Pesan Rahbar

Home » » Menlu Denmark Sebut NU-Muhammadiyah Pelopor Toleransi

Menlu Denmark Sebut NU-Muhammadiyah Pelopor Toleransi

Written By Unknown on Sunday, 25 October 2015 | 19:54:00


Menteri Luar Negeri Denmark, Kristian Jensen, memandang bahwa organisasi Islam, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, sebagai pilar agama Islam di Indonesia.

Hal itu diungkapkannya kala terjadi dialog lintas agama antara Jansen dengan sejumlah tokoh dan pemuka agama Indonesia di Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta, Kamis 22 Oktober 2015.

Menlu Denmark dibuat kagum dengan bagaimana toleransi umat beragama di negara ini. Jensen mendapatkan banyak penjelasan mengenai toleransi antar agama di Indonesia, dan bagaimana hal ini bisa terus terjalin di Indonesia.

Jansen memandang bahwa umat muslim di Indonesia dapat menerima modernitas, dikarenakan dua organisasi besar Islam di Indonesia, NU dan Muhammadiyah.

Jensen menilai mengapa negara Islam lain mengalami kondisi kekerasan yang terus memuncak, diakibatkan tiadanya sebuah panutan yang dapat ‘memeluk’ para warga muslim, dan kondisi itu sangat berbeda di Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Jensen memberi kredit terhadap Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Diyakininya, capaian Indonesia baik sebagai negara demokrasi mau pun negeri toleran tak akan tercapai tanpa peran dua organisasi Islam ini.

“NU dan Muhammadiyah, adalah dua organisasi yang sangat penting karena membantu warga muslim Indonesia dapat menerima makna demokrasi,” kata Jensen.

“Kalian (warga Indonesia) menunjukkan kepada dunia, bahwa bagaimana akar demokrasi dapat terjalin erat dengan agama Islam di Indonesia,” sambungnya.

Pada saat dialog lintas agama, Komarudin Hidayat, salah satu tokoh agama yang hadir menuturkan, toleransi bisa terus terjalin karena masyarakat Indonesia selalu merasa sebagai suatu kesatuan.

“Di Amerika mungkin hanya ada satu hari libur keagamaan, mungkin di tempat lain juga begitu. Tapi di Indonesia, hari besar semua agama dirayakan, semua agama mendapatkan hak mereka untuk merayakan hari besar mereka,” ucap guru besar Universitas Islam Indonesia.

Sedangkan menurut perwaklian Muhamadiyah yang hadir, walaupun Islam adalah agama mayoritas di Indonesia, tapi tidak ada hak khusus bagi umat Islam di Indonesia. Semua agama mendapatkan hak yang sama, inilah yang membuat toleransi di Indonesia terus terjadi.

Itu diperkuat oleh pernyataan perwakilan agama Budha di Indonesia, yang mengatakan walaupun mereka sebagai agama minatoritas, tapi mereka tidak pernah merasakan diskriminasi. Dirinya menuturkan umat Islam, sebagai mayoritas di Indonesia selalu merangkul mereka.

Selain mengunjungi Masjid Istiqlal, Jensen juga menyempatkan diri mengunjungi Katedral yang berada di seberangnya. Di sana, Jensen sebagai berdialog dengan Uskup Agung Jakarta, Ignatius Suharyo.

Dalam dialog itu Jensen sempat menanyakan bagaiman rasanya menjadi umat Kristen di Indonesia, yang bisa terbilang minoritas. Pihak keuskupan menjelasan bahwa tidak ada yang beda, sebagai umat Kristen mereka bebas untuk beribadah, dan menjalankan semua kegiatan keagamaan,

Satu hal yang menarik, pihak keuskupan juga menjelaskan bahwa untuk beberapa kesempatan Katedral sering digunakan oleh umat Muslim untuk dijadikan tempat ibadah, bila Istiqlal sudah terlalu penuh, begitu pula sebaliknya.

(Satu-Islam/Shabestan/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: