Soekarno adalah tokoh besar dunia yang tak hanya dihormati oleh rakyat Indonesia. Bahkan di luar negeri, terutama di negeri-negeri yang pernah dijajah lalu terinspirasi oleh perlawanan Soekarno pada penindasan kolonialisme dan imperialisme, Soekarno dianggap sebagai Bapak Revolusi Dunia.
Menurut peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Soemarsono, Soekarno adalah seorang intelegensia. Yaitu orang yang memiliki dan menguasai banyak pengetahuan, sehingga menjadikan Soekarno seorang pemikir yang berpandangan luas dan bervisi jauh ke depan.
“Artinya pemikiran Bung Karno itu pemikiran revolusioner yang oleh beberapa kelompok pembebasan, menjadi semacam mata air yang menginspirasi berbagai negara baik terhadap kolonialisme oleh asing maupun oleh penghisapan oleh diktator bangsa mereka sendiri.”
“Bung Karno itu pemikirannya anti nekolim. Atau hari ini kita menghadapi pemikiran liberalisme. Artinya, pemikiran Bung Karno itu melakukan loncatan untuk zamannya. Itu tidak ada tandingannnya pemikiran pada zamannya. Baru dirasakan orang-orang saat ini. Jadi kalau hari ini banyak negara-negara dunia belajar dari Bung Karno ya wajar, sangat wajar,” tambahnya.
Soemarsono terkait kebesaran Soekarno menyatakan hal yang senada. “Yang bikin tokoh-tokoh besar kagum ama Soekarno itu karena dia sangat anti imperialisme. Anti kolonial. Dan itu ia perlihatkan dengan jelas, bukan sekadar ngomong. Dengan politik bebas aktifnya.”
“Soekarno muncul dari pergerakan nasional, ia meresapi semua permikiran, ia lihat konteksnya. Ketika Indonesia merdeka, yang lain juga harus merdeka,” lanjut Soemarsono.
Jadi tokoh-tokoh besar seperti Chavez atau Ahmadinejad mengagumi Soekarno itu bukan karena mereka sama, bukan karena Syiah, Sunni atau Kristen. Tapi pada saat itu sama-sama menghadapi musuh yang sama, penjajahan kolonialisme, imperialisme,” tegas Soemarsono.
Perjuangan Soekarno dan Imam Husain
Kebesaran nama Soekarno di dunia amat dikenal. Sampai ada 5 negara yang mengabadikan nama Soekarno menjadi nama jalan, yaitu Rusia, Mesir, Maroko, Pakistan dan Kuba. Di Iran, misalnya, sosok Soekarno sangat dihormati dan bahkan dipelajari pemikirannya. Tak hanya dipuji oleh Ahmadinejad dan Ali Khamenei di berbagai kesempatan, di kuliah ilmu Politik, pemikiran Soekarno dan Pancasila menjAdi dasar mata kuliah.
Menurut Riza, hal ini tidak perlu diherankan. “Tak perlu heran, saya dapat info dari kawan, di buku Di Bawah Bendera Revolusi, Soekarno menuliskan tentang penghormatannya kepada Imam Husein yang syahid di Karbala, yang merupakan tokoh yang amat dihormati oleh Muslim Syiah di Iran.”
“Apa yang diperjuangkan Sayidina Husein di Karbala dengan apa yang diperjuangkan Bung Karno itu memang sangat inline, sangat segaris. Artinya sangat mirip. Prinsipnya, inti perlawanan Bung Karno, Marhainisme itu kan ada pada penolakan terhadap kolonialisme, terhadap penindasan. Dan sangat kental sisi humanismenya,” ujar Riza. “Sama seperti semangat anti penindasan Sayidina Husein.”
Terkait pernyataan Soekarno yang berbunyi, “Husein adalah panji berkibar yang diusung oleh setiap orang yang menentang kesombongan di zamannya, di mana kekuasaan itu telah tenggelam dalam kelezatan dunia serta meninggalkan rakyatnya dalam penindasan dan kekejaman,”yang banyak beredar sekarang, Seomarsono menengarai itu disebutkan oleh Soekarno dalam pidatonya.
“Itu bisa di PBB atau di konteks lain. Tapi itu jelas simbol perlawanan terhadap penjajahan. Simbol pembelaan terhadap orang kecil yang tertindas,” ujar Soemarsono.
“Menurut saya Bung Karno itu terilhami secara langsung atau tidak langsung oleh perjuangan Imam Husein. Imam Husein sangat menginspirasi dan mengilhami Bung Karno. Terbukti Bung Karno itu anti penindasan, kolonialisme, imperialisme, dan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai humanisme,” papar Riza.
(ABI-Press/Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email