Pesan Rahbar

Home » » Umat Muslim, Hindu dan Buddha pun Berbaur di Pemilu Myanmar

Umat Muslim, Hindu dan Buddha pun Berbaur di Pemilu Myanmar

Written By Unknown on Sunday 22 November 2015 | 16:39:00

Umat Muslim, Hindu dan Buddha pun Berbaur di Pemilu Myanmar (Foto: Reuters)

Pemilihan Umum (Pemilu) Myanmar yang digelar pada Minggu (9/11/15) ini disebut yang paling demokratis pertama selama 25 tahun. Meski dibayangi isu sektarian soal Rohingya, warga Myanmar dari berbagai agama berbaur mengikuti pemilu hari ini.

Seperti dalam jepretan wartawan foto Reuters di salah satu Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Mandalay, Myanmar, warga Muslim, Buddha dan Hindu berbaur mengantre untuk memberikan hak pilihnya. Bahkan warga muslim ikut antre untuk memilih pada TPS yang bangunan aslinya adalah wihara Buddha di Mandalay.

Foto: Reuters

Di lokasi pengungsi Rohingya di Sittwe, disediakan TPS bagi warga Rohingnya yang mengantongi kartu kependudukan (citizen card).

Foto: Reuters

Warga Rohingya yang berhak memilih dan mengantongi kartu kependudukan itu adalah harapan di tengah pemerintah Myanmar yang menghilangkan hak pilih ratusan dari ribuan warga Rohingya di bagian barat Myanmar.

Foto: Reuters

Suara warga Myanmar akan menentukan siapa di antara 6.000 kandidat dari lebih 90 partai yang mengisi 664 kursi parlemen, demikian dilansir BBC hari ini. Dari 6.000 kandidat dari lebih 90 partai yang memperebutkan 664 kursi parlemen, hanya ada selusin kandidat muslim yang bertanding, utamanya dari Partai United National Congress (UNC).

Tokoh dari UNC ini adalah Khin Maung Thein. “Muslim telah menderita di Myanmar untuk beberapa tahun terakhir, dan ini mendorong kami untuk bisa ke parlemen,” tutur Khin Maung Thein (71), seperti dilansir Reuters edisi 1 November 2015 lalu.

Tak mudah bagi Khin untuk berkampanye di daerah Mandalay, daerah pilihan Khin yang mayoritas warganya beragama Buddha. Gerakan Buddha ultranasionalis Ma Ba Tha yang dipimpin para biksu dengan gerakan memboikot bisnis warga muslim dan melarang pernikahan beda agama sangat berpengaruh di kota-kota besar di Myanmar.

Populasi warga muslim sekitar 5 persen dari 51 juta total populasi Myanmar. Kekerasan sektarian berlatar belakang agama sudah menewaskan ribuan orang, mayoritas Muslim sejak 2011. Bentrokan antara warga Buddha dan Muslim di Mandalay pada 2014 lalu menewaskan 2 orang dan membuat warga muslim menjadi tersudut dan marjinal. Apalagi, Mandalay, adalah kota basis gerakan Ma Ba Tha yang dipimpin biksu Ashin Wirathu yang menyebut dirinya “Bin Laden dari Myanmar” yang dinilai anti-Muslim.

Khin, satu-satunya kandidat anggota parlemen di Mandalay, kota kedua terbesar di Myanmar, mengatakan bahwa pemilu ini adalah kesempatan untuk mengembalikan harga diri etniknya. Khin mengidentifikasikan dirinya sebagai Pathi, kelompok muslim berdarah Persia dan sudah tinggal selama berabad-abad di Myanmar. Khin juga mempromosikan kebijakan UNC seperti mengurangi anggaran militer dan mengalihkannya kepada bidang pendidikan.

Khin juga tak mudah untuk berkampanye di ruang-ruang publik di Mandalay. Pada Juli 2015 lalu, polisi menangkap 3 warga, 2 di antaranya muslim, kala pertemuan antaragama dihelat karena dinilai berkampanye kotor pada gerakan Ma Ba Tha. Seorang aktivis muslim memberitahu Reuters bahwa dia menerima ancaman mati.

Bahkan muslim di sekitar Mandalay mengungkapkan bahwa mereka takut keluar rumah di malam hari dan berhenti bepergian dalam kelompok besar karena takut ditangkap.

Khin Maung Thein (Foto: Reuters)

Khin sendiri, satu-satunya kandidat anggota parlemen Muslim di Mandalay, hanya berkampanye di masjid-masjid daripada di jalanan karena khawatir ancaman dari kelompok Ma Ba Tha.

“Saya tak bisa mengadakan kampanye terbuka,” tutur Khin.

(Detik/Mahdi-News/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: