Pesan Rahbar

Home » , , , , , » Imam Hasan Al-Askari Dalam Pandangan Ahlus Sunnah Dan Syiah

Imam Hasan Al-Askari Dalam Pandangan Ahlus Sunnah Dan Syiah

Written By Unknown on Sunday 3 August 2014 | 19:38:00


Imam Hasan Al-Askari as
Nama: Hasan.
Gelar: Al-Askari.
Julukan: Abu Muhammad.
Ayah: Ali Al-Hadi.
Ibu: Haditsah.
Tempat / Tgl Lahir: Madinah, 10 Rabiul Tsani 232 H.
Hari / Tgl Walat: Jum'at, 8 Rabiul Awal 260 H.
Umur: 28 Tahun
Sebab Kematian: Diracun Khalifah Abbasiah.
Makanan: Samara '.
Jumlah Anak: 1 orang; Muhammad Al-Mahdi.
 
Riwayat Hidup:
 
Di pusat kota Madinah, tempat berhijrahnya baginda Rasulullah saw, di pusat pengembangan Islam serta tempat berdirinya Madrasah Ahlul Bait Nabi saw, lahirlah manusia suci dari keturunan Rasulullah, yang bernama Imam Hasan al-Asykari putra Imam Ali al-Hadi. Beliau lahir pada bulan Rabiul Tsani 213 H. Sedang julukan al-Askari yang ia sandang itu karena dinisbatkan pada suatu lempat yang bernama Asykar, di dekat kota Samara ', Ibunya adalah seorang jariah yang bernama Haditsa, walau ada juga yang berpendapat bahwa namanya Susan, Salil.
 
Sejak masa kecilnya sampai berusia 23 tahun lebih beberapa bulan, ia melewatkan waktunya di bawah asuhan, bimbingan dan didikan ayahnya, Ali al-Hadi. Tidak heran, jika ia akhirnya menjadi orang terkermuka dalam bidang ilmu, akhlak dan ibadahnya. Sepanjang waktu itu ia menimba ilmu dari pohon suci keluarga Rasulullah saww sekaligus menerima warisan imamah dari ayahnya atas titah Ilahi.
 
Mengenai situasi politik di zamannya, ia hidup sezaman dengan al-Mu'taz, al-Mukhtadi dan al-Mu'tamad. Selama tujuh tahun masa keimamahannya, ia serta semua pengikutnya mendapatkan tekanan dari pemimpin Dinasti Abbasiyah.
 
Imam Hasan al-Asykari pernah di penjara tanpa alasan sedikit pun. Rasa iri terhadap Ahlul Bait Rasulullah saw telah merasuk hampir ke seluruh raja Dinasti Abbasiyah. Melihat penindasan yang sangat menekan itu, Imam Hasan, Imam Hasan al-Askari as mengambil inisiatif untuk memberlakukan sistem taqiyah bagi para pengikutnya.
 
Pada sisi lain, orang-orang Turki mulai memiliki posisi yang kuat dalam bidang politik. al-Mu'taz. berusaha menyingkirkan mereka, namun mereka cukup kuat. Dan ketika terjadi keributan antara orang-orang Turki dengan pasukan al-Mutaz., Akhirnya tim al-Mu'taz berhasil dikalahkan dan al-Mu'taz sendiri kemudian diturunkan dari tahtanya oleh Salih bin Washif al-Turki dan disiksa serta dipenjarakan dalam sel yang sempit sampai mati. Itu semua terjadi pada tahun 255 H. Kekuasaan kemudian beralih ke tangan al-Mukhtadi, yang juga mengalami bentrokan dengan orang-orang Turki. Dia pun benasib buruk dan terbunuh pada tahun 256 H.
 
Setelah kematian al-Mukhtadi, kekuasaan beralih ke tangan al-Muktamid. Dia tidak berbeda dengan penguasa-penguasa sebelumnya dalam hal kebencian dan kedengkiannya kepada Ahlul Bait. Apalagi dia mendengar bahwa dan Imam Hasan al-Askari akan lahir Imam Mahdi, yang akan menegakkan keadilan. Najis itu terbukti dari segala cara yang dia gunakan untuk menyingkirkan dan membunuh Hasan al-Askari. Ketika Hasan al-Askari dalam kondisi sakit, al-Muktamid mengutus seorang dokter serta hakim dan pengawalnya untuk memata-matai segala gerak-gerik Imam.
 
Akhirnya Imam Hasan al-Askari syahid melalui racun pada tahun 260 H / 872 M. Ia kemudian dimakamkan di samping makam ayahnya di Samara.
 
Para pengikutnya merasa kehilangan, namun mereka herhasil menimba ilmu dari beliau. Diriwayatkan bahwa ada ratusan ulama yang ia didik dalam bidang agama dan hadis.
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: