Pesan Rahbar

Home » » Gerakan “PENYESATAN SYi’AH” di Indonesia didanai Wahabi dengan aliran dana AS, Israel dan Saudi

Gerakan “PENYESATAN SYi’AH” di Indonesia didanai Wahabi dengan aliran dana AS, Israel dan Saudi

Written By Unknown on Sunday, 6 July 2014 | 01:36:00

Saudi Sediakan Dana Tak Terbatas untuk wahabi Indonesia dan wahabi Malaysia.. NU dalam bahaya !!! KH Said Aqil Siroj cepat menyadari serangan musuh yang bermodalkan uang badui.

Sekarang, apa yang dilakukan tokoh tokoh wahabi indonesia dan wahabi malaysia itu tentu akan menjadi sesuatu yang menggelikan banyak pihak. Aliran dana dari nagara-negara Timur Tengah  sebagai aliran dana untuk radikalisme hanya mengalir untuk PARA USTAD WAHABi, murid muridnya hanya disuruh jualan madu dan madu doang…

Padahal semua orang tahu pemilik dana itu adalah loyalis  AS dan sekutunya yang merupakan the real terrorist, yang telah meluluhlantakkan negeri-negeri Islam dan membantai jutaan umat Islam, seperti di Afghanistan dan Irak.

Faktor aliran dana dari Arab Saudi dan sebagian negara Arab lainnya yang mentransfer dana untuk perjuangan gerakan Wahabi ekstrem itu turut menyuburkan penyebaran aliran ini, dana Timteng dikecam dan dianggap dana ‘teroris’.

Paham Wahabi cepat berkembang di Indonesia, menurut dia, karena mereka punya dana tak terbatas. Anda bayangkan, siapa yang tidak mau kalau ada donatuor dari Arab Saudi yang mau menyumbang pembangunan masjid di Indonesia, atau untuk kegiatan-kegiatan lainnya. Pasti semua mau, apalagi diembel-embeli dakwah.

Kita tidak anti-Arab, tapi masyarakat kita terlalu mengagung-agungkan Arab. Apapun yang datangnya dari Arab dianggap mulia dan benar. Itulah kesalahan kita sendiri yang tidak selektif.

Di Indonesia tak hanya tanahnya yang subur, berbagai ideologi juga tumbuh subur, termasuk ideologi Wahabi. Apalagi gerakan Wahabi masuk dengan pola yang terorganisir rapi. Dana mereka juga cukup banyak. Simpati dari para pemilik dana itu mengalir sangat pesat dari Timur Tengah (Saudi).

Mereka bekerjasama dengan percetakan, media, dan radio. Itu modal bagi paham apapun untuk bisa masuk dan tumbuh berkembang di sini.

Gerakan “PENYESATAN SYi’AH” di Indonesia didanai Wahabi dengan aliran dana AS, Israel dan Saudi.

PBNU: Ada Aliran Wahabi, Usir Saja.

Ketua PBNU, KH. Said Agil Siradj mengajak keluarga besar NU untuk mewaspadai aliran Wahabi yang mengajarkan kekerasan dengan menggunakan Islam. Pasalnya, di Indonesia ada Yayasan yang beraliran Wahabi dengan didanai dari Arab Saudi.

“Waspadai aliran Wahabi, sudah ada yayasan yang siap mengajarkan aliran islam keras dan tidak cocok dengan Islam Indonesia,” kata Said Agil Siradj.

Dalam berbagai kesempatan, Ketua umum PBNU KH Said Aqil Siradj nyaring membunyikan ajakan untuk mewaspadai aliran Wahabi yang makin merebak di Indonesia. Tanpa segan, Said Aqil langsung menuding bahwa aliran tersebutlah yang mengajarkan kekerasan dengan mengatasnamakan Islam. Bahkan, ia menuding ada 12 yayasan beraliran Wahabi yang menurutnya mendapatkan pendanaan dari Arab Saudi, negara tempat Said mengenyam pendidikan dari tingkat Sarjana hingga Doktor.

Kampanye Said Aqil tak hanya dilakukan di Jakarta, tapi hingga ke pelosok desa. Di Pesantren Miftahul Ulum, Desa Bayuputih Kidul, Kecamatan Jatiroto, Lumajang, Jawa Timur, pada Jumat (22/7/2011) lalu misalnya, Said Aqil terus mengajak warga Nahdhiyin untuk mewaspadai aliran Wahabi. Alumni Universitas Ummul Qura’ itu mengungkapkan, aliran kekerasan berpaham Wahabi dari 12 yayasan itu muncul di berbagai propinsi seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta, Sumatera dan Sulawesi.







Uang itu enak, itulah prinsip wahabi nejed.

Dana mengalir deras dari asing untuk kaum bar bar anarkhis primitif ini. Sejak wahabi ada maka teroris merajalela. Ustad Ustad wahabi kaya raya dengan rekening gendut, namun jama’ah nya disuruh jualan madu gaya si mbok.

Tudingan   “ini sesat itu sesat”  disambut baik oknum toko tokoh ORMAS yang ingin merebut jabatan Ketua Umum NU dan Muhammadiyah. Wahabi duhai wahabi mengapa engkau sering kawin kontrak ke Puncak memangsa oknum perawan perawan Indonesia. Wahabi duhai wahabi, syi’ah kau sesatkan namun kami sudah mencapai penganut 2.500.000 jiwa di Indonesia. Wahabi duhai wahabi kau cetak buku, bulletin, selebaran anti syi’ah demi TUAN CiA mu. Wahabi duhai wahabi kau sesatkan NU dengan tuduhan ahlul bid’ah. Wahabi duhai wahabi kau sesatkan syi’ah agar dirimu diterima menjadi bagian dari aswaja sunni (batu loncatan). berhentilah wahabi teroris, berhentilah kaum bar bar anarkhis primitif.

ARUS DANA WAHABISASI GLOBAL.

Saya heran ulama2 wahabi dari negara kerajaan milik keluarga Al saud ngurusin dan mendidik orang senegaranya saja tidak bisa bagaimana mereka mau sok mendidik orang dari negara lain untuk mencontoh mereka?? bagi pengagum wahabi di Indonesia, silahkan tinggal dulu di Saudi beberapa tahun dan lihat sendiri bagaimana kaku dan egoisnya praktek keagamaan disana baru kasih komentar !

Sementara kalangan Ahlussunnah Wal Jamaah masih mengandalkan sistem pendidikan tradisional pesantren. Ada arus besar dari gerakan penyebaran Wahabi yang ekstrem di Indonesia yaitu melalui sebagian generasi Indonesia yang belajar di Arab Saudi. Sebagian dari mereka itulah yang kemudian membawa ideologi radikal itu. Sebaliknya, sebagian orang Indonesia juga dikirim untuk memperdalam gagasan ekstrem itu ke sana.
 
Faktor aliran dana dari Arab Saudi dan sebagian negara Arab lainnya yang mentransfer dana untuk perjuangan gerakan Wahabi ekstrem itu turut menyuburkan penyebaran aliran ini.
 
Paham Wahabi cepat berkembang di Indonesia karena mereka punya dana tak terbatas.  Anda bayangkan, siapa yang tidak mau kalau ada donator dari Arab Saudi yang mau manyumbang pembangunan masjid di Indonesia, atau untuk kegiatan-kegiatan lainnya. Pasti semua mau, apalagi diembel-embeli dakwah. Kita tidak anti-Arab, tapi masyarakat kita terlalu mengagung-agungkan Arab. Apapun yang datangnya dari Arab dianggap mulia dan benar. Itulah kesalahan kita sendiri yang tidak selektif.
 
Semua pelajar yang belajar di Timur Tengah, kata dia, punya potensi untuk membawa ideologi Wahabi ke Indonesia. Pada umumnya, ada pengaruh kultural bagi mereka yang tidak selektif memilih gagasan, kemudian itu dikembangkan di Indonesia.
 
Bahwa bahaya penyebaran paham formalisasi agama dan pemaksaan ideologiini semakin merebak karena didukung dengan sumber dana yang kuat serta penyusupan yang sudah terencana. Usaha-usaha penyusupan  secara finansial  ini banyak dilakukan kepada orang-orang ‘terkemuka’ yang diduga bisa ‘dibeli’. Apalagi jika orang tersebut adalah salah satu pejabat negara, atau bahkan seorang ‘ulama’ yang memang tergoda ingin menikmati dana tersebut karena tergiur dengan jumlahnya yang cukup fantastis hingga rela menjadi saluran penyebaran ideologi ini.

Dan inilah salah satu penyebab utama perubahan ideologi dan politik di Indonesia masa sekarang. Inilah bentuk intervensi mereka terhadap bangsa Indonesia yang oportunis dan korup, ulama kembaran ‘barshisha’ dan kebodohan muslim Indonesia, sehingga orang-orang seperti ini ada yang sadar dan tidak sadar telah membiarkan begitu saja terlaksananya agenda terselubung yang merupakan benih bahaya laten bagi bangsa dan negara.

Arus dana ini tidak hanya membiayai gerakan terorisme, tetapi juga penyebaran ideologi dalam usaha wahabisasi global yang nyaris luput dari perhatian publik. Padahal dari sinilah fenomena infiltrasi paham garis keras memperoleh kesempatan, dukungan dan dorongan yang luar biasa kuat sehingga menjadi bisnis yang menguntungkan bagi ‘agen’-nya. Gerakan transnasional wahabi memanfa’atkan kesempatan ini di Indonesia dan menyusup kesemua bidang kehidupan bangsa.

Mereka berusaha mengubah wajah Islam Indonesia yang santun dan toleran agar seperti wajah mereka yang sombong, garang, kejam, penuh kebencian, dan merasa berhak untuk menguasai. Kekerasan ini bisa kita lihat dalam beberapa aspek seperti, kekerasan doktrinal, tradisi, budaya dan sosiologis. Ancaman terhadap Indonesia, khususnya Islam sunnah waljama’ah, tidak datang dalam bentuk militer, namun dalam bentuk gerakan ideologi garis keras. Pertodollar wahabi yang sangat besar jumlahnya masuk ke Indonesia, dilakukan dengan cara menjual agama, mengabdi pada tujuan wahabi yang sebenarnya; memaksakan ideologi, mendirikan negara khilafah dan menguasai pemerintah.

Diyakini kelak, jika kelompok-kelompok ini telah berhasil berkuasa, mereka akan bertikai diantara mereka sendiri untuk merebut kekuasaan yang mutlak, karena masing-masing dari mereka tidak akan lepas dari rasa berhak atas ‘kebenaran’ dan ‘kekuasaan’ tersebut. Bukti konkrit gejala seperti ini sudah terlihat dalam internal kelompok mereka sendiri sehingga saat ini dari satu kelompok terpecah lagi dalam beberapa kelompok. Tidak heran jika sebenarnyanya mereka hanya memperebutkan posisi siapa ‘yang benar’ dan ‘yang berhak’ terhadap politik dan kekuasaan-dengan agama sebagai tumpangannya.

Stephen Sulaiman Schwartz dengan jelas dan meyakinkan, memaparkan aliran dana wahabi dalam usaha-usaha wahabisasi global dan aksi-aksi terorisme internasional yang dilakukan atas nama agama tersebut. Dalam konflik Bosnia, misalnya-dengan dalih membela muslim Bosnia dari ethnic cleansing, wahabi mengambil kesempatan untuk menyebarkan ideologinya dengan membangun infrastruktur pendidikan dan peribadatan hanya sebagai camugflage penyebaran ideologi mereka. (Stephen Sulaiman Schwatrz, ‘The Two Faces of Islam; Saud Fundamentalism and Its Role in Terrorism (2002)).

Maka sejak 30 tahun yang lalu penguasa saudi wahabi telah membelanjakan uang yang mungkin sudah lebih dari USD 90 milyar yang disalurkan melalui Rabithat al’Alam al-IslamiInternational Islamic Relief Organitation (IIRO), dan yayasan-yayasan lain keseluruh dunia untuk membela diri dan memperbaiki citra mereka melalui wahabisasi global. Di Indonesia, Rabithat al’Alam al-Islami dan IIRO menyalurkan dananya-diantaranya-melalui Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), LIPIA, MMI, Kompak, dan lain-lain.

