Nasihat merupakan nutrisi yang diperlukan bagi jiwa manusia. Dengan nasihat, manusia dapat diingatkan kembali akan maksud awal yang hendak ia tuju. Tak jarang, dengan nasihat pula manusia dapat selamat dari berbagai hal yang tidak diinginkan dan dapat membahayakan dirinya.
Bahkan saking pentingnya nasihat, dari jauh hari Rasul pun mengingatkan dalam sabdanya, “Agama adalah nasihat, agama adalah nasihat, agama adalah nasihat. Para sahabat bertanya: ‘untuk siapa ya Rasulullah?’. Rasulullah menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin dan untuk seluruh kaum muslimin.” (HR. Muslim)
Sayangnya, tidak sedikit orang yang hanya memandang nasihat dengan sebelah mata. Kalau pun ia dengar, hanya berlalu melewati telinga. Nasihat tidak ia renungkan secara dalam. Sehingga, tak sampai ke hati dan tak dapat membuahkan manfaat sedikit pun karenanya.
Berikut terdapat kisah sufi yang diadaptasi dari karya Fariduddin Aththar (salah seorang guru Rumi) mengenai nasihat yang dicontohkan dengan seekor burung dan si penangkapnya.
Dikisahkan pada suatu hari, ada seekor burung tertangkap oleh seorang laki-laki. Burung itu bekata kepadanya, “aku tiada berguna bagimu sebagai tawanan. Tubuhku pun kecil, tak ada guna untuk kau santap. Lepaskan saja aku. Nanti aku beri imbalan dengan tiga nasihat yang berguna untuk hidupmu.”
Si laki-laki itu pun merenung. Tak ingin hewan hasil tangkapannya itu terbuang sia-sia. Tapi juga ia paham akan pentingnya nasihat bagi hidupnya. Terlebih, sang burung menjanjikan tiga nasihat yang berguna. Sia-sia juga jika tidak ia mendapatkan nasihat berguna itu, yang mungkin juga bisa mengubah hidupnya yang serbakurang.
“Lepaskan saja aku. Nasihat pertama akan aku berikan ketika berada dalam genggamanmu. Yang kedua akan kuberikan kalau aku sudah berada di cabang pohon. Dan yang ketiga ketika aku sudah mencapai puncak bukit. Bagaimana?”, burung itu membujuk.
Tak lama kemudian, si laki-laki itu pun terbius akan janji si burung. Ia setuju. Lalu ia pun menagih nasihat pertama. Kata burung itu, Kalau kau kehilangan sesuatu, meskipun engkau menghargainya seperti hidupmu sendiri, jangan menyesal.
Orang itu pun melepaskannya dan burung itu segera melompat ke dahan. Disampaikannya nasihat yang kedua, Jangan percaya kepada segala yang bertentangan dengan akal, apabila tak ada bukti.
Kemudian burung itu terbang ke puncak gunung. Dari sana ia berkata, Wahai manusia malang! Dalam diriku terdapat dua permata besar, kalau saja tadi kau membunuhku, kau akan memperolehnya. Orang itu sangat menyesal memikirkan kehilangannya, namun katanya, setidaknya, katakan padaku nasihat yang ketiga itu!
Sang burung menjawab, “Alangkah tololnya kau meminta nasihat ketiga sedangkan yang kedua pun belum kau renungkan sama sekali. Sudah kukatakan padamu agar jangan kecewa kalau kehilangan dan jangan percaya dengan hal apa pun yang bertentangan dengan akal. Kini kau malah melakukan keduanya. Kau percaya pada hal yang tak masuk akal dan menyesali kehilanganmu. Aku pun tidak cukup besar untuk menyimpan dua permata besar! Kau tolol! Oleh karenanya kau harus tetap berada dalam keterbatasan yang disediakan bagi manusia.”
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email