat dan munafik oleh banyak ulama Sunni.
Tentang Ibnu Tamiyah; Imam kaum Salafiyah Nawâshib yang satu ini, al Hâfidz Ibnu Hajar al Asqallâni berkata:
ومنهم من ينسبه الى الزندقة، لقوله ان النبي لا يستغاث به، وان في ذلك تنقيصا و منعا من تعظيم النبي، ومنهم من ينسبه الى النفاق لقوله في علي ما تقدم، ولقوله انه كان مخذولا حيثما توجه، وانه حاول الخلافة مرار فلم يحصلها، انما قتاله للرئاسة لا للديانة.
“Dan di antara ulama Islam ada yang menisbatkannya (Ibnu Taimiyah) kepada kakafiran karena ucapannya bahwa Nabi tidak layak diistighatsai. Ucapan itu adalah penghinaan dan larangan untuk mangagungkan Nabi. Dan di antara ulama ada yang menisbatkannya kepada kemunafikan karena ucapannya yang lalu dan ucapannya bahwa Ali selalu dihinakan Allah kemanapun ia menuju. Dan ia (Ali) terus-menerus merusaha merebut Khilafah tetapi tidak pernah berhasil. Ali berperang hanya untuk merebut kekuasaan bukan untuk menegakkkan agama.”
Dengan demikian, akan lebih jujur jika kaum Salafiyah Nawâshib tidak berbicara mengatas-namakan Ahlusunnah wa Al Jama’ah, sebab mereka bukan Ahlusunnah! Mereka adalah Nawâshib!
Jika Benar Demikian Berarti Hasan Bashri Bukan Sunni Dia Nâshibi!
Seperti telah disinggung bahwa kaum Nawâshib tak segan-segan memalsu atas nama tokoh-tokoh penting generasi pendahulu untuk menipu kaum awam bahwa kesesatan mereka sebenarnya berlebel “Salafi” yang diambil dari pandangan kaum Salaf Shaleh!
Dalam kasus ini nama Hasan al Bashri; seorang tokoh ternama generasi tabi’în mereka bawa-bawa!
Jika benar apa yang mereka sebutkan, pastilah Hasan al Bashri bukan seorang Sunni atau yang boleh dan layak ditokohkan oleh Ahlusunnah, sebab dengan pandangannya itu ia tergolong al Bakriyah! Apakah itu yang hendak disimpulkan oleh kaum Nawâshib?
Penutup:
Untuk sementara kami cukupkan tanggapan kami atas ustadz as Sewed, semoga dalam kesempatan lain kami kembali membuktikan penyimpangan dan kesalahan kaum Nawâshib; musuh-musuh Ahlulbait as. dan Syi’ah setia mereka. Amin.
Wa Shallallahu ‘Alâ Sayyidina Muhammad Wa Âlihi ath Thâhirîn.
_____________________________________________________________________
[1] Hadis telah diriwayatkan oleh:
1) Imam Muslim dalam Shahihnya
2) An Nasa’i dalam Sunannya dengan dua jalur dan dalam Khashâishnya dengan tiga jalur: hadis 95,96 dan 97, yang semuanya sahih berdasarkan komentar Abu Ishaq al Hawaini (korektor kitab Khashâish), terbitan Saudi Arabia.
3) At Turmudzi dalam Sunannya, Manâqibu Ali, bab 95 (Tuhfatu al Ahwadzi,10/239-230) dan ia berkata: “Hadis ini hasan sahih.”
4) Ibnu Mâjah dalam Shahihnya, bab Fadhlu Ali ibn Abi Thalib ra.,1/42, hadis114. Ia hadis pertama dalam bab itu.
5) Ibnu Abi ‘Âshim dalam kitab Sunnahnya,2/598.
6) Abu Nu’aim dalam Hilyatu al Awliyâ’, 4/185 dari tiga jalur dari Adiy ibn Tsâbit dari Zirr, kemudian ia berkata, “Hadis ini muttafaqun ‘alaih (disepakati kesahihannya)”. Setelahnya ia menyebutkan banyak ulama yang meriwayatkan dari Adiy.
7) Al Muttaqi al Hindi dalam Kanz al ‘Umâlnya, 6/394 dan ia berkata, “Hadis ini telah dikeluarkan oleh Al Humaidi, Ibnu Abi Syaibah, Ahmad ibn Hanbal, Al Adani, At Turmudzi, An Nasa’i, Ibnu Mâjah, Ibnu Hibbân, Abu Nu’aim dan Ibnu Abi ‘Âshim.
[2] Ad Durr al Mantsûr,6/54.
[3] Baca Shahih Bukhari,9/100, pada Kitabu al Ahkâm, Bab al Istikhlâf dan Shahih Muslim, 3/1454 bab al Istikhlâf wa tarkihi, Hilyah al Auliyâ’,1\44, as Sunan al Kubrâ, 8\149 dll.
[4] Murûj adz Dzahab; as Mas’udi,:2\253. Dâr al Fikr.
[5] Tarikh ath Thabari:4\53dan al Iqd al Farîd,2\254.
[6] Al Mawâqif Fi Ilmi al Kalâm; Qadhi ‘Adhududdîn Abdurahman ibn Ahmad al Îji:400. cet. ‘Alamul Kotob, Bairut.
[7] Seperti Sa’ad ibn Ubadah –seorang tokoh sentral kaun Anshar dan putra-putranya yang hingga wafat secara mesterius ia tetap menolak mengakui kekhalifahan Abu Bakar. Demikian juga dengan Siti Fatimah –putri kesayangan Nabi saw. dn istri Imam Ali as. hingga beliau wafat tetap menolak mengakui keabsahan kekhalifahan Abu Bakar! Sebagian kaum Nâwashib tidak segan-segan menyerang dan menghujat serta menuduh Sa’ad sebagai rajulun sû’ (seorang yang busuk) lagi munafik. Sedang tentang Siti Faitmah as. saya tidak mengetahui hingga saat ini bagaimana sikap kaum Salafiyah Nawâshib terhadap beliau as.? Apakah mereka juga menvonisnya mati jahiliah sebab tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar? Atau mereka akan mengada-ngada kepalsuan dengan mengatakan bahwa Fatimah adalah orang wanita pertama yang membaiat dan mengakui serta merestui kekhalifahan Abu Bakar!!
[8] Syarah al Mawâqif,8/354.
[9] Faidhul Qadîr,2/56, ketika menerangkan hadis nomer:1318-1310. terbitan Dâr al Ma’rifah. Bairut-Lebanon.
[10] Minhâj as Sunnah; mIbnu Taimyah,1/487.
Sejumlah Polisi, berjaga di salah satu rumah pengikut Syah, Desa Karang Gayam, Omben, Sampang, Madura, Jatim, Sabtu (31/12).
SELASA, 31 JANUARI 2012 | 19:39 WIB
NU : Syiah Tidak Sesat.
Wakil Sekretaris Jenderal Muslimat Nahdatul Ulama Hanief Saha
Ghafur menyatakan tidak setuju jika Syiah disebut ajaran agama yang
sesat. Dia juga tidak sependapat dengan menteri agama yang tidak
menganggap Syiah itu ada.”Syiah tidak lebih jahat dari Yahudi kok. Jika
sudah seperti ini yang terjadi hanyalah saling menyesatkan,” katanya
saat ditemui di Sekretariat Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia, Selasa, 31 Januari.Menurut Hanief, seharusnya sesama Muslim
harus toleran. Dia meyarankan perlunya perumusan sejarah kembali agar
tercipta kearifan antara sesama umat beragama.
“Jangan saling mengkafirkan dan jangan mengadakan perkara yang diada-adakan dari golongan lain,” sarannya.
“Jangan saling mengkafirkan dan jangan mengadakan perkara yang diada-adakan dari golongan lain,” sarannya.
JUM’AT, 27 JANUARI 2012 | 00:41 WIB
Said Aqil: Syiah Tidak Sesat.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj
mengatakan ajaran syiah tidak sesat dan termasuk Islam seperti halnya
Sunni.
Dalam kurikulum Al Firqoh Al Islamiyah ajaran Khawarij, Jabbariyah,
Muktazilah, dan Syiah masih dinilai sebagai Islam. “Ulama Sunni seberi
Ibnu Khazm menilai Syaih itu Islam,” katanya.Meski Syiah dan Sunni
berbeda, lanjut Said, umat Islam tidak perlu mempertajam perbedaan.
“Dalam Sunni saja banyak perbedaan yang tajam, misalnya penganut Imam
Syafii dan Hanafi, itu saja berbeda tajam, apalagi Syiah,” katanya.
Fatwa NU mengenai Syaih, Said menambahkan, pernah dikeluarkan pada 2006
yang menyebutkan Syiah bukan aliran yang sesat. “NU tidak pernah keras,”
ujarnya.
Sunnah-Syi’ah Menjalin Ukhuwah “SETAN TERBAKAR”.
JANGAN MUDAH TERPANCING PROVOKASI ANTI PERSATUAN !!
To All :Ini urusan yg haq dan bathil bukan urusan asap dan api, masalah sunnah dan syi’ah itu sudah terjadi ribuan tahun, di Irak tempat yang mayoritas Syi’ah , Sunnah-Syi’ah rukun dan mereka bekerjasama begitu pula di negeri2 Islam lainnya, Semuanya menjadi berubah setelah faham takfir yg di pelopori kaum salafiyyin/wahabi ekstrim gencar mereka sebarkan dengan berbagai media propaganda maka sebagian kaum muslimin malah terperosok ke dalam faham takfir itu sendiri, anda lihat saja para Ustadz2 Syi’ah yg hampir semua mantan Ahlussunnah dan semuanya pro ukhuwah begitu pula para pemimpin ormas2 Islam lainnya kecuali oknum2 yg gila fulus dan hubbud dunya, kalian nggak bisa bilang hanya menilai sebelah mata fakta ini dinilai dan disaksikan banyak mata, ini negara hukum kalau ada pelanggaran maka harus di tindak, Ingat strategi kelompok yg anti persatuan dan anti syi’ah mirip seperti strategi yg diterapkan kaum zionis yahudi, Para anti persatuan berupaya memancing-mancing muslim syi’ah dengan perbedaan mazhab dan pembahasan masalah khilafiyah dan mulai menyudutkannya, begitu sebagian ikhwan syi’ah mulai terpancing maka mereka senang dan mulailah mereka melakukan pembalasan yg lebih besar dan tak berperi-kemanusiaan, seperti zionis menyerang palestine dengan serangan kecil lebih dahulu, palestine membalas dengan serangan ala kadarnya/setimpal kemudian zionis membalasnya lagi dengan serangan yg lebih besar dan dahsyat dan terus berupaya memojokkan palestine seraya menggalang opini publik bahwa perjuangan palestine bukanlah perjuangan kemerdekaan tetapi adalah makar kaum teroris.
SYI’AH ADALAH MAZHAB TERTUA DALAM ISLAM IBARAT SAUDARA KANDUNG KAMI ADALAH SODARA TUA YG BANYAK NGALAHNYA, PERGESEKAN TERJADI BUKAN KARENA SYI’AH MASUK KE INDONESIA TETAPI PADA HAKIKATNYA KETIDAKMAMPUAN KELOMPOK ANTI PERSATUAN DAN ANTI SYI’AH MENERIMA PERBEDAAN DARI MAZHAB YG BERSIKAP KRITIS ATAS KEMAPANAN MEREKA YG SELAMA INI MEREKA NIKMATI MENJADI TERGANGGU ITULAH INTI PERSOALANNYA.
JANGAN TERPANCING !!!!! STRATEGI ZIONIS TENGAH DITERAPKAN KELOMPOK ANTI PERSATUAN !!! WASPADALAH !!!!
Yayasan Albayyinat Indonesia meminta Pemerintah Jawa Timur menerbitkan surat keputusan yang berisi larangan aktivitas dakwah bagi Madzhab Ahlul Bait, penganut Syiah di Pasuruan.
“Selain Ahmadiyah, Syiah Pasuruan yang sekarang berganti nama dengan Madzhab Ahlul Bait juga harus dilarang, mereka ini selalu memprovokasi umatnya untuk membenci umat lainnya,” kata Ketua Bidang Organisasi Yayasan Albayyinat Indonesia Habib Achmad Zein Alkaf, Selasa (1/3).
PARA PROVOKATOR.
Dia mencontohkan Yayasan Pesantren Islam (YAPI) di Pasuruan yang beraliran Madzhab Ahlul Bait beberapa waktu lalu terlibat bentrokan dengan sekelompok massa Islam. “Di Jatim, Ahmadiyah malah jarang kita dengar ada bentrokan, tapi di Pasuruan ini malah syiah/madzhab Ahlul Bait lebih sering membuat onar,” tambah dia.
Selain sering bikin onar, kata dia, Madzhab Ahlul Bait juga menganggap umat Islam lainnya kafir. “Bahkan mereka dalam berbagai kesempatan menghina Nabi, dan mendudukkan derajat Nabi di bawah para imam mereka, ini kan juga sesat,” imbuh dia.
Gubernur Jatim,Soekarwo.
Menanggapi hal ini, Gubernur Soekarwo mengatakan, apa yang terjadi di Pasuruan berbeda dengan Ahmadiyah. “Kalau Ahmadiyah semua sepakat mereka di luar Islam, tapi di Pasuruan itukan masih Islam,” kata Soekarwo.
Khusus Pasuruan ini, Soekarwo juga telah meminta aparat kepolisian untuk lebih tegas menindak jika kembali terjadi rusuh. Tak hanya itu, Soekarwo menilai, apa yang terjadi di Pasuruan hanyalah bentuk kesalah pahaman.
Saudi budak AS ??
Kita dan bangsa kita yang mulia juga merasa bangga, karena bangsa
ini bersama seluruh wujudnya, bersatu dengan Islam dan Al-Qur’an. Kita
bangga karena menjadi pengikut madzhab yang ingin membebaskan Al-Qur’an
dari kuburan, sekaligus menjadikan kitab ini sebagai buku petunjuk untuk
membebaskan manusia dari berbagi ikatan yang membelenggu kaki, tangan,
hati, dan akal mereka; ikatan yang membawa manusia ke arah kefanaan,
kenisbian, perbudakan, dan penghambaan pada penguasa zalim.
|
Akhir-akhir ini, kekuatan Setan Besar dengan menggunakan
pemerintahan yang menyeleweng dari ajaran Islam, yang selalu berbohong
atas nama Islam, terus-menerus berupaya untuk menyingkirkan Al-Qur’an.
Untuk mengokohkan tujuan syaitaniah ini, negara adidaya dunia
turut membantu pula mencetak Al-Qur’an dengan indah dan mengirimkannya
ke bebagai penjuru dunia. Dengan tipuan seperti ini, sebenarnya mereka
telah mencampakkan Al-Qur’an keluar dari kehidupan.
Kita semua melihat betapa Al-Qur’an yang dicetak oleh Muhammad Reza Pahlevi telah menipu sebagian orang.[2] Sebagian ulama yang tidak memahami maksud Pahlevi itu bahkan memuji-mujinya. Kita juga melihat bahwa Raja Fahd [3] setiap
tahun menggunakan dana besar yang tak terbatas, yang diambil dari
rakyatnya, untuk mencetak Al-Qur’an dalam rangka mendirikan pusat-pusat
propaganda madzhab yang anti Al-Qur’an, sekaligus menyebarluaskan faham
Wahabi[4] (Salafi), yaitu sebuah madzhab yang tidak memiliki asas kuat sekaligus penuh dengan pandangan khurafat.
Al-Qur’an yang mulia ini dijadikan alat untuk mendorong masyarakat yang
lalai dari berbagai bangsa untuk berpihak kepada adidaya. Orang-orang
inilah yang menggunakan Islam yang mulia dan Al-Qur’an al Karim justru
untuk menghancurkan Islam dan Al-Qur’an itu sendiri.
Kita dan bangsa kita yang mulia juga merasa bangga, karena
bangsa ini bersama seluruh wujudnya, bersatu dengan Islam dan Al-Qur’an.
Kita bangga karena menjadi pengikut madzhab yang ingin membebaskan
Al-Qur’an dari kuburan, sekaligus menjadikan kitab ini sebagai buku
petunjuk untuk membebaskan manusia dari berbagi ikatan yang membelenggu
kaki, tangan, hati, dan akal mereka; ikatan yang membawa manusia ke arah
kefanaan, kenisbian, perbudakan, dan penghambaan pada penguasa zalim.
Kita merasa bangga bahwa kita adalah pengikut madzhab yang
didirikan oleh Rasulullah atas perintah langsung dari Allah, dan madzhab
ini juga ditumbuh kembangkan oleh Imam Ali As, hamba yang telah
membebaskan diri dari segala ikatan sekaligus menjadi petugas bagi
pembebasan umat manusia dari segala rantai besi dan perbudakan.
Kita merasa bangga bahwa kitab Nahjul Balaghah[5],
setelah Al-Qur’an, merupakan kitab teragung yang berisi aturan
kehidupan duniawi dan maknawi, kitab tertinggi yang membebaskan manusia,
serta kitab yang memuat aturan maknawi dan pemerintahan, yang merupakan
jalan pembebasan terbesar; ternyata berasal dari Imam suci kita.
Kita merasa bangga bahwa para Imam Maksum kita, mulai dari
Imam Ali As hingga Imam Mahdi As, semua adalah imam kita. Imam Mahdi As
adalah penyelamat manusia dan pemilik zaman, yang dengan kekuasaan Allah
yang Mahakuasa, masih hidup di tengah kita dan menjadi pengawas segala
urusan.
Kita merasa bangga memiliki berbagai kitab bernilai tiada
tara, yang berasal dari para Imam Maksum kita, seperti doa-doa yang
memberikan kehidupan yang disebut sebagai Qur’an Sha’id(kitab-kitab doa). Kita juga punya Munajat Sya’baniah [6] para imam, Doa Arafah [7] dari Husain bin Ali as., Shahifah Sajjadiah [8] dari Imam Ali bin Husain dan Shahifah Fathimiah[9]yang merupakan kitab yang diilhamkan Allah Swt kepada Fathimah Az-Zahra Sa.
Kita merasa bangga bahwa kita memiliki seorang Baqir al Ulum[10],
sebagai pribadi yang tertinggi dalam sejarah, dan tidak ada yang bisa
memahami ketinggian posisinya itu selain Allah, Rasulullah Saw dan para
Imam Maksum As.
Kita merasa bangga bahwa madzhab kita adalah madzhab
Ja’fari, yang meletakkan dasar-dasar sistematika fiqih kita; yang
keilmuannya bagaikan sebuah lautan tanpa batas. Fiqih kita merupakan
hasil karyanya [11] dan kita merasa bangga telah menjadi pengikut seluruh Imam Maksum a.s.
Kita merasa bangga bahwa para Imam Maksum kita adalah
pejuang di jalan Allah dan Islam. Mereka juga pejuang di jalan penegakan
Al-Qur’an yang menyuruh umat manusia untuk mendirikan sebuah
pemerintahan yang adil. Kita bangga karena dalam usaha mereka untuk
menentang pemerintahan yang zalim, mereka telah dipenjara, diasingkan,
dan akhirnya gugur sebagai syahid. Dan kita hari ini merasa bangga bahwa
kita ingin menegakkan tujuan Al-Qur’an dan sunnah. Kita juga bangga
karena berbagai lapisan masyarakat dari bangsa kita telah menyatakan
kesiapannya untuk berkorban, baik jiwa maupun raga, di jalan yang besar
dan menentukan nasib ini.
Bangsa kita, bahkan jutaan bangsa-bangsa muslim dan kaum
tertindas di dunia, merasa bangga karena musuh mereka adalah juga musuh
Allah yang Mahabesar, musuh Al-Qur’an al-Karim, dan musuh Islam yang
mulia. Kita bangga karena musuh mereka adalah hewan-hewan yang tidak
pernah berhenti dalam melakukan kejahatan dan pengkhianatan demi
mencapai tujuan jahat mereka. Untuk mencapai posisi kepemimpinan dan
keserakahan, orang-orang jahat itu tidak mengenal kawan atau lawan.
Ketahuilah, bahwa panglima tertinggi mereka adalah Amerika
Serikat, sebuah negara yang esensinya adalah terorisme yang telah
membakar seluruh penjuru dunia. Sementara itu, sekutu AS adalah gerakan
Zionisme Internasional[12] yang
selalu melakukan kejahatan dalam mencapai tujua tamaknya. Inilah rezim
yang wataknya sangat memalukan, bahkan bila esensinya itu hanya
diungkapkan lewat tulisan pena atau ucapan lidah sekalipun. Demi
mencapai impian bodoh mereka, yaitu Israel Raya[13], mereka telah melakukan segala bentuk kejahatan.
Negara-negara Islam dan kaum tertindas dunia merasa bangga bahwa musuh mereka adalah Husein dari Yordania [14] , Hasan dari Maroko[15], dan Husni Mubarak dari Mesir[16],
yang bekerja sama dengan Isrel dalam berbagai kejahatan demi mengabdi
kepada AS dan Israel. Mereka adalah musuh-musuh Islam yang tidak pernah
berhenti melakukan kejahatan, bahkan kepada bangsa mereka sendiri. Dan
kita merasa bangga bahwa musuh kita adalah Saddam yang mengabdi kepada
paham Aflack.[17] Ia
diktator yang oleh kawan ataupun lawannya, dikenal sebagai pelaku
kejahatan dan pelanggar hak-hak internasional, sekaligus pelanggar
hak-hak asasi manusia. Semua mengetahui bahwa kejahatan yang ia lakukan
kepada bangsa tertindas Irak dan negara-negara Syeikh di Teluk, tidak
kurang dari kejahatan yang dia lakukan terhadap Iran.[18]
Kita dan negara-negara tertindas di dunia juga merasa
bangga bahwa setiap tuduhan kejahatan dan pengkhianatan yang ditimpakan
kepada kita dan semua kaum tertindas dunia, selalu datang dari media
massa dan badan propaganda dunia, yang melakukan semua itu atas
perintah negara adidaya.
Adakah hal yang lebih membanggakan dari kenyataan bahwa AS
ternyata tidak berkutik menghadapi bangsa Iran dan negeri Imam Mahdi
ini? Padahal, AS selama ini merasa menjadi penguasa dunia karena
memiliki klaim, fasilitas militer, serta kekuasaan atas sejumlah
pemerintahan bonekanya dan juga kekuasaan atas kekayaan milik
bangsa-bangsa tertindas, padahal negeri adidaya ini memiliki segala
jaringan media massa. Tetapi, kini AS terus dipermalukan dan terjebak
untuk terus melakukan berbagai skandal.
Adakah hal lain yang lebih membanggakan kita dibandingkan
dengan fakta bahwa AS sampai tidak tahu kepada siapa harus melobi ketika
wajahnya dipalingkan ke berbagai arah, ia menerima jawaban penolakan?[19] Hal
ini semua bisa terjadi tidak lain karena adanya pertolongan gaib dari
Allah Swt yang telah membangunkan bangsa-bangsa, terutama bangsa Iran ,
sekaligus membimbingnya keluar dari kegelapan akibat pemerintahan yang
keji, ke arah cahaya Islam.[]
[1] . Diterjemahkan dari kitab : “Wasiat ImamKhomeini Ra”.
[2] .
Shah pernah membuat proyek percetakan Al-Qur’an dengan maksud untuk
menipu rakyat Iran. Al-Qur’an tersebut dibuat dalam edisi luks yang
sangat indah. Al-Qur’an yang ditulis tangan oleh Mirza Ahmad Neirizi
(abad ke-10 Hijriah) tersebut termasuk cetakan kitab suci terindah abad
itu. Setelah berhasil dicetak, Al-Qur’an itu diberi nama Arya Mehr dan
disimpan di perpustakaan pribadi Shah.
[3] .
Raja Fahd dari Arab Saudi adalah salah seorang pemimpin Arab yang cukup
dekat dengan Zionis Israel. Pada Konferensi Thaif, ia mengajukan
rancangan damai dengan Israel, yang salah satu butir rancangannya adalah
pengakuan secara resmi atas eksistensi negara Israel di kawasan
pendudukan Palestina. Rancangan Fahd ini tentu saja mendapatkan sambutan
hangat dari AS, Rezim Zionis, dan sejumlah negara Arab sekutu AS.
Tetapi, proposal itu mendapatkan penentangan luar biasa keras dari Imam
Khomeini. Dalam sebuah pidatonya, Imam menyebut rancangan Raja Fahd itu
sebagai pengkhianatan terhadap Islam dan rakyat Palestina. Dalam
menutupi tindakan pengkhianatannya itu, Raja Arab Saudi setiap tahunnya
menganggarkan jutaan dolar untuk mencetak Al-Qur’an dan membagikannya
kepada umat Islam di seluruh dunia.
[4] .
Wahabi atau Salafi adalah sebuah fenomena aliran yang memiliki akar
budaya dan pada saat yang sama, juga memiliki akar politik. Aliran ini
memiliki prinsip-prinsip keagamaan yang bermula dari pandangan Ibnu
Taimiyyah, seorang pengikut madzhab Hanbali. Ibnu Taimiyyah hidup pada
abad kedelapan Hijriah. Ia -yang menjalani hidup dengan keprihatinan dan
kemiskinan- sangat tertarik kepada ajaran Ahmad bin Hanbal, Imam
Madzhab Hanbali (241 Hijriah). Ibnu Taimiyyah sebagaimana Ahmad bin
Hanbal, dalam hal tauhid meyakini apa yang tersurat dalam Al-Qur’an
mengenai sifat-sifat Allah. Karena itu, ia yakin bahwa Allah itu
berjisim, memiliki tangan, kaki, mata, lidah, dan lain-lain, sebagaimana
manusia berjisim dan memiliki anggota. Keyakinan semacam ini merupakan
syirik yang nyata. Akidah Wahabi atau Salafi jauh berbeda dengan akidah
Ahli Sunah Wal jamaah dan Syi’ah Imamiyah.
Selain keyakinannya yang kontroversial tentang zat Allah
itu, Ibnu Taimiyyah juga memiliki fatwa-fatwa baru yang aneh tentang
keharaman menziarahi kuburan Rasulullah Saw dan bertawasul atau mohon
syafa’at dari Rasulullah Saw dan para awliya lainnya. Hingga
kini sudah banyak sekali ulama dari kalangan Sunni ataupun Syiah yang
telah menyampaikan bantahannya atas pemikiran aneh Ibnu Taimiyyah itu.
Tapi para pengikut Wahabi tetap saja keras kepala mempertahankan
akidahnya yang tidak logis dan merusak persatuan umat tersebut. Dan
mereka tidak mempunyai argumen yang kuat atas keyakinannya tersebut : (قل هاتوا برهانكم إن كنتم صادقين ).
[5] .
Nahjul Balaghah adalah sebuah kitab agung yang penuh dengan nilai dan
makna. Kitab ini diyakini sebagai yang terbaik dan terkenal setelah
Al-Qur’an. Ketinggian nilai sastra serta kehebatan isinya membuat banyak
ilmuwan tertarik untuk mempelajarinya. Banyak ilmuwan non-muslim juga
diberitakan secara tekun menelaah kitab ini. Nahjul Balaghah berisikan
khutbah, surat, dan kata-kata mutiara yang diucapkan oleh Imam Ali As
Penyusun kitab ini adalah Muhammad bin Abi Ahmad atau yang lebih dikenal
dengan nama Sayyid Radhi, seorang ulama dan penyair terkenal (359 – 404
Hijriah). Makamnya berada di kawasan Karukh, Baghdad, dan hingga kini
termasuk tempat peziarahan yang terkenal.
[6] .
Terkait dengan “Munajat Sya’baniah” ini, Ali bin Thawus, seorang ulama
ternama madzhab Syiah mengutip kata-kata Husein bin Muhammad yang
menulis bahwa Imam Ali a.s. dan semua imam dari keturunan beliau selalu
membaca doa ini di bulan Sya’ban (“Iqbal Al A’mal”, halaman 685 dan juga
kitab “Mafatihul Jinan” pada bagian amalan bulan Sya’ban). Imam
Khomeini sendiri dalam kesempatan terpisah menjelaskan keagungan doa ini
sebagai berikut.
[7] .
Doa Arafah adalah catatan munajat yang dilakukan oleh Imam Husein a.s.
pada hari Arafah (9 Dzulhijjah), sebelum beliau beserta keluarga dan
sahabat setianya pergi menuju Karbala. Di bawah teriknya mentari dan
sengatan padang pasir Arafah, Imam Husein menyampaikan munajat
historisnya sambil berurai air mata cinta. Isi doa ini adalah lambang
harapan dan cinta dari penghulu para syuhada kepada Kekasih dan
Sembahannya, yaitu Allah Sang Pencipta. Konsep yang terkandung dalam doa
ini sangat bernilai tinggi (“Iqbal Al A’mal”, Bab Amalan di Hari Arafah
halaman 339; “Zaad Al Ma’ad” halaman 265; “Mafatihul Jinan”, bagian
Amalan Hari Arafah).
[8] .
Shahifah Sajjadiah adalah kumpulan doa dari Imam Ali bin Husein Zainal
Abidin a.s. Kitab ini ada dua jenis. Yang pertama adalah “Shahifah
Shaghirah” yang diakui oleh sekte Syiah Zaidiah. Syiah Imamiah menyebut
kitab ini sebagai “Shahifah Naaqishah (tidak lengkap)”. Yang diakui oleh
kelompok Imamiyah adalah “Shahifah Kaamilah Sajjadiyah” yang sampai
kepada kita lewat periwayatan Najmuddin Baha’ Al Syaraf ‘Alawi. Kitab
ini ini juga mengandung konsep dan ajaran yang sangat tinggi. Untuk
menggali maknanya, kitab Shahifah Sajjadiah ini telah ditelaah dan
dijelaskan oleh para ulama. Di antara para ulama yang telah menulis
kitab syarah(penjelasan) atas kumpulan doa ini adalah Kaf’ami,
Syaikh Baha’i (kitab penjelasannya diberi judul “Hada’iq Al Shalihin”),
Mulla Hadi (dalam bahasa Persia dan kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa daerah Mazandarani), Syeikh Thuraihi, Mulla Muhammad Baqir Al
Majlisi, dan yang paling terkenal adalah Sayid Ali Khan (diberi judul
“Riyadh Al Salikin”).
[9].
Shahifah Fathimah adalah catatan percakapan Fathimah Az-Zahra a.s.
dengan malaikat Jibril dan rahasia yang disampaikan oleh Jibril dari
Allah Swt kepada Fathimah a.s. Kitab yang mulia ini tidak bisa ditemukan
karena berada di tangan para Imam Maksum a.s. yang diwariskan di antara
mereka secara turun-temurun. Saat ini, kitab tersebut diyakini berada
di tangan Imam Mahdi a.f.
[10] .
Baqirul Ulum adalah nama julukan bagi Imam Muhammad bin Ali Zainal
Abidin. Ia adalah Imam Kelima madzhab Ahlul Bait a.s. Panggilan yang
biasa diucapkan oleh para pengikut madzhab Ahlul Bait kepadanya adalah
Imam Baqir. Nama julukan Baqir menurut riwayat diberikan oleh Rasulullah
Saw. Nama panggilan lain dari Imam Baqir adalah Abu Ja’far, karena ia
adalah ayah dari Imam Keenam, yaitu Imam Ja’far Shadiq a.s.
[11] .
Fiqih Ja’fari adalah prinsip dan dasar-dasar fiqih Syiah yang diajarkan
oleh Imam Keenam dari madzhab Ahlul Bait, yaitu Imam Ja’far Shadiq a.s.
(hidup antara tahun 80-83 hingga 148 hijriah). Dia gugur Syahid di
Madinah dan dimakamkan di Pekuburan Baqi’, Madinah.
[12] .
Zionisme Internasional adalah pemikiran fanatis yang dimiliki oleh para
kapitalis Yahudi yang pada akhir abad lalu muncul di Eropa dan sekarang
menjadi ideologi resmi rezim penjajah Baitul Maqdis. Nama ini diambil
dari Gunung Zion di dekat Baitul Maqdis. Pemikiran rasialis ini
menyatakan bahwa Yahudi adalah bangsa pilihan Tuhan yang memiliki posisi
istimewa di dunia. Berdasarkan pemikiran ini, pada tahun 1898,
didirikanlah Organisasi Zionis Internasional yang bertujuan untuk
memindahkan kaum Yahudi dari berbagai penjuru dunia ke Palestina.
Organisasi tersebut kini memiliki kekuatan dana yang tidak
terbatas, yang setara dengan kekayaan perusahaan-perusahaan monopoli
terbesar di dunia. Pusat organisasi ini di AS dan aktivitas komunitas
Zionis mengontrol lebih dari 60 negara dunia. Dewasa ini, ada sekitar 18
organisasi Zionis yang beraktivitas di dunia. Sementara itu di AS,
negara yang merupakan pendukung utama Zionisme Internasional, ada 281
organisasi nasional Yahudi, 251 federasi lokal Yahudi, serta berbagai
organisasi dan lembaga keuangan Yahudi lainnya, yang semuanya terkait
dengan Zionisme.
Organisasi Zionisme Internasional juga memiliki lembaga
intelijen dan mata-mata di sebagian besar negara dunia yang terkait
dengan agen rahasia Israel, MOSSAD dan agen rahasia AS, CIA. Senjata
terpenting dan terampuh yang dimiliki oleh Zionisme Internasional adalah
media massa yang dikuasai oleh kaum Yahudi di seluruh dunia. Secara
keseluruhan, ada 1.036 koran dan majalah yang dikuasai Yahudi, dan yang
paling terkenal di antaranya adalah koran New York Times.
[13] .
Israel Raya adalah sebuah pemerintahan yang dicita-citakan kaum Yahudi,
yaitu pemerintahan dunia yang berada di bawah kekuasaan kaum Yahudi.
Ini adalah tujuan utama yang ingin dicapai oleh para pendiri gerakan
Zionisme. Berdasarkan cita-cita pendirian Israel Raya ini, setelah
dibentuknya pemerintahan Israel pada tahun 1948 di atas tanah milik
bangsa Palestina, orang-orang Zionis berupaya merealisasikan cita-cita
tersebut. Untuk menjustifikasi hal ini, mereka menggunakan dalil-dalil
yang ada di kitab Taurat. Daerah-daerah yang diklaim sebagai wilayah
dari Israel Raya sebagian besar adalah kawasan negara-negara muslim atau
sebagian wilayah dari sebuah negara yang dihuni oleh umat Islam. Dalam
peta Israel Raya yang dimuat dalam laporan penelitian Benyamin Mazar
yang diterbitkan di bawah pengawasan pemerintahan Israel, kawasan Israel
Raya membentang luas dari Sungai Nil hingga Sungai Eufrat, dan
melingkupi Teluk Persia, Irak utara, Muscat, Oman, Nejd, Turki, Suriah,
Libanon selatan, Palestina utara, Jordania barat, sebagian Mesir, dan
bagian selatan Sudan. Selain itu, ada pula peta Israel yang lebih besar
lagi, yang akan direalisasikan setelah terwujudnya Israel Raya, yaitu
meliputi Kurdistan, daerah tenggara Iran, barat daya Afghanistan, dan
sebagian dari barat laut Pakistan.
Pada akhir abad ke-19, seorang wartawan Yahudi keturunan
Austria bernama Theodore Hertzel, dengan menulis sebuah makalah,
mengundang seluruh kaum Yahudi yang hidup terpencar-pencar di berbagai
penjuru dunia untuk membentuk sebuah negara. Ia juga mengundang seluruh
umat Yahudi untuk kembali kawasan yang disebutnya sebagai tanah air asli
mereka, yaitu Palestina. Dengan demikian, Hertzel telah memperbaharui
isu “kembali ke tanah yang dijanjikan” dalam pikiran kaum Yahudi
sedunia.
Organisasi Zionisme Internasional yang mengumumkan bahwa
tujuan didirikannya lembaga itu adalah untuk memindahkan kaum Yahudi
dunia ke Palestina, kemudian melakukan usaha meluas dalam merealisasikan
tujuan ini. Atas lobi dan infiltrasi yang kuat dari kaum Yahudi,
pemerintah Inggris pada tahun 1917 mengeluarkan Deklarasi Balfour
(Balfour adalah nama Menlu Inggris saat itu) yang isinya mengakui bahwa
Palestina adalah tanah milik Bani Israel. Deklarasi Balfour kemudian
juga disepakati oleh pemerintah Perancis, Italia, dan AS.
Pada tanggal 29 November 1948, Majelis Umum PBB
mengeluarkan resolusi yang membagi Palestina menjadi dua bagian, yaitu
wilayah Arab yang luasnya 4.500 mil persegi dan wilayah Israel yang
meliputi 289 mil persegi. Akhirnya, pada tanggal 4 Mei 1948,
pemerintahan Israel secara resmi didirikan. Uni Soviet adalah negara
pertama di dunia yang mengakui pendirian negara Israel.
[14] .
Husain Yordania adalah Raja Yordania (kini sudah meninggal, pen.). Nama
lengkapnya adalah Husain bin Thalal. Lahir tanggal 4 November tahun
1935 di Amman. Pendidikannya dimulai di TK Inggris di Amman, lalu
dilanjutkan ke sekolah Victoria di Mesir, dan akhirnya dilanjutkan ke
Universitas Harvard. Pada tahun 1951, kakeknya, Raja Abdullah, tewas di
tangan seorang pemuda revolusioner Palestina. Atas dukungan Inggris,
anak Abdullah, yaitu Thalal diangkat sebagai raja dan Husain bin Thalal
pun menjadi putra mahkota. Beberapa bulan kemudian, pada tanggal 11
Agustus 1951, parlemen Yordania menurunkan Raja Thalal dari jabatannya
dan Husain bin Thalal dinobatkan sebagai raja. Selama masa
pemerintahannya, Raja Husain selalu mendapatkan dukungan dari Inggris.
Menyusul keluarnya Inggris dari Terusan Suez dan masuknya AS secara
bertahap ke kawasan tersebut, Raja Husain juga memperoleh dukungan dari
AS.
Politik luar negeri di kawasan Timur Tengah yang dijalankan
oleh pemerintahan Husain bin Thalal selalu mengikuti kebijakan AS dan
Inggris di kawasan tersebut. Pada tahun 1967, ketika Perang Arab dan
Israel dimulai, Raja Husain melakukan pengkhianatan dengan menjalin
perjanjian dengan Rezim Zionis, sehingga kekuatan Arab menjadi terpecah
dan Rezim Zionis berhasil menduduki Tepi Barat Sungai Jordan yang
meliputi Baitul Maqdis dan Masjidil Aqsha, lalu menggabungkannya dengan
wilayah Palestina yang sebelumnya sudah diduduki Israel. Akibatnya 400
ribu warga Palestina menjadi pengungsi ke Jordania. Dalam menghadapi
banjir pengungsi ini, Raja Husain bersikap keras sehingga terjadilah
tragedi yang disebut sebagai September Hitam pada tahun 1970, yaitu
pembunuhan massal terhadap para pengungsi Palestina.
[15] .
Hasan Maroko adalah Raja Maroko. Dia lahir pada tahun 1929 dan
merupakan anak dari Raja Muhammad V. Pendidikannya dilalui di Perancis
dan setelah ayahnya meninggal, dia diangkat sebagai raja dengan nama
Raja Hasan II. Sejak Raja Hasan II naik tahta, hubungan Maroko-Perancis
mengalami perluasan dan negara muslim ini semakin menjadi korban
serangan budaya dari Barat. Pemerintah Maroko secara umum mengadakan
kerjasama di bidang budaya, ekonomi, dan politik dengan Perancis.
Disebutkan pula bahwa Anwar Sadat, Presiden Mesir saat itu, berkenalan
dengan Rezim Zionis melalui Raja Hasan II karena Maroko memang memiliki
hubungan tradisional dengan Zionis, bahkan setiap tahunnya selalu
diadakan konferensi Yahudi di Maroko.
Maroko bisa dikatakan satu-satunya negara muslim tempat
orang-orang Zionis bisa melakukan segala aktivitasnya dengan bebas.
Bahkan pada tahun 1991, Raja Hasan mengangkat seorang Yahudi bernama
Andre Azoulay sebagai penasehat tinggi.
[16] .
Husni Mubarak diangkat sebagai Presiden Mesir sejak tahun 1981 setelah
pendahulunya, Anwar Sadat, tewas di tangan tentara pengawalnya sendiri,
Khaled Islambuli. Kebijakan politik luar negeri, khususnya Timur Tengah,
yang diambil Husni Mubarak tidak jauh berbeda dengan kebijakan
pendahulunya. Pada tahun 1982, dalam wawancara dengan stasiun CNN, Husni
Mubarak berkata, “Pintu kami terbuka bagi teman-teman bangsa Arab,
selama tidak mengorbankan hubungan kami dengan Israel. Kami mampu
memainkan peran yang penting untuk menghilangkan segala ketegangan yang
selalu muncul di antara teman-teman Arab dengan Israel.”
[17] .
Michael Aflack adalah pendiri Partai Ba’ats yang beraliran sosialis.
Setelah Partai Ba’ats meraih kekuasaan di Irak, Saddam Husain menjadi
orang nomor dua di Irak, yaitu sebagai wakil presiden. Presiden Irak
saat itu adalah Hasan Al Bakr yang juga menjabat Ketua Dewan Revolusi
Irak. Namun, pada prakteknya, kontrol atas negara berada di tangan
Saddam. Pada tahun 1979, Dewan Revolusi Irak menyepakati pengunduran
diri Hasan Al Bakr dan Saddam diangkat sebagai presiden.
Salah satu kejahatan terbesar yang dilakukan Saddam adalah
invasinya ke Iran yang dilakukan satu setengah tahun pasca kemenangan
Revolusi Islam di bawah pimpinan Imam Khomeini. Invasi Irak yang
dilakukan atas dukungan AS itu semula diperkirakan akan berlangsung
singkat dan Republik Islam Iran yang baru lahir itu akan segera jatuh ke
tangan Irak. Namun, perlawanan bangsa Iran yang gigih membuat perang
berlanjut hingga delapan tahun.
Kejahatan Saddam lainnya—yang awalnya juga mendapat lampu
hijau dari AS dan Inggris—adalah serangan terhadap Kuwait. Saddam dalam
waktu singkat berhasil menduduki Kuwait dan menyebabkan para Amir dan
Syekh Kuwait melarikan diri dari Kuwait. AS dan negara-negara Barat
kemudian mengirimkan pasukan ke Teluk Persia dalam jumlah yang sangat
besar. Serangan dari berbagai arah yang dilancarkan oleh pasukan
multinasional berhasil mengusir keluar pasukan Irak dari Kuwait. Para
Amir dan Syeikh Kuwait pun kembali ke negara mereka.
Perang Teluk ini selain mengakibatkan kesengsaraan atas
rakyat Irak akibat embargo yang ditetapkan PBB, juga menyebabkan Arab
Saudi dan Kuwait harus menanggung biaya perang yang sangat besar.
Sebaliknya, perang ini memberi kentungan besar kepada pabrik-pabrik
senjata Barat, terutama AS, yang menjual senjata-senjata mereka dengan
harga berkali-kali lipat kepada Arab Saudi dan Kuwait. Berbagai media
massa melaporkan, invasi Irak ke Kuwait dan meletusnya Perang Teluk yang
melibatkan pasukan multinasional telah menyebabkan naiknya angka
penjualan senjata dan peralatan perang secara drastis, sehingga berhasil
menyelamatkan sebagian besar perusahaan-perusahaan senjata Barat dari
kebangkrutkan.
[18] .
Kejahatan dan pengkhianatan Saddam terhadap bangsa Irak tidak bisa
dijelaskan secara sederhana. Diktator Irak ini dengan menerapkan politik
despotik telah membelenggu kebebasan individu dan masyarakat Irak
sekaligus menciptakan atmosfer yang mencekik rakyat. Untuk mencapai
ambisinya, Saddam tidak segan-segan mengorbankan rakyatnya sendiri,
misalnya pengeboman kimia terhadap kota Halabche di Irak yang menewaskan
ribuan warga kota itu. Saddam juga selalu mengobarkan isu-isu fanatisme
Arab dan “Perlindungan atas Bangsa Arab”. Namun, dalam invasinya
terhadap Republik Islam Iran, korban terbesarnya justru warga Iran yang
beretnis Arab di wilayah Khuzestan.
Arab Saudi dan para penguasa negara-negara Teluk yang
dalam agresi Irak ke Iran tidak pernah menunda-nunda pemberian
bantuannya kepada tentara Saddam, juga tidak luput dari sengatan api
keserakahan Saddam. Hanya sekitar dua tahun setelah berakhirnya perang
Irak-Iran, Saddam membalas kebaikan negara-negara Arab tetangganya itu
dengan cara menganeksasi Kuwait. Jika saja tentara multinasional tidak
turun tangan, niscaya Kuwait, Arab Saudi, dan negara-negara Arab lainnya
akan menjadi korban keganasan Saddam. Keganasan Saddam bahkan merambah
hingga ke keluarga terdekatnya, sampai-sampai mereka sendiri tidak tahan
dengan hal itu. Kita pernah menyaksikan larinya dua anak perempuan
Saddam beserta kedua suaminya ke luar negeri untuk menjauhkan diri dari
keganasan ayah mereka sendiri.
[19] .
Maksud dari kalimat Imam “jawaban penolakan terhadap AS” adalah terkait
dengan prediksi Imam Khomeini yang di kemudian hari terbukti
kebenarannya. Salah satu contoh dari masalah ini adalah embargo ekonomi
yang diterapkan AS terhadap Iran. Selain tidak memberikan hasil apapun
bagi AS, usaha AS untuk mempengaruhi bangsa-bangsa lain agar ikut serta
dalam program embargo ini juga tidak membuahkan hasil. Data ekonomi
justru menunjukkan bahwa tingkat kerjasama ekonomi antara Iran dan
negara-negara Eropa malah semakin meningkat. Tekanan AS untuk membuat
Rusia menghentikan kerjasamanya dengan Iran di bidang nuklir bertujuan
damai juga mengalami kegagalan.
Post a Comment
mohon gunakan email