Pesan Rahbar

Home » » Ayat-ayat Kitab Wahyu, Jeremiah, dan Yesaya Tentang Tragedi Husain

Ayat-ayat Kitab Wahyu, Jeremiah, dan Yesaya Tentang Tragedi Husain

Written By Unknown on Tuesday, 12 April 2016 | 03:15:00


Tersebutlah firman dalam Al Kitab Perjanjian Baru, dalam Kitab Wahyu 12: 1-5

12:1 Maka tampaklah suatu tanda besar di langit. Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. 12:2 Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan. 12:3 Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. 12:4 Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-nya. 12:5 Maka ia melahirkan seorang anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.

Pada 12:1 Adalah amsal: Matahari adalah Nabi Muhammad Saw, Bulan adalah Sayyidah Khadijah as, dan perempuan dengan mahkota adalah Sayyidah Fathimah as, 12 bintang di kepalanya adalah 12 Imam (Ahlulbait) yang suci. Pada 12:5 Jelas merupakan amsal atas Imam Mahdi as dan masa kegaibannya. Bihaqqi Muhammad wa aali Muhammad. Allahumma shallii ‘alaa Muhammad wa aali Muhammad. Laa hawla wa laa quwwata illa billah.

Juga, di dalam Alkitab, dalam Yeremia 46:10 disebutkan, “Hari itu ialah hari Tuhan ALLAH semesta alam, hari pembalasan untuk melakukan pembalasan kepada para lawan-Nya. Pedang akan makan sampai kenyang, dan akan puas minum darah mereka. Sebab Tuhan ALLAH semesta alam mengadakan korban penyembelihan di tanah utara, dekat sungai Efrat.” Dan dalam Yesaya 53: 1-12, “Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? Sebagai taruk ia tumbuh di hadapannya dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.


Kenapa Imam Hussain Melemparkan Darahnya Ke Udara?

Dokumen sejarah mewartakan bahwa Imam Husain As melemparkan segenggam darahnya dan segenggam darah Ali Ashgar ke langit pada hari Asyura, pada 10 Muharram di Karbala. Terkait dengan falsafah dan hikmah perbuatan ini dapat dikatakan bahwa Imam Husain As ingin menyampaikan pesan perjuangan dan kebangkitannya kepada seluruh dunia. Untuk mewujudkan keinginan ini, Imam Husain As memanfaatkan cara seperti ini bahwa tragedi Karbala identik dengan lumuran darah. Dengan kata lain, Imam Husain As melukis kanvas Karbala dengan darahnya sendiri dan darah para sahabatnya supaya lukisan berdarah ini akan senantiasa abadi dan lestari. Thabari menuturkan, Hisyam sesuai nukilan dari Amr bin Syimr, dari Jabir Ja’fi meriwayatkan bahwa, “Akibat peperangan [yang tak seimbang], dahaga menyerang Imam Husain As dan rasa dahaga itu semakin kuat. Tatkala Imam Husain As hampir meminum air, Hushain bin Numair melontarkan anak panah dan menancap di mulut Imam Husain As. Lantas beliau mengambil darah dari mulutnya dan melemparkannya ke langit. Kemudian memuji dan memuja Allah Swt lalu menyatukan tangannya dan berkata, “Tuhanku! Binasakanlah mereka dan jangan sisakan satu pun dari mereka di muka bumi.”[1] Di samping itu, setelah kesyahidan Hadhrat Ali Ashgar As, Imam Husain As juga melemparkan darah Ali Asghar ke langit.

Terkait dengan falsafah dan hikmah perbuatan Imam Husain As ini dapat dikatakan bahwa beliau dengan tindakan seperti ini ingin menyampaikan pesan perjuangan berdarahnya kepada orang-orang di seluruh dunia hingga hari Kiamat. Karena semakin darah seorang syahid (martir) tumpah ruah ke bumi maka seruan ini akan semakin meluas sampai kepada dunia dan orang-orang sedunia. Pada hari Asyura, dari satu sisi, Hurr menyatakan tobat dan ingin menumpahkan darahnya di jalan Imam Husain As, tentu saja kesyahidan Hurr tidak akan dapat menyelamatkan Imam Husain dari tangan pasukan Yazid. Dan dari sisi lain, Imam juga tidak mencegahnya. Imam Husain berulang-kali meminta kepada orang-orang untuk menolongnya dan mencapai kesyahidan di sampingnya. Hal ini menunjukkan bahwa Aba Abdillah Husain As dengan sengaja ingin menandaskan bahwa sejarah dan pesan tragedi berdarah perjuangannya harus ditulis dengan warna darah ini dan tidak akan lenyap selamanya. Bagaimanapun tragedi berdarah Karbala merupakan tragedi yang memilukan dari sahara Karbala dan kisah-kisah yang menjadikan pesan Imam Husain As akan abadi selamanya di dunia. [2] Catatan: [1]. Târikh Thabari, Abu Ja’far bin Harir al-Thabari, riset oleh Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, jil. 5, hal. 449, Beirut, Dar al-Turats, Cetakan Kedua, 1387 H/1967 M. [2]. Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat, Hamâse Husaini, Syahid Murtadha Muthahhari, jil. 1, hal. 273-277, Intisyarat-e Shadra, Cetakan Keempat Belas, 1368 S.


Kurban Itu Bernama Hussain

Dalam Perjanjian Lama, Yeremia 46:6 dan 46:10 mencatat sebuah peristiwa di tanah utara, di dekat sungai Efrat. Berikut kutipan Perjanjian Lama tentang peristiwa di tepi sungai Efrat itu:

“Orang yang tangkas tidak dapat melarikan diri, pahlawan tidak dapat meluputkan diri, di utara, di tepi sungai Efratlah mereka tersandung dan rebah. Hari itu ialah hari Tuhan ALLAH semesta alam, hari pembalasan untuk melakukan pembalasan kepada para lawan-Nya. Pedang akan makan sampai kenyang, dan akan puas minum darah mereka. Sebab Tuhan ALLAH semesta alam mengadakan korban penyembelihan di tanah utara, dekat sungai Efrat”. Orang yang tangkas tidak dapat melarikan diri (Husain yang dengan ketangkasannya mampu mengalahkan tiga ratusan orang sendirian di Karbala). Pahlawan tidak dapat meluputkan diri (Husain sang pahlawan, sebagai pemimpin syuhada tidak dapat menghindar dari dukacita “karbun” dan “wa” musibah “bala” yang bakalan menimpanya). Di tepi sungai Efratlah mereka tersandung dan rebah (Mereka para lawan TUHAN, Musuh TUHAN, tersandung dan rebah, itulah dukacita “KARBUN” dan musibah “WA BALA” buat musuh-musuh TUHAN). Pedang akan makan sampai kenyang, dan akan puas minum darah mereka (Mereka, yakni lawan-Nya, menjadi santapan lezat PEDANG. Pedangnya siapa? Pedang yang menyembelih Husain. Sebab ALLAH semesta alam mengadakan kurban penyembelihan di tanah utara, dekat sungai Efrat.

(Syiatulislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: