Ahlul Bait adalah Tolak Ukur Kebenaran
Seluruh kenikmatan Allah swt terhadap Ahlul Bait adalah sifatnya Langsung dan turun tanpa melalui perantara seseorang. Sedangkan kenikmatan-kenikmatan Allah yang diturunkan kepada seluruh masyarakat, tidak mungkin turun tanpa melalui perantara Ahlul Bait alahimussalam.
__________________________
Ahlul Bait adalah Tolak Ukur Kebenaran
الحق معنا فلن یوحشنا من قعد عنا، ونحن صنائع ربنا، و الخلق بعد صنائعنا
Kebenaran selalu bersama kami dan berpalingnya sebagian dari kami sama sekali tidak akan membuat kita khawatir; karena kami adalah dibawah didikan Tuhan kami, dan seluruh makhluk adalah dibawah didikan kami.
Syarah:
Hadis mulia ini dinukil oleh Syekh Thusi rahmatullah alaih dari Abu Amr Amri dai Imam Zaman af dengan silsilah sanad yang diakui kebenarannya. Imam as dalam beberapa faragraf dari hadis ini, beliau mengisyaratkan pada tiga titik penting:
1. Seluruh kebenaran dan hakikat, ada pada Ahlul Biat as dan selalu bersama mereka. Harus diperhatikan bahwa kalimat ((الحق معنا )) berbeda dengan kalimat ((اهل البیت مع ال )) karena pengertian kalimat pertama menyatakan bahwa mereka Ahlul Bait adalah sebuah poros atau tolak ukur yang mendasar untuk menentukan mana yang haq dan mana yang batil, dan untuk mengetahui keduanya juga kita harus merujuk pada sunnah, perbuatan dan tingkah laku mereka; Berbeda dengan pengertian kalimat kedua. Makna ini juga dapat dipahami dari hadis: [1]
علی مع الحق والحق مع علی .
2. Seseorang yang menyakini bahwa kebenaran berada di pihaknya, tidak seharusnya ia mengkhawatirkan ketersendiriannya dan ketidak perdulian atau pemalingan sebagian orang, dan memperhatikan sedikit dan banyaknya orang-orang yang condong dan mendukungnya.
Imam Musa bin Jakfar as bersabda kepada Hisyam: “Hai Hisyam! Jika buah Gerdu ada di tanganmu dan seluruh masyarakat mengatakannya Mutiara, hal itu sedikitpun tidak akan memberimu manfaat; karena engkau tahu bahwa yang ada ditangmu itu adalah buah Gerdu; begitu pula jika di tanganmu Mutiara, dan seluruh masyarakat mengatakannya buah Gerdu, hal itu sedikitpun tidak akan mendatangkan kerugian bagimu; karena engkau tahu bahwa yang ada di tangnmu itu adalah Mutiara.”[2]
Begitu pula Imam Ali as bersabda: “Janganlah kalian khawatir atau takut di dalam menempuh jalan yang lurus (hidayah) dengan jumlah pemeluknya yang sedikit.[3]
3. Adapun yang dimaksud dari kalimat akhir dari hadis adalah sebagai berikut: Ada dua tafsiran mengenai kalimat tersebut:
A) Sebagaimana lazimnya bahwa Ahlul Bait dalam keyakinan dan amalan-amalan agama, tidak membutuhkan masyarakat, dan adapun segala sesuatu yang datang dari Allah swt melalui perantara rasulullah saww yang sampai kepada mereka, itu semua telah mencukupi mereka. Sedangkan umat dalam masalah ini, mereka membutuhkan Ahlul Bait. Dan hanya merujuk kepada kitab Allah yaitu Alquran, dan sunnah, tidak mencukupi kebutuhan mereka, tanpa merujuk kepada Ahlul Bait sudah dapat dipastikan mereka akan binasa.
B) Seluruh kenikmatan Allah swt terhadap Ahlul Bait adalah sifatnya Langsung dan turun tanpa melalui perantara seseorang. Sedangkan kenikmatan-kenikmatan Allah yang diturunkan kepada seluruh masyarakat, tidak mungkin turun tanpa melalui perantara Ahlul Bait alahimussalam. []
(Syarah 40 hadis dari Imam Mahdi, Ali Asghar Ridwani).
Catatan Kaki:
[1] Al-ihtijaj, Jilid 1 Hal. 97.
[2] Tuhaful Uqul, Hal. 386.
[3] Nahjul Balagha, Hikmat 201.
(Haidar-Yusuf/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email