Pemerintah Saudi sendiri mengakui bahwa hingga tahun 2003 sudah membelanjakan uang sebesar US$ 70 M (baca dalam ‘How Billion in Oil Money Spawned a Global Terror Network’, dalam US News & World Report, 15 Desember 2003).

Cara Aman Menghadapi Wahabi / Salafi.


Sudah bukan rahasia lagi, bahwa sebagian kalangan yang berpaham Wahabi/Salafi memiliki mulut usil karena sering mempermasalahkan kebiasaan masyarakat Islam di mana saja, seperti peringatan maulid Nabi Muhammad SAW., ziarah kubur, qunut shubuh, tahlilan, ratiban, menghadiahkan pahala kepada orang yang sudah meninggal, do’a berjama’ah, zikir keras berjama’ah, bersalaman sesudah shalat, tawasul, dan lain sebagainya. Hal itu mereka lakukan dalam rangka menyebarkan pengaruh dan paham di masyarakat yang mereka sering anggap “tersesat” atau “musyrik” dengan sebab melakukan kebiasaan-kebiasaan tersebut.

Dalam hal ini, mereka bersikap seperti seorang da’i yang ingin mengembalikan masyarakat yang tersesat kepada jalan agama yang benar (menurut mereka), walaupun anehnya, yang sering mereka dakwahi adalah orang-orang awam yang tidak mengerti. Padahal, mereka seharusnya memprioritaskan kalangan orang alim yang lebih patut “dikasihani” dan didakwahi karena sudah terjerumus sangat jauh dalam “keyakinan sesat”. Ternyata, itu tidak berani mereka lakukan, tentunya karena mempengaruhi orang awam jauh lebih mudah daripada orang alim. Berarti dakwah mereka tidak bisa disebut “mengembalikan orang sesat kepada jalan yang benar”, tetapi lebih tepat disebut “merekrut pengikut dengan memanfaatkan keawaman dan ketidakmengertian orang”.

Ya!. Serigala hanya menyerang kambing gembala yang terpisah dari rombongan! Ia tidak akan mendekati kambing-kambing yang sedang diawasi oleh penggembalanya, apalagi menyerang penggembala yang sedang memegang senapan. Karena itu, bila keusilan ini terjadi, maka Hindari Pembahasan Agama Dengan Orang Wahabi & Salafi.
____________________________________________________
Langkah ini ditujukan untuk menghindari perdebatan yang dapat memancing emosi yang bisa berakibat percekcokan dan rusaknya silaturrahmi. Sebab, tidak jarang mereka yang usil ini masih memiliki hubungan keluarga, nasab, atau kekerabatan dengan anda. Menjaga hubungan baik jauh lebih utama dari pada mendengarkan penjelasan atau dakwah yang berpotensi merusak hubungan baik itu.

“Maaf, saya sedang tidak ingin membahas masalah agama. Jadi kita bahas masalah lain saja.”
“Sudahlah, tentang pengamalan agama, masing-masing kita punya alasan. Lebih baik kita bicarakan peluang bisnis apa yang bisa kita garap.”
“Sayang sekali, saya tidak bisa menyempatkan diri untuk hadir di pengajian anda. Lagipula, pengajian kan bukan di tempat anda saja.”
“Maaf, saya sudah punya jadwal pengajian sendiri.”
“Maaf, saya harus pergi karena ada urusan.” (ini apabila dia terus memaksa anda untuk membahas agama).
 
Dalil sikap ini adalah Sabda Rasulullah Saw.
Akan keluar suatu kaum di akhir zaman, orang-orang muda usia, pendek akal, mereka berkata-kata dengan sebaik-baik perkataan manusia (al-Qur’an. atau hadis, atau perkataan baik yang bertolak belakang pengertiannya) yang tidak melampaui kerongkongan mereka (tidak masuk ke dalam hati mereka). Mereka keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari busurnya. Maka, di mana saja kamu menjumpai mereka, perangilah, karena di dalam memerangi mereka terdapat pahala di hari Kiamat bagi yang melakukannya.” (HR. Bukhari).




Sumber: http://syiahali.wordpress.com/2012/03/19/gerakan-penyesatan-syiah-di-indonesia-didanai-wahabi-dengan-aliran-dana-as-israel-dan-saudi/
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: