Mari kita perhatikan website Wahabi 12 IMAM VERSI SUNNI DAN SYIAH! sebagai berikut:
________________________________________
link Wahabi: http://www.gensyiah.com/12-imam-versi-sunni-dan-syiah.html12 IMAM VERSI SUNNI DAN SYIAH!
30 November 2015
Oleh: Abu Hamzah al-Sanuwi
Syubhat Syiah:
Ada syubhat dilontarkan oleh Faras abu Gibrail (Submitted on 2015/09/09 at 13:58). Dia berkata:
Kalau lah kalian memang Mukmin Sejati, buktikan fakta Lapangannya, tentang Hadist yang tercantum dalam Kitab Hadist, Shahih Bukhori & Muslim, bahwa Islam akan jaya sampai Yaumul Kiamah, bila kalian telah dipimpin oleh 12 AMIR atau 12 KHALIFAH.
Nah, siapa orangnya yang dimaksud dan urut-urutannya seperti apa, maka aku jawab :
SUNNI, sampai KIamatpun ga mungkin bisa membuktikannya, karena :
Fakta Lapangan hanya menyajikan :
1. Khulafaur Rasyidin : ada 4 (Abu Bakar, Umar, Usman & Ali).
2. Khalifah Bani Umayyah, ada 14. Khalifah/Amir.
3. Khalifah dari Abasiyah ada 37,
Sementara Syiah, bisa buktikan yaitu :
1. Ulil Amri Minkum (UAM), yang nama awalnya, MUHAAMAD, ada 4.
2. UAM yang nama awalnya ALI, ada 4,
3. UAM, yang nama awalnya HASAN, ada 2.
4. UAM yang nama awalnya HUSEIN. ada 1.
5. UAM, yang nama awalnya JA’FAR SHODIK ADA, 1.
6. UAM, yang nama awalnya, MUSA AL KAZIM, ada 1.
Maka jumlahnya ada 13, dan ketika Rosul wafat, maka sisanya 12.
Itulah Bukti KEBENARAN SYIAH ADALAH ISLAM SEJATI
Bantahan oleh Gensyiah:
1. Nabi -Shalallahu alaihi wa salam- bersabda;
لا يزال هذا الدين عزيزاً منيعاً لاثنى عشر خليفة كلهم من قريش) صحيح مسلم
لا يزال هذا الدين قائماً حتى يكون عليكم إثنى عشر خليفة كلهم تجتمع عليه الأمة وكلهم من قريش) ( صحيح بن داود ).
Nabi mengabarkan imam kaum muslimin yang memimpin seluruh umat Islam secara serempak, kuat dan jaya berasal dari Quraisy (bukan hanya Ahlul Bait) sebanyak 12. Ini adalah imam besar.
2. Masalah rincian bersifat ijtihadi, tetapi karena ciri khasnya nyata yaitu kuat, jaya dan berperang di jalan Allah, maka kita bisa menentukan berdasarkan sejarah. Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa 12 imam besar inipun disebut dalam Taurat bahwa mereka berasal dari keturunan Nabi Ismail, dan Quraisy adalah dari keturunan Ismail.
(( إن الله يقيم من صلب إسماعيل أثنى عشر عظماً أي عظيماً ))
Sementara keturunan Ismail tidak ada yang menjadi Nabi kecuali Nabi Muhammad i. Maka yang dimaksud pembesar adalah 12 khalifah atau imam Quraisy yang disebut dalam hadits, bahwa mereka memimpin dunia, muslim dan kafir semua tunduk kepada mereka.
Dalam kitab sejarah, Siyar dan Tafsir kita mendapatkan imam yang disepakati:
1. Abu Bakar -Radiallahuanhu-
2. Umar -Radiallahuanhu-
3. Usman -Radiallahuanhu-
4. Ali -Radiallahuanhu-
5. Muawiyah -Radiallahuanhu- (setelah Hasan menyerahkan khilafah dan berbaiat kepadanya)
6. Abdul Malik ibn Marwan
7. Al-walid ibn Abdul Malik
8. Sulaiman ibn Abdul malik
9. Umar ibn Abdul Aziz
10. Yazid ibn Abdul Malik
11. Hisyam ibn Abdul malik
Ini adalah 11 khalifah dari Quraisy yang berkuasa di bumi memimpin seluruh umat Islam. Kemudian setelah itu berpecah belah tidak pernah bersatu pada seorang pemimpin. Setelah meninggalnya Hisyam ibn Abdul Malik muncul daulah Abbasiyah dan Umara Abbasiyah disamping dinasti Umamiyyah di Abdalus. Keadaan tidak satu imam tersebut terus berlanjut hingga khilafah Usmaniyah, sampai hari ini. Dan bersatunya kembali umat Islam untuk kedua belas kali tidak akan terjadi kecuali di akhir zaman yaitu zaman Imam mahdi.
12. Imam Mahdi , khalifah akhir zaman yang akan memimpin shalat, dan Nabi Isa al-Masih pun makmum kepadanya. Demikian maka lengkaplah untaian imamah kaum muslimin. Nabi bersabda:
(( لا تزال طائفة من أمتي يقاتلون على الحق ظاهرين إلى يوم القيامة، قال فينزل عيسى بن مريم فيقوم أميرهم تعال صلي لنا فيقول لا إن بعضكم على بعض أمراء تكرمة لهذه الأمة)) (156) صحيح مسلم.
Inilah Thaifah khulafa` zhahirin alal haqq yang berperang di jalan Allah sampai hari kiamat, sebab yang paling akhir yaitu ke 12 akan ada akhir-akhir tanda kiamat dan turunnya al-Masih Isa ibn Maryam.
Inilah yang dimaksud oleh hadits-hadits yang lain yang menjelaskan bahwa mereka ada di Syam sebab 8 khalifah dari 12 itu pusat pemerintahannya ada di Syam, yaitu Muawiyah, Abdul Malik ibn Marwan, al-Walid ibn Abdul Malik, Sulaiman ibn Abdul malik, Umar ibn Abduil Aziz, Yazid ibn Abdul malik dan Hisyam ibn Abdul Malik kemudian khalifah akhir zaman yang dikenal dengan sebutan al-Mahdi. Peerintahannya aka nada di Syam, dan futuhatnya yang terbesar adalah al-Malhamah, begitu pula kemulian yang tertinggi yang dia adapatkan adalah shalat memimpin Nabi Isa -Alaihissalam-.
Mereka adalah 12 khalifah besar yang memimpin dunia seluruhnya, muslim dan kafir tunduk kepadanya.
3. Adapun 12 imam Ahlul Bait versi Syiah maka itu adalah klaim bukan fakta, khurafat bukan nyata, dan bertentangan dengan hadits Nabi i, bertentangan dengan sejarah Islam, bertentangan dengan akal sehat, bertentangan antara satu sekte Syiah yang satu dengan yang lain bahkan saling mengkafirkan.
Cukuplah kedustaan syiah karena para imam syiah yang 12 itu tidak pernah memimpin kecuali Ali dan Hasan, itupun oleh Imam Hasan diserahkan hak khilafahnya kepada Muawiyah radhiyallahu anhum, sehingga disebut tahun persatuan.
Para imam Ahlul Bait versi Syiah mereka hidup menjadi makmum bagi khulafa` yang sudah kita sebut namanya. Para imam Syiah itu ridha dengan para khalifah tadi dan ikut berperang fi sabilillah dibawah kepemimpinan para khalifah tadi, seperti imam Hasan. Begitu pula Imam Husain meminta kepada para pasukannya agar membiarkannya pergi untuk berperang di jalan Allah sebagaimana layaknya kaum muslimin yang lain. Beliau tidak pernah memberontak dan tidak pernah menjadi orang zhalim, namun orang-orang yang berdusta menggambarkan selainya.
Apalagi imam 12 mereka sejatinya tidak pernah dilahirkan, atau dilahirkan versi mereka tanpa bukti dan lari ketakutan hingga akhir zaman!
Terakhir:
Ustadz Thariq Abduh Ismail pernah menghitung kata imam dan aimmah yang disebut di dalam al-Quran, ternyata berjumlah 12 kali, sama dengan bilangan 12 imam yang disebut dalam hadits-hadits. Ini termasuk I’jaz ‘adadi (bersifat bilangan) dalam al-Quran. Berikut adalah tempatnya:
1. Al-Baqorah: ayat 124
2. Al-Taubah: 12
3. Al-Hijr: 79
4. Hud: 17
5. Al-Furqan: 74
6. Al-Ahqaf: 12
7. Al-Isra`: 71
8. Al-Qashash: 5
9. Al-Qashash: 41
10. Al-Anbiya`; 73
11. Al-Sajdah: 24
12. Yasin: 12.
nantikan syubhat (2) dan jawabannya!
______________________________________________
Jawaban Kami dari beberapa Sumber:
Siapakah 12 Khalifah/Imam yang Disinggung oleh Rasul dalam Hadis-Hadis Sahih Tersebut?
Para ulama dari Ahlusunah wal Jamaah menghadapi kebingungan yang parah ketika ingin menjelaskan dan menafsirkan hadis yang menyatakan “Imam/Khalifah berjumlah 12 orang” tanpa menemukan artinya, apalagi untuk bersepakat akan pribadi-pribadi tersebut. Ditambah lagi dengan adanya hadis yang mengkhususkan bahwa kedua belas orang itu semuanya dari Bani Hasyim, ini semakin membingungkan mereka. Kebingungan itu diakui oleh seorang tokoh ulama Ahlusunah sendiri, Ibnu Hajar dalam “Kitab Fathul-Bari fi Syarh Sahih Al-Bukhari” (Lihat, Edisi II, Cetakan Darul Ma’arif-Beirut, Jilid 13, Hal 183) yang mengatakan; “Aku tidak menemukan seorangpun yang mengetahui secara pasti arti dari hadis ini”. Kebingungan yang sama juga diakui oleh Ibnu Jauzi dalam “Kitab Kasyful Musykil” ketika berbicara tentang hadis 12 Khalifah tersebut. Inti dan singkatnya, kebingungan diantara mereka berakhir pada, seorang ulama akan menafikan dan mengingkari pendapat ulama yang lain, bahkan menvonis ulama lain tersebut sebagai bodoh, sesat dan sebutan negatif lainnya. Sekarang tugas anda para pembaca yang budiman untuk meneliti atau mempertanyakan, Siapakah 12 orang dari suku Quraisy dan terkhusus lagi dari Bani Hasyim yang layak dan berhak menduduki kepemimpinan umat Islam, pasca wafat Rasulullah? Silahkan merujuk kesegenap ulama Ahlusunah yang ada di sekitar anda, niscaya akan anda dapati kebenaran ungkapan Ibnu Hajar bahwa mereka tidak ada kesepakatan dan mengalami kebingungan yang hebat. Silahkan buktikan!!!
Siapakah 12 Khalifah/Imam yang Disinggung oleh Rasul Tersebut?
Para ulama dari Ahlusunah wal Jamaah menghadapi kebingungan yang parah ketika ingin menjelaskan dan menafsirkan hadis yang menyatakan “Imam/Khalifah berjumlah 12 orang” tanpa menemukan artinya, apalagi untuk bersepakat akan pribadi-pribadi tersebut.
Sehingga hal ini diakui oleh seorang tokoh ulama Ahlusunah sendri, Ibnu Hajar dalam “Kitab Fathul-Bari fi Syarh Sahih Al-Bukhari” (Lihat, Edisi II, Cetakan Darul Ma’arif-Beirut, Jilid 13, Hal 183) yang mengatakan; “Aku tidak menemukan seorangpun yang mengetahui secara pasti arti dari hadis ini”. Kebingungan yang sama juga diakui oleh Ibnu Jauzi dalam “Kitab Kasyful Musykil” ketika berbicara tentang hadis 12 Khalifah tersebut. Inti dan singkatnya, kebingungan diantara mereka berakhir pada ulama satu akan menafikan dan mengingkari ulama yang lain, bahkan menvonis ulama lain terebut sebagai bodoh, sesat, dan sebutan negatif lainnya.
Sekarang mari kita lihat dengan seksama dan dengan teliti redaksi masing-masing hadis yang telah tercantum dalam kitab-kitab standart Ahlusunah wal Jamaah ini:
1- Imam Bukhari dalam Sahih Bukhari menuliskan:
Jabir berkata: Aku mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: “Akan ada dua belas Pemimpin dan Khalifah.” Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang tidak bisa aku dengar. Ayahku berkata bahwa Rasulullah .s.a.w bersabda: “Semuanya dari suku Quraisy.” (Lihat: Sahih Bukhari, Kitab Al-Ahkam, no 6682, Jilid 4, Hal 168, Cetakan Mesir, Tahun 1351. Bisa juga dilihat dalam; Sahih Muslim (dengan syarah An-Nawawi), Kitab Al-Imarah, no 3393, 3394, 3394, 3395, 3396 & 3397, Cetakan Mesir, Tahun 1334. Sunan At-Turmudzi, Kitab Al-Fitan, no 2149. Sunan Abi Dawud, Kitab Al-Mahdi, no 3731)
2- Imam Muslim dalam Sahih Muslim menulskan:
Jabir meriwayatkan: Aku dan ayahku menemui Rasulullah s.a.w. Kami mendengar beliau bersabda: “Persoalan ini (Kekhalifahan) tidak akan berakhir sampai datang dua belas Khalifah.” Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang tidak kudengar. Aku menanyakan kepada ayahku tentang apa yang Rasulullah s.a.w sabdakan. Beliau (Rasul) bersabda: “Semuanya dari Quraisy.” (Lihat: Sahih Muslim (dengan syarah An-Nawawi), Kitab Al-Imarah, Jilid 6, Hal 3, no 3393, Cetakan Mesir, Tahun 1334)
3- Imam Muslim dalam Sahih Muslim menuliskan:
Rasulullah s.a.w bersabda: “Agama ini (Islam) akan tetap berdiri sampai dua belas Khalifah, yang semuanya dari golongan Quraisy, memerintah atas kalian.” (Lihat: Sahih Muslim (dengan syarah An-Nawawi), Kitab Al-Imarah, Jilid 6, Hal 4, no 3398, Cetakan Mesir, Tahun 1334. Juga terdapat hadis yang mirip dengan ini dalam Sahih Muslim, dengan perbedaan redaksi)
4- Imam Muslim dalam Sahih Muslim menuliskan:
Jabir meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah s.a.w yang agung bersabda: “Islam akan selalu besar hingga datang dua belas Imam. (Jabir berkata), kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti. Aku bertanya pada ayahku, apa yang beliau katakan? Beliau (Rasul) menjawab: “Semuanya dari golongan Quraisy.” (Sahih Muslim (dengan syarah An-Nawawi), Kitab Al-Imarah, Jilid 6, Hal 3, no 3398, Cetakan Mesir, Tahun 1334)
5- Imam Turmudzi dalam Sahih Turmudzi menuliskan:
Jabir berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: “Akan ada dua belas Imam dan Pemimpin setelahku.” Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tak dapat kumengerti. Aku menanyakan pada seseorang di sampingku tentang itu. Dia berkata: “Semuanya dari golongan Quraisy.” (Hadis ini dinyatakan ‘Baik’ dan ‘Sahih’ oleh Imam At-Turmudzi sendiri, diriwayatkan oleh Jabir dengan jalur Sanad yang berbeda. Lihat: Sahih Turmudzi, Jilid 2, Halaman 45, no 2149, Cetakan New Delhi, Tahun 1342. Hal yang sama dikutip dari Jabir oleh Imam Abi Dawud dalam Sahih Abi Dawud, Kitab Al-Manaqib, Jilid 2, Halaman 207, no 3731, Cetakan Matba’ah Taziyah-Mesir)
6- Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnad Ahmad menuliskan:
Rasulullah s.a.w bersabda: “Terdapat dua belas Khalifah untuk umat ini.” (Lihat: Musnad Ahmad, Musnad Basyriyin, Jilid 5, Halaman 106, Cetakan Matba’ah Maymaniyah-Mesir, Tahun 1313. Imam Ahmad dalam Musnad beliau telah menukil tiga puluh empat rantai hadis yang berlainan dalam masalah ini yang semuanya dari Jabir)
7- Imam Abu Dawud dalam Sahih Abi Dawud menuliskan:
Masyruq berkata: Kami duduk bersama Abdullah bin Mas’ud, mempelajari Al-Quran darinya. Seseorang bertanya kepadanya: Apakah engkau menanyakan kepada Rasulullah s.a.w tentang berapa Khalifah yang akan memerintah umat ini? Ibnu Mas’ud menjawab: Tentu saja kami menanyakan hal ini kepada Rasulullah s.a.w dan beliau menjawab: “Dua belas, seperti jumlah pemimpin Bani Israil.” (Lihat: Musnad Ahmad bin Hambal, Musnad Al-Mutaakhirin minas Shahabah, Jilid 1, Halaman 398, no 3595 dan 3665, juga Jilid 13, Halaman 182, Cetakan Darul-Makrifah, Edisi Kedua. Ibnu Hajar dalam Kitab Fathul-Bari fi Syarhi Sahih Al-Bukhari menganggap kutipan Imam Ahmad bin Hambal dari Ibnu Mas’ud sebagai riwayat hadis dengan sanad yang baik)
8- Imam Abu Dawud dalam Sahih Abi Dawud menuliskan:
Rasulullah s.a.w bersabda: “Agama ini akan tetap agung sampai datang dua belas Imam.” Mendengar hal ini, orang-orang mengagungkan Allah dengan berkata: “Allahu Akbar!” (Allah Maha Besar) dan menangis keras. Kemudian beliau (Rasul) mengatakan sesuatu dengan suara yang pelan. Aku bertanya kepada ayahku: “Apa yang beliau katakan?” Beliau menjawab: “Mereka semua dari golongan Quraisy.” (Lihat: Sahih Abi Dawud, Jilid 2, Halaman 309, Cetakan Darul-Fikr, Edisi Pertama, Tahun 1410)
9- Al-Hakim An-Naisaburi dalam Mustadrak ‘alas Sahihain menuliskan:
Awn mengutip dari ayahnya Abu Juhaifah sebagai berikut; Aku dan pamanku sedang bersama Rasulullah s.a.w, ketika itu beliau bersabda: “Urusan umatku akan terus berlalu sampai datang dua belas Khalifah.” Kemudian beliau memelankan suaranya. Aku bertanya kepada pamanku yang duduk di depan, tentang apa yang telah dikatakan oleh Rasulullah s.a.w. Lantas ia menjawab: “Wahai anakku, Rasulullah bersabda bahwa mereka semua dari golongan Quraisy.” (Lihat: Mustadrak ‘alas Sahihain, Jilid 3, Halaman 618, Cetakan Haidar Abad Press, Tahun 1334. Juga Nuruddin Al-Haitsami dalam Kitab Majma’ Az-Zawa’id, Jilid 5, Halaman 190 mengenai hadis ini mengatakan: “At-Tabrani dalam kitab Al-Mu’jam Al-Ausath dan Al-Mu’jam Al-Kabir, dan Bazzaz juga mengutip hadis ini. Sanad hadis nukilan At-Tabrani sama dengan apa yang tercantum dalam kitab Sahih.”)
10- Imam At-Tabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir menuliskan:
Jabir meriwayatkan, aku dan ayahku sedang berhadapan dengan Rasulullah s.a.w ketika beliau bersabda: “Pemerintahan dan Khalifah umat ini akan berjumlah dua belas. Mereka tiada akan menderita meskipun orang-orang tidak memberikan pertolongan.” Lantas beliau menambahkan sesuatu yang tidak kudengar. Aku menanyakan hal itu kepada ayahku. Rasulullah mengatakan bahwa mereka semua dari golongan Quraisy. (Lihat: Kitab Al-Mu’jam Al-Kabir karya At-Tabrani, Jilid 2, Halaman 196, Cetakan Maktabah Ibnu Taimiyah, Edisi Kedua)
Perlu dicatat bahwa kata “Mereka tiada akan menderita meskipun orang-orang tidak memberikan pertolongan” dalam hadis diatas tadi ingin menjelaskan bahwa, legalitas dan keabsahan kepemimpinan mereka tidak tergantung dari pengakuan masyarakat luas. Bukti bahwa kepemimpinan mereka adalah kepemimpinan Ilahi, sebagai penerus kepemimpinan Rasul atas umat beliau.
11- Imam At-Tabrani dalam Kitab Al-Mu’jam Al-Kabir menuliskan:
Jabir berkata: Aku mendengar khutbah Rasulullah s.a.w akan ada dua belas Wali (Pemimpin) dari Quraisy, yang perlakuan jahat musuhnya tidak akan membahayakan mereka. lantas aku berbalik dan melihat ayahku beserta Umar diantara para hadirin. Mereka menegaskan hadis itu, sebagaimana yang kudengar. (Lihat: Kitab Al-Mu’jam Al-Kabir karya At-Tabrani, Jilid 2, Halaman 256, Cetakan Maktabah Ibnu Taimiyah, Edisi Kedua)
Perlu dicatat bahwa kata “perlakuan jahat musuhnya tidak akan membahayakan mereka” dalam riwayat diatas merupakan fakta bahwa Khalifah/Imam yang disebut-sebut haruslah dari kedua belas orang tersebut, meskipun secara zahir mereka tidak menjabat dan memegang tampuk kepemimpinan dan berkuasa atas umat Rasulullah.
12- Syeikh Sulaiman Al-Qonduzi Al-Hanafi dalam Kitab Yanabi’ Al-Mawaddah menuliskan:
Jabir berkata, Aku dan ayahku berada di hadapan Rasulullah s.a.w ketika beliau bersabda: “Akan ada dua belas Khalifah setelahku.” Kemudian beliau memelankan suaranya. Aku bertanya kepada ayahku tentang apa yang dikatakan oleh Rasulullah s.a.w dengan suara pelan. Ia menjawab bahwa, Rasul s.a.w bersabda: “Mereka semua berasal dari Bani Hasyim.” (Lihat: Kitab Yanabi’ Al-Mawaddah, Jilid 2, Halaman 315)
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa para Khalifah/Imam tadi bukan hanya sekedar dari suku Quraisy saja, namun lebih spesifik dan dikhususkan pada Bani Hasyim. Karena hadis tentang Quraisy bersifat umum dan diperjelas secara khusus dengan hadis Bani Hasyim.
Itu tadi adalah sebagian contoh dari hadis-hadis yang kita dapat nukil berkaitan dengan keberadaan 12 Khalifah pasca Rasul. Sekarang tugas anda para pembaca yang budiman adalah,
– Pertama: Coba terapkan antara jumlah 12 orang itu dengan realitanya! Jika Khulafaurrasyidin yang 4 itu dimasukkan ke dalam jumlah 12, ditambah dengan para Khalifah dari Bani Umayyah, dan Bani Abbasiyah maka jumlah keseluruhan sudah jauh melebihi jumlah 12, apalagi jika Khalifah Usmaniyah juga dimasukkan. Lantas siapa yang layak dan siapa yang harus dibuang dari jajaran kekhalifahan pasca wafat Rasul itu?
– Kedua: Silahkan perhatikan kumpulan contoh riwayat dan hadis diatas dimana hadis-hadis tantang khalifah yang dikatakan bahwa semua dari Quraisy, ternyata ada pengkhususan dengan adanya riwayat yang mengatakan bahwa mereka hanya dari Bani Hasyim (bagian kecil dari Quraisy) saja, yang layak menjadi Khalifah! Jelas realita sejarahnya adalah bahwa tidak semua yang bergelar Khalifah dari Bani Hasyim, walau sebagian dari 4 Khulafaurrasyidin sekalipun, apalagi para penguasa Bani Umayyah. Kenapa dan apa landasan hukum mereka yang bukan dari Bani Hasyim namun mengaku sebagai Khalifah pasca Rasul? Apakah mereka layak mendapat gelar Khalifah Rasul, jika tidak tergolong Bani Hasyim?
– Ketiga: Siapa saja pribadi-pribadi dari 12 orang Bani Hasyim yang berhak menduduki kepemiminan umat ini, untuk menduduki kedudukan Rasul sebagai pemimpin umat Islam?
Ingat, bahwa janji Allah s.w.t untuk memenangkan agama-Nya atas semua agama ada pada kepemimpinan 12 orang pilihan Allah dan Rasul-Nya tersebut, dimana kesemuanya dari Suku Quraisy dan lebih khusus pada Bani Hasyim. Sekarang silahkan merujuk ke segenap ulama Ahlusunah yang ada di sekitar anda, niscaya akan anda dapati kebenaran ungkapan Ibnu Hajar bahwa mereka tidak ada kesepakatan dan mengalami kebingungan yang hebat. Silahkan buktikan!!!
__________________________________
lalu apa? mata anda tidak melihatnya:
12 Imam Setelah Rasulullah Saaw Dalam Riwayat Ahlussunnah
Al – AHZAB : 33;
اِنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ اْلبَيْتِ وَ يُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا
“Sesungguhnya Allah berkehendak mensucikan kalian wahai Ahlul Bait dan membersihkan kalian sesuci-sucinya”
JUMLAH HURUF AYAT TATHIR
اِنَّمَا 4
يُرِيْدُ 4
اللهُ 4
لِيُذْهِب 5
عَنْكُمُ 4
الرِّجْسَ 5
اَهْلَ 3
اْلبَيْتِ 5
وَ يُطَهِّرَكُمْ 7
تَطْهِيْرًا 6
TOTAL 47
JUMLAH HURUF MANUSIA SUCI SESUDAH NABI SAAW
علي 3
فاطمة 5
حس 3
حسين 4
علي 3
محمد 4
جعفر 4
موس 4
علي 3
محمد 4
علي 3
حسن 3
محمد 4
TOTAL 47
Apakah Ayat Tathir ini suatu kebetulan belaka?, tidakkah ini menjadi penerang bahwa siapa sebenarnya yang seharusnya kita ikuti agar tidak tersesat selamanya …
Surah Al-Ahzab 33 atau ayat Tathir berbicara tentang kesucian Ahlul Bayt (Dalil Pensucian) dengan jumlah huruf 47, siapakah Ahlul Bayt menurut Surah tersebut?
SEGALA PUJI BAGI ALLAH , telah ditunjukan betapa Jumlah Huruf ayat Tathir = Jumlah Huruf Manusia Suci Sesudah Rasulullah Saaw
___________________________________
1. Ayat Tathir adalah Landasan bagi Imamah
Memandang pembahasan-pembahasan yang lalu bahwa hikmah ilahiah membuat Allah swt mengenalkan syarat terpenting bagi imamah (kesucian) dan orang-orang yang memiliki syarat terpenting itu secara langsung kepada masyarakat agar mereka tidak terjatuh ke dalam kesesatan. Untuk itulah, Allah swt menurunkan ayat tathir sebagai landasan untuk mengenalkan dan mengarahkan umat kepada Ahlulbait Rasulullah dan para imam suci.
Salah satu ayat yang menunjukkan kesucian Ahlulbait adalah ayat yang sangat populer, yang berbunyi, Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih- bersihnya.[4]
Ulama Syiah dan juga sebagian Ahlus Sunnah menjadikan ayat tersebut sebagai alasan atau argumen mengenai kesucian Ahlulbait. Sehubungan dengan ini, harus ditelaah beberapa persoalan.
Sebab Turunnya Ayat (sya’nun nuzul ayat) Ahlul Kisa
Tidak ada yang memperselisihkan bahwa ayat di atas diturunkan berkaitan dengan Rasulullah saw, Imam Ali, Fatimah, Hasan dan Husain. Kitab-kitab Syiah dan Ahlus Sunnah meriwayatkan tentang itu. Di antaranya adalah beberapa riwayat berikut ini.
1. Aisyah berkata, “Suatu pagi, Rasulullah saw keluar dari rumahnya dengan mengenakan jubah hitam yang terbuat dari kain wol. Imam Hasan, Imam Husain, Fatimah, serta Ali diminta untuk masuk ke dalam jubah itu seraya berkata, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. [5]
2. Ummu Salamah berkata, Ayat Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya turun di rumahku. Hari itu, Fatimah membawa sebuah tempat yang dipenuhi oleh makanan. Kemudian Rasulullah meminta Fatimah agar memanggil Ali, Hasan, serta Husain. Ketika semua sudah datang, Rasulullah mengajak mereka makan. Kemudian ayat tathir turun. Rasul menyelimuti mereka semua dengan aba’ah (semacam jubah) dari kota Khaibar dan sebanyak tiga kali Rasulullah berdoa, “Ya Allah! Mereka adalah Ahlubaitku, jauhkanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka.”[6]
3. Amer bin Abi Salamah berkata, “Ayat Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih bersihnya turun di rumah Ummu Salamah. Kemudian Rasulullah saw memanggil Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain. Kemudian beliau menyelimuti mereka dengan kain seraya berkata, “Ya Allah! Mereka adalah Ahlulbaitku, hapuskanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka.” Ummu Salamah bertanya, “Ya Rasulullah! Adakah aku juga bersama mereka?” Rasulullah berkata, “Tetaplah di tempatmu! Engkau juga baik.”[7]
4. Zainab berkata, “Tatkala Rasulullah saw menyaksikan rahmat Allah turun dari langit, beliau bertanya, “Siapakah diantara kalian yang bisa memanggil Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain?” Aku menawarkan diri untuk memanggil mereka.” Zainab memanggil mereka. Ketika mereka sudah datang, Rasulullah saw menyelimuti mereka dengan aba’ah dan beliau sendiri masuk ke dalam aba’ah itu lantas Jibril turun dan membawakan ayat tathir.[8]
5. Shaddad-abi Amarah berkata, “Aku berkunjung ke rumah Watsilah bin Astqa’ bersama beberapa orang lainnya. Tak lama kemudian mereka (menggunjing Ali). Ketika mereka keluar, Watsilah membisiki telingaku, “Maukah aku ceritakan kepadamu suatu peristiwa yang aku saksikan dengan kedua mataku.” Aku menganggukkan kepalaku dan dia mulai mengisahkan apa yang disaksikannya, “Hari itu, aku berkunjung ke rumah Fatimah untuk menjumpai Ali. Sesampainya di rumah Ali, Fatimah mengatakan bahwa suaminya sedang bersama Hasan dan Husain pergi ke rumah Rasulullah. Kemudian aku menyusul mereka ke rumah Baginda Rasul. Di sana, aku menyaksikan Rasulullah mengambil tangan Hasan dan Husain untuk masuk bersama Ali. Kemudian Rasulullah mendudukan Ali dan Fatimah di sisinya serta mendudukkan Hasan dan Husain di atas pahanya (memangkunya). Kemudian beliau menyelimutkan kain ke atas mereka seraya berkata, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Kemudian beliau berkata, “Mereka adalah Ahlulbaitku dan Ahlulbaitku adalah lebih layak.”[9]
6. Abu Said Khudri mengatakan, “Ayat Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya diturunkan mengenai lima orang, yakni Rasulullah saw, Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain.” [10]
7. Dalam khutbahnya, Imam Hasan berkata, “Kami adalah Ahlulbait yang dalam firman Allah disebutkan, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih- bersihnya[11]
Memandang hadis-hadis yang disebutkan itu -banyak lagi contoh yang seperti itu- sya’nun nuzul ayat tathir adalah bahwa suatu hari, Rasulullah saw memanggil Imam Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain ke sisinya dan mereka duduk di atas permadani. Kemudian Rasulullah meletakkan kain atau aba’ah atau karpet kasar hitam dari Khaibar ke atas mereka. Kemudian turun ayat tathir dari Allah dan beliau membacakannya lalu berkata, “Ya Allah! Mereka adalah keluargaku. Maka sucikanlah kotoran dan kekejian dari mereka.”
Hadis tersebut populer dengan nama hadis kisa’ dan dinukilkan dalam berbagai ungkapan serta tercatat di dalam kitab Ahlus Sunnah dan Syiah.
Para Saksi Kejadian
Peristiwa Kisa’ merupakan salah satu peristiwa penting Rasulullah saw yang disaksikan sejumlah keluarga dekat, pembantu, dan para sahabat khusus beliau.
Mereka itulah yang meriwayatkan peristiwa tersebut. Sebagian dari mereka adalah sebagai berikut.
1. Rasulullah saaw merupakan tokoh pertama kejadian itu dan berkali-kali mengisahkannya kepada para sahabat.
2. Ali bin Abi Thalib merupakan salah satu dari mereka. Imam Ali menceritakan peristiwa tersebut kepada banyak orang dan berhujah dengannya.
3. Imam Hasan adalah salah seorang dari mereka.
4. Aisyah, istri Rasulullah saaw, dalam sebuah hadis mengatakan, “Aku juga menyaksikan kejadian ini.”
5. Umar putra Abi Salamah yang merupakan hasil didikan rumah Rasulullah saw.
6. Zainab yang hidup di rumah Ummu Salamah.
7. Stauban yang merupakan budak yang dibebaskan oleh Rasulullah saw. Mengenai Stauban disebutkan bahwa dia senantiasa berada dengan Rasulullah, baik ketika Rasulullah berada dalam perjalanan maupun tidak.
8. Wastilah bin Asqa’ yang merupakan salah seorang abdi di rumah Rasulullah saw.
9. Ummu Salamah merupakan salah seorang istri Rasulullah saw yang seolah-olah peristiwa tersebut terjadi di rumahnya dan mengisahkannya kepada banyak orang.
10. Kelompok lain dari perawi hadis seperti Abul Hamra’, Anas bin Malik, Abu Sa’id Khudri, dan Ibn Abbas -meskipun tidak tentu bahwa orang-orang ini menyaksikan peristiwa yang sebenarnya, namun kemudian hari, mendengar kisah itu dari Rasulullah saw atau dari salah seorang saksi atau mereka melihat bahwa setelah peristiwa ini, Rasulullah saw untuk sekian lama melewati rumah Sayyidah Fatimah Az-Zahra dan memanggil penghuni rumah itu dengan sebutan Ahlulbait dan mengatakan, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.[12]
Abul Hamra mengatakan, “Rasul saw selama enam bulan menghampiri pintu rumah Fatimah seraya berkata, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.[13]
Abu Barzah mengatakan, “Selama tujuh belas bulan, aku shalat bersama Rasulullah saw dan manakala keluar dari rumah, beliau mengunjungi rumah Fatimah dan berkata, “Ash-shalatu alaikum”! Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”
Imam Ali bin Abi Thalib berkata, “Setiap pagi, Rasulullah saw datang ke rumah kami dan berkata, “Semoga Allah merahmati kalian! Bangunlah dan dirikanlah shalat! Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” [14]
Abu Said Khudri berkata, “Tatkala ayat Wa’mur ahlaka bish-shalat turun, Rasulullah saw selama sembilan bulan, setiap harinya, mendatangi pintu rumah Fatimah dan Ali seraya berseru, “Telah tiba saat shalat. Semoga Allah merahmati kalian. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”[15]
Untuk sekian lama, Rasulullah saw melanjutkan kebiasaan ini dengan tujuan pertamanya adalah beliau ingin menunjukkan bahwa perlakuannya itu bukan perkara biasa. Beliau ingin memberitahukan kepada para sahabatnya agar nanti tidak ada dari mereka yang berkata, “Peristiwa Kisa’ hanya pertemuan kekeluargaan biasa; kedua, beliau ingin menjelaskan siapa sebenarnya Ahlulbait sehingga nantinya tidak ada yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan untuk istri-istri Nabi saw; dan ketiga, beliau ingin agar para sahabatnya menceritakan hal ini kepada orang-orang lain.
_________________________________________
NASH-NASH HADITS “AL-KISA” Menurut Ahlussunnah
Hadits “Al-Kisa” mengandung dua pengertian pokok yang amat besar dan penting. Yaitu:
1. Pembuktian atau Dalil tentang kesucian “Ahlul-Bait” Rasulullah SAW
2. Bahwa yang dimaksud “Ahlul-Bait” ialah Imam Ali bin Abi Thalib r.a., Fatimah Azzahra r.a., Al-Hasan dan Al-Husein radhiyallahu `anhuma.
Nash-nash Hadits tersebut diriwayatkan oleh berbagai sumber dan oleh banyak Rawi (orang yang menyampaikan riwayat) dengan teks yang agak berlain-lainan, tetapi mempunyai makna yang sama.
Dibawah ini kami kutipkan Firman Allah SWT dan beberapa nash dari Hadits “Al-Kisa” :
اِنَّمَايُرِيْدُالله ُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْراً.( الأحزاب/۳۳)ه
Sesungguhnya Allah hendak menghapuskan noda dan kotoran dari kalian “Ahlul-Bait” dan mensucikan kalian sesuci-sucinya.
وَرُوِىَ اْلإِمَامْ أَحْمَدْوَالتُرْمُذِي عَنْ أُمِ سَلَمَةَ أَنَهُ لَمَّا نَزَلَ قَوْلُهُ تَعاَلَى: (اِنَّمَايُرِيْدُاللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْراً. الأحزاب/۳۳) أَدَارَالنَّبِي صلّى الله عليه وسلّم كِسَاءَهُ عَلَى عَلِي وَفَاطِمَةَ وَالْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ فَقَالَ: (اَللٰهُمَّ هٰؤُلآءِ أَهْلُ بَيْتِيْ فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرهُمْ تَطْهِيْراً)ه
أحمد في المسند (١/٣٣١، ٣/۲٥۹، ۲۸٥، ٦/۲۹۲، ۲۹۷، ۳۰٤) والترمذي رقم (۳۲۰٥، ۳۷۸٦) في التفسير باب (ومن سورة الأحزب) وفي المناقب باب (مناقب أهل بيت النبي صلى الله عليه وسلم (٥/۳۲۸، ٦۲١) ورقم (۳۸۷۰ ) في (فضل فاطمة رضي الله عنها) وقال حديث حسن صحيح. والحاكم في المستدرك (۳/١٤٦). والطبراني في (( الكبير)) من عدة طرق (۳/٤٦-٥١) من رقم (۲٦٦۳–۲٦۷۲) ه
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Turmudzi dari Umi Salamah, sesungguhnya pada saat Firman Allah SWT: (Sesungguhnya Allah hendak menghapuskan noda dan kotoran dari kalian “Ahlul-Bait” dan mensucikan kalian sesuci-sucinya. Al Ahzab/33 ) Nabi SAW mengerubungkan (menutupi) kain Kisa` nya diatas Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Sayyidatuna Fatimah, Sayyidina Hasan, Sayyidina Husein RA. Dan beliau Nabi SAW berdo`a: (Ya Allah, mereka ini adalah Ahlulbaitku. Karena itu hilangkanlah noda kotoran (ar-rijsa) dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya.)
قَلَتْ أُمُّ سَلْمَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَا: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدِيْ وَعَلِيٌّ وَفَاطِمَةُ وَالْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ، فَجَعَلْتُ لَهُمْ خُزَيْرَةً، فَأَكَلُوْاوَنَامُوْاوَغَطَّى عَلَيْهِمْ كِسَاءً أَوْقَطِيْفَةً ثُمَّ قَالَ: اَللّٰهُمَّ هٰؤُلآءِ أَهْلُ بَيْتِيْ اَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرهُمْ تَطْهِيْراً
Ummu Salamah r.a. berkata: pada suatu hari Rasulullah SAW berada ditempat kediamanku bersama Ali, Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husein. Untuk mereka kubuatkan Khazirah (makanan terbuat dari tepung dan daging). Setelah makan mereka tidur, kemudian oleh Rasulullah SAW mereka diselimuti dengan kisa, atau kain sutera, seraya berucap: “Ya Allah, mereka Ahlul-Baitku, hilangkanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya”.
(Dari Hadits Zaid, dari Syahr bin Hausyab. Lihat Tafsir At-Thabariy: 22/6)
قَالَتْ أُمُّ سَلْمَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَا: لَمَّا نَزَلَتْ هٰذِهِ اْلأٰيَةُ ﴿ اِنَّمَايُرِيْدُالله ُلِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْراً.﴾ دَعَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِيًّا وَفَاطِمَةَ وَحَسَنًاوَحُسَيْنًا، فَجَلَّلَ عَلَيْهِمْ بِكِسَاءٍخَيْبَرِيٍّ وَقَالَ: اَللّٰهُمَّ هٰؤُلآءِ أَهْلُ بَيْتِيْ، اَللّٰهُمَّ اَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا. قَالَتْ أُمُّ سَلْمَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَا: أَلَسْتُ مِنْهُمْ ؟ قَالَ: أَنْتِ إِلٰى خَيْرٍ
Ummu Salamah r.a. berkata: ketika turun ayat (Sesungguhnya Allah hendak menghapuskan noda dan kotoran dari kalian “Ahlul-Bait” dan mensucikan kalian sesuci-sucinya) Rasulullah SAW memanggil Ali, Fatimah, Hasan dan husein, kemudian beliau menyelimuti mereka dengan kisa buatan Khaibar seraya berucap: “Ya Allah, mereka Ahlul-Baitku, ya Allah, hilangkanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya”. Ummu Salamah bertanya: “Tidaklah aku termasuk mereka?”, Rasulullah SAW menjawab: “Engkau berada didalam kebajikan”.
(Dari Hadits Waki`, dari Abdulhamid bin Bahram, dari Syahr bin Hausyab, dari Fudhail bin Marzuq, dari `Athiyyah, dari Abu Sa`id Al-Khudriy, bersal dari Ummu Salamah r.a. Lihat Tafsir At-Thabariy:22/7)
قَالَ عَبْدُاللهِ بْنُ وَهْبِ بْنِ زُمْعَةٍ: أَخْبَرَتْنِيْ أُمُّ سَلْمَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَا: أَنَّ رَسُوْلَ الله ِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمَعَ فَاطِمَةَ وَالْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ رَضِيَ الله ُعَنْهُمْ، ثُمَّ أَدْخَلَهُمْ تَحْتَ ثَوْبِهِ، ثُمَّ جَأَرَ إِلَى اللهِ تَعَالىٰ وَقَالَ: هٰؤُلآءِ أَهْلُ بَيْتِيْ. فَقَالَتْ أُمُّ
سَلْمَةَ: يَارَسُوْلَ اللهِ، أَدْخِلْنِيْ مَعَهُمْ، قَالَ: إِنَّكِ مِنْ أَهْلِيْ
Abdullah bin Wahab bin Zam`ah mengatakan: Ummu salamah r.a. memberitahu kepadaku, bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW mengumpulkan Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husein r.a, kemudian ketiga-tiganya dimasukkan kedalam jubahnya, lalu beliau berdo`a mohon kepada AllAh SWT: “mereka Ahlul-Baitku”. Ummu Salamah berkata: “Ya Rasulullah, masukkanlah aku bersama mereka..” Rasulullah SAW menjawab: “Engkau termasuk keluargaku”.
(Dari Hadits Hasyim bin `Utbah bin Abi Waqqas, berasal dari Abdullah bin Wahab bin Zam`ah. Lihat Tafsir At-Thabraniy: 22/7 dan Tuhfatul-Ahwadziy: 9/66)
قَالَ عُمَرُبْنُ أَبِيْ سَلْمَةَرَبِيْبُ النَّبِيِّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَزَلَتْ هٰذِهِ اْلأٰيَةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِيْ أُمِّ سَلْمَةَ ” اِنَّمَايُرِيْدُالله ُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْراً” فَدَعَاحَسَنًا وَحُسَيْنًا وَفَاطِمَةَفَأَجْلَسَهُمْ بَيْنَ يَدَيْهِ، وَدَعَاعَلِيًّافَأَجْلَسَهُ خَلْفَهُ، فَتَجَلَّلَ هُوَوَهُمْ بِاالْكِسَاءِثُمَّ قَالَ: اَللّٰهُمَّ هٰؤُلآءِ أَهْلُ بَيْتِيْ، فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرهُمْ تَطْهِيْرا.ً قَالَتْ أُمُّ سَلْمَةَ: أَنَامَعَهُمْ؟ قَالَ: أَنْتِ عَلَى مَكَانِكِ أَنْتِ عَلَى خَيْرٍ
Umar bin Abi Salamah anak tiri Rasulullah SAW mengatakan, bahwa ayat “Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan kotoran dari kalian Ahlul-Bait dan hendak mensucikan kalian sesuci-sucinya“, turun kepada Rasulullah SAW dirumah Ummu Salamah, kemudian Rasulullah SAW memanggil Hasan, Husein dan Fatimah, lalu ketiganya diminta duduk didepan beliau. Beliau memanggil Ali lalu diminta duduk dibelakang beliau. Kemudian beliau bersama mereka menyelimuti diri dengan kisa seraya berucap: Ya Allah, mereka Ahlul-Baitku, maka hilangkanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya. Ummu Salamah berkata: apakah aku bersama mereka? Rasulullah SAW menjawab: engkau berada ditempatmu dan engkau memperoleh kebajikan.
(dari Hadits Muhammad bin Sulaiman Al-Ashbahaniy, dari Yahya bin Ubaid Al-Makky, dari `Atha bin Abi Rabbah, berasal dari Umar bin Abi Salamah. Lihat Tafsir At-Thabariy:22/7 dan Tuhfatul-Ahwadziy: 9/66)
______________________________________
Hadist Tsaqalain Menurut Ahlussunnah
Fatwa Al-Alim Al-Alamah Assayyid Al-Habib Hasan Bin Ali Bin Hasyim Bin Ahmad Bin Alwy Ba’agil Al-Alawy (Mufti Mazhab Syafi’i di Makkah Al-Mukarramah Wafat Tahun 1335 H.)
Jawaban Mengenai Hadits,”Aku tinggalkan pada kalian Ats-tsaqalain (dua pusaka), yaitu Kitabullah (Alqur’an) dan Keluargaku (yaitu) Ahli Baitku”.
Saya pernah ditanya mengenai hadits, “Aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat setelah (berpegang teguh kepada) keduanya; kitabullah (Alqur’an) dan ……..” apakah -kata penanya itu-hadits tsb shahih jika ditambah dengan kata-kata (akhirnya) ‘itraty wa ahli baity (keluargaku yaitu ahli Baitku) atau mungkin yang benar, wasunnaty (dan sunnahku). Dia berharap agar dapat menjelaskan sanad hadits tsb.
Sebenarnya, hadits yang tsabit dan shahih adalah hadits yang berakhir dengan wa ahli baity. Sedang yang berakhir dengan kata-kata wa sunnaty itu bathil (salah) dari sisi matan dan sanadnya. Berikut penjelasan mengenai sanad hadits tsb.
Hadits tsb diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya (IV: 1873 no. 2408 cetakan Abdul-Baqy) dari Sayyidina Zaid bin Arqam r.a. Dia berkata, “Suatu hari Rasulullah saw. Pernah berdiri dihadapan kami seraya berkhutbah disuatu tempat (kebun) kosong diantara Makkah dan Madinah. Beliau saw memuji Allah SWT dan menyanjung-Nya. Lalu menasehati dan mengingatkan (ummatnya). Kemudian bersabda, “Amma ba’du (adapun sesudah itu), ingatlah wahai sekalian manusia, sesunguhnya aku ini hanya manusia biasa, hampir-hampir (sebentar lagi) akan datang utusan Tuhanku (yang akan memanggilku ke Hadhrat-Nya), maka akupun (pasti) mengabulkannya. Dan aku akan meninggalkan pada kalian dua pusaka. Pertama, Kitabullah itu dan peganglah teguh-teguh.” Beliau saw. Memerintahkan untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an sebagai Kitabullah dan mendorong untuk mengamalkannya. Kemudian beliau saw bersabda, “Dan Ahli Baitku (keluargaku)”
Itulah Lafadh atau redaksi Imam Muslim. Dan diantara perawi lain yang meriwayatkan dengan redaksi seperti itu ialah Al-Darimy dalam Sunan-nya (II : 431 – 432) dengan isnad shahih seperti (terangnya) matahari. Ada juga perawi lain yang meriwayatkan hadits tsb seperti redaksi Imam Muslim itu.
Sedang riwayat Imam Turmudzi terdapat kata-kata, wa ‘itraty ahli baity (dan keturunanku [yaitu] ahli baitku [keluarga rumahku]).” Dalam Sunan Turmidzi (V: 663 no. 3788), Rasulullah saw. Bersabda,
“Sesungguhnya aku meninggalkan pada kalian apa yang jika kalian pegang (erat-erat) pasti kalian tidak akan sesat sudah aku (tiada). Salah satunya lebih agung dari pada yang lainnya, (yaitu) Kitabullah. Dia merupakan tali yang memanjang dari langit ke bumi. Dan keturunanku (yaitu) ahli baitku. Kedua pusaka itu tidak akan berpisah sehingga keduanya dapat mendatangkan haudh-telaga-kepadaku. Perhatikanlah (berhati-hatilah dan pikirkanlah) bagaimana kalian memperlakukan mereka sepeninggalku.”Hadits shahih.
Adapun kata-kata wa sunnaty (dan sunnahku), saya tidak meragukan ke-maudhu’-annya karena ke-dha’if-an sanadnya, dan faktor-faktor lainnya yang sangat mempengaruhi kelemahannya.
___________________________________
Hadist 12 Imam Menurut Ahlussunnah
Dengan hadis Indzar kita akan mengetahui bahwa sejak awal kenabiannya Rasulullah saw telah memilih dan mengangkat Ali bin Abi Thalib (as) sebagai saudaranya, washi dan khalifahnya.
Allah swt berfirman:
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الاْقْرَبِين
“Berilah peringatan kerabatmu yang terdekat” (Asy-Syu’ara’: 214),
Ketika ayat ini turun Rasulullah saw mengumpulkan tokoh-tokoh dari keluarga terdekatnya dan mengajak mereka agar masuk Islam. Kisah ini disebutkan dalam buku-buku sejarah Islam, kitab-kitab tarikh, sirah, tafsir dan hadis.
Dalam suatu riwayat disebutkan: Abdullah bin Abbas mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: Ketika ayat ini turun kepada Rasulullah saw, beliau mengajakku dan bersabda: “Wahai Ali, sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku untuk mengingatkan kerabatku yang terdekat.” Kemudian Rasulullah saw mengumpulkan keluarga terdekatnya dan menyampaikan apa yang diperintahkan oleh Allah swt. Ketika mereka berkumpul Rasulullah saw bersabda: “Wahai Bani Abdullah Muthallib, aku datang kepada kalian untuk menyampaikan dua kebaikan dunia dan akhirat. Allah memerintahkan aku untuk mengajak kalian pada kebaikan itu. Siapakah di antara kalian yang bersedia membantuku untuk urusanku ini, dan menjadi saudaraku, washiku dan khalifahku untuk kalian?” Mereka yang hadir semuanya diam, tidak bersedia. Lalu aku (Ali), yang saat itu paling muda dari mereka, berkata: Ya Nabiyallah, aku bersedia menjadi pembantumu dalam urusanmu ini. Kemudian Rasulullah saaw memegang pundakku dan bersabda:
“Sesungguhnya ini (Ali) adalah saudaraku, washiku dan khalifahku untuk kalian, maka dengarlah dia dan taatilah dia.” Kemudian mereka berdiri sambil tertawa dan berkata kepada Abu Thalib: Dia (Muhammad) menyuruhmu mendengar Ali dan mentaatinya. (Ma’alim At-Tanzil 4: 278-279).
Macam-macam Redaksi Hadis Indzar
Redaksi hadis Indzar bermacam, antara lain:
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya ini (Ali) adalah saudaraku, washiku dan khalifahku untuk kalian, maka dengarlah dia dan taati.”
Rasulullah saw bersabda:
“Siapakah yang akan berbaiat padaku untuk menjadi saudaraku, washiku, dan pemimpinmu sesudahku?” Kemudian aku (Ali) mengulurkan tanganku dan berkata: Aku mau berbaiat kepadamu. Lalu Rasulullah saw membaiatku.
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya ini (Ali) adalah saudaraku demikian dan demikian.”
Mengapa dalam riwayat ini tidak disebutkan kalimat: Washiku dan khalifahku? Di sinalah terjadinya penyimpangan hadis Nabi saw oleh orang-orang tertentu.
Kisah dan Hadis Indzar dengan segala macam redaksinya terdapat dalam kitab:
1. Tafsir Ad-Durrul Mantsur, jilid 6, halaman 324-329, Darul Fikr, Bairut 1403.
2. Tafsir Ath-Thabari, jilid 19, halaman 74 dan 75, Darul ma’rifah, Bairut.
3. Tafsir Ibnu Katsir, jilid 6, halaman 168, Dar Thayyibah, Riyadh 1418 H.
4. Tafsir Ibnu Hatim, jilid 9, halaman 26-28; berbeda dengan cet Maktaba Nazzar Baz, Mekkah Mukarramah 1417 H.
5. Musnad Ahmad, jilid 1, halaman 111, no: 885, Dar Ihya’ Turats Al-Arabi, Bairut 1414 H.
6. Sunan Al-Kubra, jilid 9, halaman 7, Darul Ma’rifah, Bairut.
7. Sunan An-Nasa’i, jilid 6, halaman 248. Dar Ihya’ Turats Al-Arabi.
8. Kanzul Ummal, jilid 13, halaman 131 dan 149, Muassasah Ar-Risalah, Bairut 1405 H.
9. Majma’uz zawaid, jilid 8, halaman 113 dan 303.
10. Ta’rib At-Tahdzib, jilid 2, halaman 144.
11. Khashaish Amirul Mu’minin, halaman 86, cet Al-Ghura.
12. Minhaj As-Sunnah, jilid 7, halaman 302.
Para perawi hadis Indzar:
1. Ibnu Ishhaq, penulis Sirah
2. Ibnu Jarir Ath-Thabari
3. Ibnu Abi Hatim Ar-Razi
4. Ibnu Mardawaih
5. Al-HafizhAbu Na’im Al-Isfahani
6. Al-Baihaqi
7. Ahmad bin Hanbal
8. An-Nasa’i
9. Al-Hafizh Abu Bakar Al-Bazzar, penulis Musnad
10. Said bin Manshur, penulis Musnad
11. Al-Hafizh Abul Qasim Ath-Thabari, penulis Mu’jam Al-Awsath
12. Al-Hafizh Abu Abdillah Al-Hakim An-Naisaburi, penulis Al-Mustadrak
13. Al-hafizh Abu Ja’far Ath-Thahawi, penulis Musykilul Atsar.
14. Abdurrahman bin Abi Hatim Ar-Razi, penulis Tafsir.
15. Al-Hafizh Al-Baghawi, penulis Tafsir.
16. Al-Hafizh Ibnu Asakir Ad-damsiqi, penulis Tarikh Damsiq.
17. Al-Hafizh Ibnu Atsir, penulis Al-Kamil fit Tarikh.
18. Al-Hafizh Abu Bakar Al-Haitsami, penulis Majma’uz zawaid.
19. Al-Hafizh Adz-Dzahabi
20. Al-Hafizh Jalaluddin As-Suyuthi, penulis Ad-Durrul Mantsur.
21. Syeikh Ali Al-Muttaqi Al-Hindi, penulis Kansul Ummal.
Hadis tentang 12 imam menunjukkan bahwa pasca Rasulullah saw hanya ada 12 imam, amir atau khalifah. Tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih. Dari mana kita harus menghitungnya, ya dari pasca Rasulullah saw … Dan siapa saja orang-orangnya? Dan apa konsekuensi mengingkarinya?
Redaksi hadis ini bermacam-macam, mari kita telusuri:
Dalam Shahih Bukhari juz 4, kitab Ahkam disebutkan:
روى جابر بن سَمُرة فقال: سمعتُ النبيّ صلّي الله عليه [وآله] وسلّم يقول: يكون اثنا عشر أميراً. فقال كلمةً لم أسمعها، فقال أبي: أنّه قال: كلّهم من قريش.
Jabir bin Samurah meriwayatkan, “Aku mendengar Nabi (saww) berkata” :”Kelak akan ada Dua Belas Pemimpin.” Ia lalu melanjutkan kalimatnya yang saya tidak mendengarnya secara jelas. Ayah saya mengatakan, bahwa Nabi menambahkan, ”Semuanya berasal dari suku Quraisy.”[Sahih Bukhari (inggris), Hadits: 9.329, Kitabul Ahkam; Sahih al-Bukhari (arab) , 4:165, Kitabul Ahkam]
Dalam Shahih Muslim 4: 79 disebutkan:
Jabir bin Sammarah berkata: aku bersama ayahku datang kepada Nabi saw, lalu aku mendengar beliau bersabda:
“Sungguh persoalan ini tidak akan tercapai sehingga ia berada di bawah kepemimpinan dua belas khalifah.” Kemudian beliau mengucapkan suatu kalimat yang tidak jelas bagiku. Lalu aku bertanya kepada ayahku tentang apa yang diucapkan oleh beliau. Ayahku berkata bahwa Nabi saw bersabda: “Semuanya dari suku Quraisy.”
Dalam Shahih Muslim 2, bab mengikuti suku Quraisy disebutkan:
Rasulullah saw bersabda:
“Agama akan selalu tegak sampai hari kiamat di bawah pimpinan dua belas khalifah yang semuanya dari golongan quraisy.” Di sini redaksi hadis ini bermacam-macam, antara lain bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Islam selalu mulia di bawah pimpinan dua belas khalifah yang semuanya dari quraisy.”
“Persoalan manusia senantiasa berlalu di bawah kepemimpinan dua belas tokoh, semuanya dari suku Quraisy.”
“Agama ini akan selalu mulia dan terjaga di bawah kepemimpinan dua belas khalifah, semuanya dari suku Quraisy.”
Dalam Shahih At-Turmidzi, jilid 2:
“Islam akan selalu tegak di bawah kepemimpinan dua belas amir, semuanya dari suku Quraisy.”
Dalam Musnad Ahmad bin Hanbal 1: 398 disebutkan:
Masyruq berkata: aku pernah duduk-duduk dengan Abdullah bin Mas’ud, ia membacakan ayat Al-Qur’an kepada kami. Kemudian ada seseorang bertanya kepadanya: wahai Abu Abdurrahman, apakah kamu pernah bertanya kepada Rasulullah saw berapa jumlah khalifah yang akan memimpin ummat Islam. Ibnu Mas’ud menjawab: ya, aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw, lalu beliau bersabda:
“Dua belas khalifah seperti jumlah pemimpin Bani Israil.”
Dalam redaksi yang lain:
Jabir bin Sammarah berkata: aku mendengar Rasulullah saw bersabda dalam haji wada’:
“Agama ini akan selalu jelas bagi orang yang bermaksud padanya, dan tidak membahayakannya orang yang menentang dan menyerangnya, sehingga berlalu dari ummatku dua belas amir, semuanya dari suku Quraisy.” (Musnad Ahmad 5: 89).
Dalam Shawa’iq Al-Muhriqah, Ibnu Hajar, bab 11, pasal 2 disebutkan:
Jabir bin Sammarah berkata bahwa Nabi saw bersabda:
“Akan ada sesudahku dua belas amir, semuanya dari suku Quraisy.”
Dalam Kanzul Ummal, Al-Muttaqi, jilid 6: 160 disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Akan ada sesudahku dua belas khalifah.”
Dalam Kitab Yanabi’ul Mawaddah, oleh Al-Qunduzi Al-Hanafi, bab 95:
Jabir bin Abdillah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Wahai Jabir, sesungguhnya para washiku (penerima wasiatku) dan para Imam kaum muslimin sesudahku adalah: pertama Ali, kemudian Al-Hasan, kemudian Al-Husein, kemudian Ali bin Husein, kemudian Muhammad bin Ali yang terkenal dengan julukan Al-Baqir dan kamu akan menjumpainya wahai Jabir, dan jika kamu menjumpainya sampaikan padanya salamku; kemudian Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Al-Hasan bin Ali; kemudian Al-Qaim, namanya sama dengan namaku, nama panggilannya sama dengan nama panggilanku, yaitu putera Al-Hasan bin Ali, di tangan dialah Allah tabaraka wa ta’ala membuka kemenangan di bumi bagian timur dan barat, dialah yang ghaib dari para kekasihnya, ghaib yang menggoncangkan kepercayaan terhadap kepemimpinannya kecuali orang yang hatinya telah Allah uji dalam keimanan.”
Kemudian Jabir bertanya kepada Rasulullah saw: Ya Rasulullah, apakah manusia memperoleh manfaat dalam keghaibannya? Nabi saw menjawab: “Demi Zat Yang Mengutusku dengan kenabian, mereka memperoleh cahaya dari cahaya wilayahnya (kepemimpinannya) dalam keghaibannya seperti manusia memperoleh manfaat dari cahaya matahari walaupun matahari itu tertutup oleh awan. inilah rahasia Allah yang tersimpan dan ilmu Allah yang dirahasiakan, Allah merahasiakannya kecuali dari ahlinya.”
Hadis Tsaqalayn adalah hadis yang menegaskan bahwa umat Islam wajib berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Ahlul bait Nabi saw.
Redaksi hadis ini bermacam-macam, antara lain:
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka yang berharga: Al-Qur’an dan ‘Itrahku, Ahlul baitku.”
“Wahai manusia, sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian, yang jika kalian bepegang teguh dengannya kalian tidak akan tersesat: Al-Qur’an dan ‘Itrahku, Ahlul baitku.”
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh dengannya, kalian tidak akan tersesat sesudahku: Al-Qur’an dan ‘Itrahku.”
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua khalifah: Al-Qur’an dan ‘Itrahku. Jika kalian berpegang teguh dengan keduanya, kalian tidak akan tersesat sesudahku.”
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka yang berharga: Al-Qur’an dan ‘Itrahku, Ahlul baitku. Jika kalian berpegang teguh dengan keduanya kalian tidak akan tersesat sesudahku. Maka janganlah kalian mendahului keduanya sehingga kalian binasa, jangan menganggap enteng keduanya sehingga kalian binasa, dan jangan mengajari mereka karena mereka lebih tahu dari kalian.”
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian sesuatu jika kalian berpegang teguh dengannya kalian tidak akan tersesat sesudahku, yang satu lebih agung dari yang lain: Al-Qur’an adalah tali penyambung dari langit ke bumi dan ‘Itrahku, Ahlul baitku. Keduanya tidak akan terpisahkan sehingga keduanya kembali padaku di telaga surga, maka perhatikan bagaimana sikap mereka kepada keduanya sesudahku”
Hadis Tsaqalayn dengan bermacam-macam redaksinya terdapat dalam:
1. Shahih At-Tirmidzi, jilid 2, halaman 219; jilid 5, halaman 662 dan 663, no: 3786 dan 3788, Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabi, Bairut.
2. Musnad Ahmad, jilid 5, halaman 492, no: 1878; jilid 6, halaman 232, no: 21068, 21145, dan 244.
3. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 109.
4. Thabaqat Ibnu Sa’d, jilid 1, halaman 194.
5. Al-Mathalib Al-‘Aliyah, Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, no hadis: 1873.
6. Mu’jam Al-Kabir, Ath-Thabrani, jilid 3, halaman 62, no hadis: 2678; jilid 5, halaman 186-187, cet. Dar Ihya’ at-Turats Al-‘Arabi.
7. Mashabih As-Sunnah, jilid 4, halaman 190, no hadis: 4816, cet. Dar Ma’rifah, Bairut tahun 1407 H.
8. Jami’ul Ushul, jilid 1, halaman 278, no hadis: 66, cet. Darul Fikr, Bairut tahun 1403 H.
9. Ash-Shawa’iqul Muhriqah, Ibnu Hajar, halaman 90, 231, 233, cet Darul kutun ilmiyah, Bairut tahun 1414 H.
10. Usdul Ghabah, jilid 1, halaman 490, cet Darul Fikr, Bairut tahun 1409 H.
11. Tafsir Ar-Razi, jilid 8, halaman 173.
12. Tafsir Al-Khazin, jilid 1, halaman 277, cet Darul kutub ilmiyah, Bairut tahun 1415 H.
13. Kitab As-Sunnah oleh Ibnu Abi ‘Ashim, halaman 336, no: 754, cet. Al-Maktab Al-‘Arabi, Bairut tahun 1405 H.
14. Majma’uz Zawaid, jilid 9, halaman 165, cet. Darul kutun al-‘Arabi, Bairut tahun 1402 H.
15. Al-Jami’ush Shaghir bisyarhil Manawi, jilid 3, halaman 14.
16. Faydhul Qadir, jilid 3, halaman 14, syarah hadis ke 2631, cet Darul Fikr, Bairut tahun 1391 H.
17. Jami’ul Ushul 1/ 277.
18. Sunan Al-Darimi 2/ 310
19. Sunan Al-Baihaqi 2/ 148
20. Al-Bidayah wan-Nihayah 5/ 209
21. Kasyful Astar 3/ 221
22. Tarikh Baghdad 8/ 443
23. Tarikh Ash-Shaghir 1/ 302
24. Al-Ishabah, Ibnu hajar 7/ 78, no: 4767
25. As-Sirah Al-Halabiyah 3/ 274.
Para Perawi hadis Tsaqalayn dari kalangan sahabat:
1. Imam Ali bin Abi Thalib (as)
2. Imam Hasan bin Ali (as)
3. Abu Dzar Al-Ghifari
4. Salman Al-Farisi
5. Jabir bin Abdullah Al-Anshari
6. Abul Haytsim Ibnu An-Tihan
7. Hudzaifah Al-Yamani
8. Hudzaifah bin Asid Abu Syarikhah
9. Zaid bin Tsabit
10. Abu Said Al-Khudri
11. Khuzaimah bin Tsabit
12. Abdurrahman bin Auf
13. Thalhah
14. Abu Hurairah
15. Said bin Abi Waqqash
16. Abu Ayyub Al-Anshari
17. Amru bin Ash
18. Fatimah Az-Zahra’
19. Ummu Salamah Ummul mukminin
20. Ummu Hani (saudara perempuan Imam Ali as)
Para Perawi pasca sahabat:
1. Said bin Masruq Ats-Tsauri
2. Sulaiman bin Mahran Al-A’masy
3. Muhammad bin Ishaq, shahibus Sirah
4. Muhammad bin Sa’d, shahibuth Thabaqat
5. Abi Bukar bin Abi Syaibah
6. Ibnu Rahawaih, shahibul Musnad
7. Ahmad bin Hanbal, shahibul Musnad
8. Abd bin Humaid, shahibul Musnad
9. Muslim bin Hujjaj, penulis Shahih Muslim
10. Ibnu Majah Al-Qazwini, shahibus Sunan
11. Abu Dawud, shahibus Sunan
12. At-Tirmidzi, penulis shahih Tirmidzi
13. Abu Bakar Al-Bazzar, penulis Musnad.
14. An-Nasa’i shahibush Shahih
15. Abu Ya’la Al-Mawshili, shahibul Musnad
16. Ibnu Abi Ashim, penulis kitab As-Sunnah
17. Muhammad bin jarir, mufassir dan penulis Tarikh.
18. Abul Qasim Ath-Thabrani, penulis Mu’jam
19. Abul hasan Ad-Daraquthni Al-Baghdadi
20. Al-Hakim An-Naisaburi, penulis Al-Mustadrak
21. Abu Na’im Al-Isfahani
22. Abu Bakar Al-Baihaqi, penulis Sunan al-Kubra
23. Ibnu Abd Al-Birr, penulis Al-Isti’ab
24. Al-Khathib Al-Baghdadi, penulis Tarikh Baghdad
25. Razin Al-Abdari, penulis Al-Jam’u bayna Ash-Shahhah As-Sunnah
26. Muhyissunnah Al-Baghawi, penulis Mashahihus Sunnah
27. Al-Qadhi ‘Iyad, penulis kitab Asy-Syifa’
28. Ibnu Asakir Ad-Damsiqi, penulis Tarikh Damsiq
29. Ibnu Atsir Al-Juzuri, penulis Usdul Ghabah
30. Fakhrur Razi, penulis Tafsir Al-Kabir
31. Abu Zakariya An-Nawawi, penulis syarah Shahih Muslim
32. Abul Hujjaj Al-Muzzi, penulis Tahdzibul Kamal
33. Syamsuddin Adz-Dzahabi, penulis kitab-kitab yang masyhur
34. Adh-Dhiya’ Al-Muqaddasi, pwnulis kitab Al-Mukhtarah
35. Ibnu Katsir Ad-Damsiqi, mufassir dan penulis Tarikh
36. Nuruddin Al-Haitsami, penulis kitab Majma’uz zawaid
37. Jalaluddin As-Suyuthi, penulis kitab-kitab yang terkenal
38. Syihabuddin Al-Qasthalani, pensyarah Al-Bukhari.
39. Syamsuddin Ash-Shalihi Ad-Damsiqi, murid As-Suyuthi, penulis Sirah An-Nabawiyah.
40. Syihabuddin Ibnu Hajar Al-Asqalani.
41. Syamsuddin Ibnu Thulul Ad-Damsiki.
42. Syihabuddin Ibnu Hajar Al-Makki, penulis Shawaiqul Muhriqah
43. Al-Muttaqi Al-Hindi, penulis Kanzul Ummal.
44. Ali Al-Qari Al-Harawi.
45. Al-Mannawi, pensyarah Jamiush Shaghir.
46. Al-Halabi, penulis Sirah.
47. Dahlan, penulis Sirah.
48. Manshur bin Nashib, penulis At-Tajul Jami’ lil-Ushul.
49. An-Nabhani, penulis terkenal.
50. Al-Mubarak Yuri, pensyarah shahih Tirmidzi.
_____________________________________
Siapakah Syaikh Sulaiman Al-Qunduzi Al-Balkhi Al-Hanafi?
Nama 12 Imam Yang Disebutkan dalam Hadis Rasulullah (saww):
BAGIAN I
Selama ini banyak kalangan yang tidak mengetahui siapa sebenarnya Syaikh Sulaiman al Qunduzi al Balkhi al Hanafi, yang merupakan salah satu Ulama Sunni yang banyak mencatat riwayat-riwayat mengenai keutamaan Rasulullah (saww) dan Ahlul Bait (as). Dan anehnya, oleh kaum Nawashib, Syaikh Sulaiman Al Hanafi dituduh sebagai Syiah, apa motif dibalik semua itu..?
Apakah kebiasaan kaum pembenci Syi’ah yang suka menuduh seseorang yang banyak menulis keagungan Rasulullah (saww) dan Ahlul Bait (as) pada khususnya langsung mereka vonis sebagai Syiah..!? hal ini tak jauh beda dengan Ibn Abil Hadid seorang bermazhab Mu’tazilah yang mereka katakan Syiah..!
Kaum pembenci Syi’ah seharusnya sadar bahwa kedekilan otak mereka sampai detik ini bukanlah suatu yang asing, apakah mereka tidak malu dengan cara mereka yang suka menyembunyikan keterangan yang jelas bahkan terkadang memelintir sebuah riwayat atau membuangnya jika tidak sesuai dengan nafsu mereka..!?
Sayikh Sulaiman Al Hanafi adalah salah satu Mufti Agung Konstantinopel dan Ketua Kekhalifahan Utsmani, pusat Islam Sunni pada masanya. Sangat tidak masuk akal jika dikatakan beliau sebagai Syiah dan apakah logis orang Syiah menjadi mufti agung dalam kekahlifahan Ustmani tersebut..?? Sedangkan Ottoman sangat tidak suka dengan Syiah atau siapapun yang cenderung kepada Syiah..!
Bahkan sejarah tidak mencatat adanya pengusiran atau tuduhan kepada Syaikh Sulaiman al Hanafi pada saat penulisan kitab beliau yang agung yaitu Yanabiul Mawaddah, jika memang beliau seorang Syiah maka pemerintahan Ottoman pasti akan menyingkirkannya.
Pandangan Sunni tentang Syaikh Sulaiman Al Qunduzi Al Balkhi Al Hanafi
Dalam Kitab الأعلام :
“(Al Qunduzi) (1220-1270H) (1805-1863 M) Sualyman putra dari Khuwajah Ibrahim Qubalan Al Husaini Al Hanafi Al Naqshbandi al Qunduzi : Seorang yang shaleh, berasal dari Balakh, wafat di kota Qustantinya, ia memiliki kitab “Yanabiul Mawaddah” yang berisi tentang keutamaan Rasulullah dan Ahlul Baitnya” (الأعلام, j.3, h.125).
Link Download Kitab الأعلام / موافق للمطبوع
Umar Ridha Kahalah mencatat dalam معجم المؤلفين :
Sulaiman Al Qunduzi (1220-1294 H) (1805-1877)
Sulaiman bin Ibrahim al Qunduzi al Balkhi al Husaini al Hasymi, seorang Sufi, kitabnya (karyanya) : Ajma al Fawaid, Musyriq al Akwan, Yanabiul Mawaddah….” (Muajam al Mualfiin, oleh Umar Ridha Kahalah, j. 4)
Link Download Kitab معجم المؤلفين / عمر رضا كحالة
Ulama Sunni Ismail Basya Al Baghdadi (اسماعيل باشا البغدادي) dalam هدية العارفين
Mencatat :
“Al Qunduzi – Sulayman ibn Khuwajah Qalan Ibrahim ibn Baba Khawajah al Qunduzi al Balkhi al Sufi Al Husaini, tinggal di Qustantinya, lahir pada tahun 1220 H dan wafat 1294″ (Hidyat al Arifin, j.1, h. 408)
Download kitab هدية العارفين اسماء المؤلفين واثار المصنفين / موافق للمطبوع
Dalam ايضاح المكنون في الذيل على كشف الظنون
Ismail Basya Al Baghdadi juga mencatat :
“Al Qunduzi – Sulayman bin Khawaja Qalan Ibrahim bin baba Khuwaja Al Qunduzi al Balkhi al Sufi al Husaini. Dia tinggal di Qustantiya, lahir pada 1220 H dan wafat tahun 1294 H. Karyanya : Jama’ Al Fawa’id, Masyriq al Akwan, Yanabiul Mawadah mengenai karakteristik Rasulullah (saww) dan hadis dari Ahlul Bait”
Download kitab ايضاح المكنون oleh Ismail Basya Al Baghdadi
Yusuf Alyan Sarkys mencatat dalam معجم المطبوعات العربية, j.1 h.586 :
“Sulayman bin Khujah Qublan al Qunduzi al Balkhi. (kitabnya) Yanabiul Mawadah berisi Keutamaan amirul Mu’minin Ali”
Sangat aneh jika dikatakan bahwa Syaikh Sulayman yang bermazhab Hanafi ini di tuduh sebagai Syiah..! Kenyataannya beberapa ulama Sunni (Mazhab Hanafi) seperti :
1. Saim Khisthi al Hanafi dalam Musykil Kushah mengutip banyak Hadis dari Yanabiul Mawaddah yang disusun oleh Syaikh Sulaiman al Hanafi.
2. Dr. Muhamad Tahir ul Qadri (“Hub Ali” hal.28) mengacu pada Yanabiul Mawaddah ketika mengutip Hadis mengenai keutamaan Ahlul Bait (as).
3. Mufti Ghulam Rasul (Hasab aur Nasab, j.1 h.191, London) juga mengacu pada Yanabiul Mawadah ketika mengutip hadis keutamaan Ahlul Bait (as).
Jika memang Syaikh Sulayman Al Hanafi dikatakan Syiah oleh kaum pembenci Syi’ah lalu apakah beberapa ulama terkemuka Mazhab Hanafi yang disebutkan diatas begitu bodoh atau buta huruf hingga mereka mengutip catatan ulama Syi’ah bagi para pembaca Sunni…? Alasan paling dasar dibalik “pengecapan” dengan menyatakan figur yang sebenarnya Sunni sebagai Syiah oleh kaum Nawashib adalah karena ulama sejati seperti Syaikh Sulayman Al Hanafi dianggap berpihak kepada Syiah hanya karena banyak mencatat hadis Rasulullah (saww) yang mana riwayatnya banyak dianggap sesuai dengan keyakinan Syiah..!
BAGIAN II
Syaikh Sulayman Al Qunduzi Al Hanafi Mencatat Nama-Nama Para Imam Yang Harus Di ikuti Setelah Rasulullah Saww Dalam Kitabnya Yanabiul Mawaddah.
Yanabiul Mawaddah (j.3, h.100-101) dan Yanabiul Mawaddah (j.3 h.284, Tahqiq oleh Sayyid Ali Jamali Asyraf Al Husayni), riwayat dari Jabir al-Anshari (ra) berkata :
Jundal bin Janadah berjumpa Rasulullah (saww) dan bertanya kepada beliau beberapa masalah. Kemudian dia berkata :
Beritahukan kepadaku wahai Rasulullah tentang para washi anda setelah anda supaya aku berpegang kepada mereka.
Beliau (saww) menjawab : “Washiku dua belas orang.”
Lalu Jundal berkata : “Begitulah kami dapati di dalam Taurat.”
Kemudian dia berkata : “Namakan mereka kepadaku wahai Rasulullah.”
Maka Beliau (saww) menjawab :
“Pertama adalah penghulu dan ayah para washi adalah Ali. Kemudian dua anak lelakinya Hasan dan Husain. Berpeganglah kepada mereka dan janganlah kejahilan orang-orang yang jahil itu memperdayakanmu. Kemudian Ali bin Husain Zainal Abidin, Allah akan mewafatkan (Ali bin Husain) dan menjadikan air susu sebagai minuman terakhir di dunia ini.”
Jundal berkata :
“Kami telah mendapatinya di dalam Taurat dan di dalam kitab-kitab para Nabi (as) seperti Iliya, Syibra dan Syabir. Maka ini adalah nama Ali, Hasan dan Husain, lalu siapa setelah Husain..? siapa nama mereka..?”
Bersabda(Rasulullah) saww :
Setelah wafatnya Husain, imam setelahnya adalah putranya Ali dipanggil Zainal Abidin setelahnya adalah anak lelakinya Muhammad, dipanggil al-Baqir. Setelahnya anak lelakinya Ja’far dipanggil al-Shadiq. Setelahnya anak lelakinya Musa dipanggil al-Kadzim. Setelahnya anak lelakinya Ali dipanggil al-Ridha. Setelahnya anak lelakinya Muhammad dipanggil al Taqy Az Zaky. Setelahnya anak lelakinya Ali dipanggil al-Naqiy al-Hadi. Setelahnya anak lelakinya Hasan dipanggil al-Askari. Setelahnya anak lelakinya Muhammad dipanggil al-Mahdi al-Qa’im dan al-Hujjah.
Beliau ghaib dan akan keluar memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana itu dipenuhi dengan kefasadan dan kezaliman. Alangkah beruntungnya bagi orang-orang yang bersabar semasa ghaibnya. Dan alangkah beruntungnya bagi orang-orang yang bertaqwa terhadap Hujjah mereka. Dan mereka itulah orang yang disifatkan oleh Allah di dalam firmanNya “Petunjuk bagi mereka yang bertaqwa yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib.”(1) Kemudian beliau membaca “Maka sesungguhnya partai Allah itulah yang pasti menang.”(2) Beliau bersabda : Mereka adalah dari partai Allah (hizbullah).”
Riwayat seperti diatas tidak hanya satu dalam kitab Yanabiul Mawaddah, namun ini sudah cukup sebagai bukti bahwa nama para Imam Ahlul Bait telah dijelaskan oleh Rasulullah (saww) dan tercatat dalam Kitab Sunni sendiri.
[1]. Surah al-Baqarah (2) : 2-3.
[2]. Surah al-Mai’dah (5) : 56.
________________________________________
Jabir bin Abdillah berkata:”ketika ayat 55 dari surat Nisa turun yang menegaskan ”taatilah Allah, dan taatilah rasul, dan para pemimin dari kalian” aku bertanya pada rasul SAWW, “kami telah mengetahui tuhan dan rasulnya, namaun Ulil Amr yang wajib kita taati tersebut belum kami ketahui, siapakah gerangan mereka itu? Beliau bersabda:”mereka penggantiku, para Imam dan pemimpin sepeninggalku, yang pertama Ali, kemudian secara berurutan Hasan pura Ali, Husain putra Ali, Ali putra Al Husain, Muhammad putra Ali yang dalam Taurat dikenal dengan Baqirul Ulum, dan kamu pada suatu saat akan berjumpa dengannya, dan kapanpun kau menjumpainya sampaikanlah salamku padanya. Kemudian setelahnya secara urut Ja’far putra Muhammad, Musa putra Ja’far, Ali putra Musa, Muhammad putra Ali, Ali putra Muhammad, Hasan putra Ali, dan kemudian putranya yang nama dan kunyahnya (panggilan) sama dengan ku. Tuhan akan menjadikannya pemimin bagi dunia, dan ia akan tersembunyi dari pandangan dan penglihatan, dan ia akan gaib lama sekali. Sampai suatu saat di mana hanya ada orang-orang yang memiliki keiman yang kokoh, yang teruji dan mendalam akan keyakinan terhadap kepemimpinannya. [Muntakhabul Atsar, halaman 101.]
Riwayat-Riwayat Dari Ahli Sunnah Berkenaan Dengan Ke-Imamahan 12 Orang Imam
Tepat sekali kalau pada kajian ini kita bawakan riwayat- riwayat tentang ke-Imamahan para Imam 12 yang termuat dalam kitab-kitab standar Ahli Sunnah, riwayat- riwayat tersebut diantaranya:
Bukhari menukil dari Jabir bin Samarah:”Aku mendengar rasul bersabda:”setelahku 12 orang pemimpin akan datang.” Saat itu beliau melanjutkan ucapannya yang tak terdengar olehku kemudian ayahku berkata bahwa keseluruhan imam tersebut semuanya dari bangsa Quraisy.” [Sahih Bukhari, jild 9, bab Istikhlaf, halaman 81].
dari Jabir bin Samurah, ia berkata, “Saya masuk bersama ayah saya kepada Nabi SAW. maka saya mendengar beliau berkata, ‘Sesungguhnya urusan ini tidak akan habis sampai melewati dua belas khalifah.’ Jabir berkata, ‘Kemudian beliau berbicara dengan suara pelan. Maka saya bertanya kepada ayah saya, ‘Apakah yang dikatakannya?’ Ia berkata, ‘Semuanya dari suku Quraisy.’ Dalam riwayat yang lain disebutkan, ‘Urusan manusia akan tetap berjalan selama dimpimpin oleh dua belas orang.’ Dalam satu riwayat disebutkan. ‘Agama ini akan senantiasa jaya dan terlindungi sampai dua belas khalifah. (H.R.Shahih Muslim, kitab “kepemimpinan”, bab”manusia pengikut bagi Quraisy dan khalifah dalam kelompok Quraisy”)
Muslim juga menukil dari Jabir bin samarah:”aku mendengar rasul SAWW bersabda:”Islam akan memiliki pemimpin sampai 12 orang. Kemudian beliau bersabda yang tak bisa kupahami. Aku bertanya pada ayahku tentang apa yang tidak aku pahami itu, ia berkata:”beliau bersabda semuanya dari kaum Quraisy. [Sahih Muslim, jild 6, kitab Al-Amarah, bab annas taba’un li quraisy, halaman 3].
Muslim dari Jabir juga menukil, ia (Jabir) berkata:”aku dan ayahku berjalan bersama rasul SAWW saat itu beliau bersabda:”agama ini akan memiliki 12 pemimpin, yang kesemuanya dari bangsa Quraisy. [Sahih Muslim, jild 6, kitab Al-Amarah, bab annas taba’un li quraisy, halaman 3].
Muslim juga menukil dari Jabir:”aku mendengar rasul bersabda:”agama Islam akan langgeng sampai hari kiamat nanti, sampai dua belas orang khalifah memerintah yang kesemuanya dari Quraisy.
Agama ini akan tetap tegak berdiri dengan kepemimpinan dua belas orang khalifah, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh riwayat-riwayat sebelumnya. Pada saat yang sama terdapat riwayat-riwayat yang menekankan keseiringan Ahlul Bait dengan Kitab Allah. Ini merupakan sebaik-baiknya dalil yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan “dua belas orang khalifah” itu adalah para Imam dari kalangan Ahlul Bait.
Al-Qanduzi al-Hanafi sendiri telah menukilnya di dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah. Pada mawaddah kesepuluh dari kitab Mawaddah al-Qurba, bagi Sayyid Ali al-Hamadani —semoga Allah SWT mensucikan jalannya dan mencurahkan keberkahannya kepada kita— disebut-kan, “Dari Abdul Malik bin ‘Umair, dari Jabir bin Samrah yang ber-kata, ‘Saya pernah bersama ayah saya berada di sisi Rasulullah saw, dan ketika itu Rasulullah saw bersabda, ‘Sepeninggalku akan ada dua belas orang khalifah.’ Kemudian Rasulullah saw menyamarkan suar-anya. Lalu saya bertanya kepada ayah saya, ‘Perkataan apa yang disamarkan olehnya?’ Ayah saya menjawab, ‘Rasulullah saw berkata, ‘Semua berasal dari Bani Hasyim.”
Bahkan Al-Qanduzi meriwayatkan banyak hadis lain yang lebih jelas dari hadis-hadis di atas. Al-Qanduzi telah meriwayat dari ‘Abayah bin Rab’i, dari Jabir yang mengatakan, “Rasulullah saw telah bersabda, ‘Saya adalah penghulu para nabi dan Ali adalah penghulu para washi, dan sesungguhnya para washi sepeninggalku berjumlah dua belas orang. Yang pertama dari mereka adalah Ali, dan yang terakhir dari mereka adalah al-Qa’im al-Mahdi.”‘
Hadis Tsaqalain maka kelihatan jelas bahwa 12 Imam adalalah dari Ithrahti Ahlulbait
Ulama terkenal Al-Dhahabi mengatakan dalam bukunya Tadzkirat al-Huffaz , jilid 4, halaman 298, dan Ibn Hajar al-’Asqalani menyatakan dalam al-Durar al-Kaminah, jilid 1, hal. 67 bahwa Sadruddin Ibrahim bin Muhammad bin al-Hamawayh al-Juwayni al-Shafi’i (disingkat Al-Juwayni) adalah seorang ahli Hadis yang mumpuni. Al-Juwayni menyampaikan dari Abdullah bin Abbas (ra) bahwa Nabi (sawa) mengatakan,”Saya adalah penghulu para Nabi dan Ali bin Abi Thalib adalah pemimpin para penerus, dan sesudah saya akan ada dua belas penerus. Yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah Al-Mahdi.”
Al-Juwayni juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas (r) bahwa Rasulullah (sawa) berkata: ”Sudah pasti bahwa wakil-wakilku dan Bukti Allah bagi makhluk sesudahku ada dua belas. Yang pertama di antara mereka adalah saudaraku dan yang terakhir adalah anak (cucu) ku.” Orang bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah saudaramu itu?”. Beliau menjawab: “Ali bin Abi Thalib.” Lalu beliau ditanyai lagi: “ Dan siapakan anak (cucu) mu itu?” Nabi yang suci (sawa) menjawab: ”Al-Mahdi. Dia akan mengisi bumi dengan keadilan dan persamaan ketika ia (bumi) dipenuhi ketidakadilan dan tirani. Dan demi Yang Mengangkatku sebagai pemberi peringatan dan memberiku kabar gembira, meski seandainya masa berputarnya dunia ini tinggal sehari saja, Allah SWT akan memperpanjang hari itu sampai diutusnya (anakku) Mahdi, kemudian ia akan disusul Ruhullah Isa bin Maryam (a.s.) yang turun ke bumi dan berdoa di belakangnya (Mahdi). Dunia akan diterangi oleh sinarnya, dan kekuatannya akan mencapai hingga ke timur dan ke barat.”
Al-Juwayni juga meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) mengatakan: ”Aku dan Ali dan Hasan dan Husain dan sembilan anak cucu Husain adalah yang disucikan (dari dosa) dan dalam kebenaran.” [Al-Juwayni, Fara’id al-Simtayn, Mu’assassat al-Mahmudi li-Taba’ah, Beirut 1978, p. 160.] Sekaitan dengan ayat di atas, Jabir bin Abdillah bertanya, “Ya Rasulullah, Siapa kah orang-orang yang wajib ditaati seperti yang diisyaratkan dalam ayat ini?” Rasulullah saaw menjawab, “Yang wajib ditaati adalah para khalifahku wahai Jabir, yaitu para Imam kaum Muslimin sepeninggalku nanti. Imam pertama mereka adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian Hasan, kemudian Husein, kemudian Ali bin Husein, kemudian Muhammad bin Ali yang telah dikenal di dalam kitab Taurat dengan nama “Al-Baqir” dan engkau akan berjumpa dengannya wahai Jabir. Apabila engkau nanti berjumpa dengannya, maka sampaikanlah salamku kepadanya. Kemudian setelah itu As-Shadiq Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin Ali,kemudian yang terakhir ialah Al-Mahdi bin Hasan bin Ali sebagai Hujjatullah di muka bumi ini dan Khalifatullah yang terakhir. (Rujuk ke Ghayah al-Maram, jilid 10, hal. 267, Itsbat al-Hudat, jilid 3/123 dan Yanabi’ al-Mawaddah, hal. 494, 443-Qundusi al hanafi).
Seorang ulama Ahlusunah terkemuka bernama Al-Juwaini menukil sebuah riwayat, “Ketika ayat tersebut turun, Abu Bakar dan Umar berkata, ‘Ya Rasul Allah, apakah kepemimpinan ini dikhususkan untuk Ali?’
Rasul menjawab, ‘Ya, wilayah (kepemimipinan) ini diturunkan untuknya dan untuk para washi-ku sampai Hari Kiamat.’
Lalu kedua orang itu berkata lagi, ‘Ya Rasul Allah, jelaskanlah kepada kami siapa sajakah mereka itu?’
Beliau menjawab, ‘Mereka itu adalah Ali, ia adalah saudaraku, wazirku, pewarisku, washiku dan khalifahku bagi umatku, dan dialah wali (pemimpin) setiap mukmin sepeninggalku, kemudian setelahnya adalah cucuku Al-Hasan, kemudian cucuku Al-Husein dan kemudian sembilan orang dari putra-putra keturunan Al-Husein secara berurutan. Al-Qur’an senantiasa bersama mereka, sebagaimana mereka selalu bersama Al-Qur’an, keduanya itu tidak akan pernah berpisah hingga mereka menjumpaiku di telaga Surga.”[ Ghayatul Maram, bab 58, hadis ke-4.]
"Yanabiul Mawaddah" (Tahqiq, Sayyid Ali Jamal Asyraf Al Husayni) Karya Ulama Sunni : Syaikh Sulayman Al Qunduzi al-Balkhi al-Hanafi
____________________________________________
HADIS HADIS TENTANG 12 IMAM
Walaupun Muslim Syiah tidak menggunakan dasar-dasar keyakinan mereka dengan hadis-hadis yang biasa digunakan saudara mereka Muslim Sunni, namun ternyata hal itu pun tercatat pada banyak hadis-hadis Sunni. Yang sering saya herankan adalah tingkah “ustadz-ustadz” Anti Syi’ah yang sok tahu tentang keyakinan Muslim Syiah tanpa mempelajari terlebih dahulu apa yang mendasari keyakinan Muslim Syiah. Begitu pun terhadap muslim lainnya, dengan gegabah dan serampangan mereka melancarkan berbagai tuduhan dan fitnah keji. Seperti keyakinan atas 12 imam yang dianut Muslim Syiah, seharusnya mereka mengetahui bahwa hadis-hadis tentang 12 imam atau khalifah itu ternyata juga terdapat di dalam hadis-hadis Ahlus Sunnah yang diyakini berasal dari Rasulullah saw. Hadis-hadis ini terdapat diriwayatkan di dalam berbagai kitab Sunni seperti : Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Shahih Tirmidzi, Sunan Abu Dawud dan Musnad Ahmad bin Hanbal.
Jika mereka tidak mengetahui hal ini, mengapa begitu cepat dan mudahnya tuduhan-tuduhan keji dilemparkan kepada saudara Muslim mereka sendiri? Jika mereka mengetahui hal ini, bukankah berarti mereka telah menyebarkan kebohongan di antara umat Muslim lainnya? Kami berlindung kepada Allah Swt dari perbuatan-perbuatan semacam ini!
Sekarang kita lihat dari mana sebenarnya sumber pemikiran Muslim Syiah tentang 12 Imam berasal?
1. Di dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, diriwayatkan dari Jabir bin Samrah, ia berkata: Aku bersama ayahku menemui Rasulullah Saw, lalu aku mendengar beliau bersabda: “Sesungguhnya urusan ini tidak akan berakhir sebelum 12 orang khalifah (pemimpin) memerintah mereka.” Kemudian beliau berbicara dengan suara perlahan sehingga aku tidak dapat mendengarnya. Lalu aku bertanya kepada ayahku: Apakah yang beliau katakan? Ayahku menjawab: Semua khalifah itu berasal dari kaum Quraisy.
Memang ada perbedaan kata imam dan khalifah di sini, namun jika kita teliti ternyata kedua-duanya bermakna : pemimpin.
2. Dengan teks yang berbeda Muslim meriwayatkan di dalam Shahih-nya yang juga dari Jabir bin Samurah, yang mengatakan : aku mendengar Rasulullah Saw bersabda : “Islam akan tetap jaya sampai ada 12 khalifah.” Kemudian Rasulullah Saw mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti. Lalu aku bertanya kepada ayahku : Apa yang beliau katakan? Ayahku mengatakan : mereka (ke-12 khalifah) itu berasal dari kaum Quraisy.
3. Diriwayatkan dari Amir bin Sa’ad bin Abu Waqqas yang mengatakan : Aku menulis (sebuah surat) untuk Jabir bin Samurah dan mengirimkannya melalui pelayanku, Nafi’, untuk meminta kepadanya (Jabir bin Samurah) agar memberitahu kepadaku sesuatu yang pernah ia dengar dari Rasulullah Saw. Dia (Jabir) menulis (surat jawaban) kepadaku : Aku telah mendengar Rasulullah Saw, pada Jumat malam, pada hari al-Aslami dihukum rajam sampai mati (karena berzina): (Rasulullah Saw bersabda) : Islam akan tetap tegak sampai Hari Kiamat, atau kalian akan diperintah oleh 12 khalifah, mereka semua berasal dari Quraisy…”
4. Juga diriwayatkan dari Jabir bin Samurah yang mengatakan : Aku pergi bersama ayahku menemui Rasulullah Saw dan kudengar beliau bersabda: Agama ini akan tetap bertahan, kokoh dan jaya sampai berlangsung 12 khalifah. Kemudian beliau menambahkan kata-kata yang tak dapat kutangkap karena suara berisik banyak orang. Lalu kutanyakan kepada ayahku: Apa yang beliau katakan? Ayahku menjawab: Beliau mengatakan semua khalifah itu berasal dari Quraisy.
5. Dengan teks yang hampir sama.
Musnad Ahmad No. 3593;
حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنِ الْمُجَالِدِ عَنِ الشَّعْبِيِّ عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ
كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَهُوَ يُقْرِئُنَا الْقُرْآنَ فَ…قَالَ لَهُ رَجُلٌ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ هَلْ سَأَلْتُمْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمْ تَمْلِكُ هَذِهِ الْأُمَّةُ مِنْ خَلِيفَةٍ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ مَا سَأَلَنِي عَنْهَا أَحَدٌ مُنْذُ قَدِمْتُ الْعِرَاقَ قَبْلَكَ ثُمَّ قَالَ نَعَمْ وَلَقَدْ سَأَلْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ اثْنَا عَشَرَ كَعِدَّةِ نُقَبَاءِ بَنِي إِسْرَائِيلَ
Telah menceritakan kepada kami [Hasan bin Musa] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Al Mujalid] dari [Asy Sya’bi] dari [Masruq] ia berkata; Tatkala kami duduk-duduk bersama Abdullah bin Mas’ud, saat itu ia sedang membacakan Al Qur`an kepada kami, lalu seorang laki-laki berkata kepadanya; Wahai Abu Abdurrahman, apakah kalian pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam BERAPAKAH UMAT INI MEMILIKI KHALIFAH? [Abdullah bin Mas’ud] berkata; Tidak ada seorang pun yang menanyakan hal itu kepadaku sejak aku datang ke Iraq sebelum engkau, kemudian ia melanjutkan; Ya, kami pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam, lalu beliau menjawab: “Sebanyak DUA BELAS orang seperti jumlah pemimpin bani Israil.”
Hadis-hadis yang diungkapkan di atas belumlah seluruhnya. Masih banyak hadis lainnya yang bernada serupa namun karena keterbnatasan waktu dan ruang di sini maka saya kira semua informasi itu sudah lebih dari cukup. Lalu pertanyaan saya : Apakah hadis-hadsi yang sedemikian banyak dan shahih ini tidak pernah dibaca oleh “ustadz-ustadz” Anti Syi’ah itu? Jika belum, maka saya sarankan mereka untuk lebih banyak memperdalam terlebih dahulu ketimbang berfatwa serampangan dan melakukan adu domba antar umat Islam. Ingatlah hadis Nabi Saw yang dirwayatkan oleh syaikhan : “Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba (al-Nammâm)”
6. Shahih al-Bukhari, vol. 4, halaman 168;
Jabir berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 pemimpin dan khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang tidak bisa kudengar. Ayahku berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan Qurays’” (Lihat Kitab al-Ahkam, Mesir 1351, no. 6682; lihat juga Shahih Muslim, Kitab al-‘Imarah, no. 3393, 3394, 3395, 3396, dan 3397; juga Sunan at-Turmudzi, Kitab al-Fitan, no. 2149; juga Sunan Abi Dawud, Kitab al-Mahdi, no 3731 dan 3732; juga Musnad Ahmad, Musnad al-Basyiryin, no. 19875, 19901, 19920, 19963, 20017, 20019, 20032, dan 20125)
7. Shahih Muslim, vol. 6, halaman 4 (Syarh Nawawi);
Rasulullah saw telah bersabda, “Agama ini akan tetap berdiri sampai 12 khalifah, yang semuanya dari golongan Qurays, memerintah atas kamu.” (Lihat Kitab al-Imarah, no. 3398)
8. Shahih Muslim, vol. 6, halaman 3;
Jabir meriwayatkan, “Aku dan ayahku pergi menemui Rasulullah saw. Kami mendengarnya bersabda, ‘Persoalan ini (khilafah) tidak akan berakhir sampai datang 12 khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang tidak kudengar. Aku menanyakan pada ayahku apa yang Rasulullah saw sabdakan. Beliau saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan Qurays’” (Lihat Kitab al-Imarah, no. 3398, Mesir 1334)
9. Shahih Muslim, vol. 6, halaman 3;
Jabir meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasulullah saw yang agung bersabda, “Islam akan selalu besar hingga datang 12 Imam.” (Jabir berkata), “Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti. Aku bertanya pada ayahku, ‘Apa yang beliau katakana?’ Ia menjawab, ‘Semuanya dari golongan Qurays.’” (Lihat Kitab al-Imarah, no. 3398).
10. Shahih at-Tirmidzi, vol. 2, halaman 45;
Jabir berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 Imam dan pemimpin setelahku.’ Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tidak dapat kumengerti. Aku menanyakan pada seseorang di sampingku tentang itu. Ia berkata, ‘Semuanya dari golongan Qurays.’” (Lihat cetakan New Delhi (tahun 1342), no. 2149. Tirmidzi menulis tentang hadits ini, “Hadits ini baik dan shahih, diriwayatkan oleh Jabir dari jalur sanad yang berbeda. Hal yang sama dikutip dari Jabir dalam ‘Shahih Abi Daud’, vol. 2, cet. Matba’a Taziyah, Mesir. Kitab al-Manaqib halaman 207 no. 3731).
11. Musnad Ahmad, vol. 5, hal. 106;
Rasulullah bersabda, “Terdapat dua belas khalifah untuk umat ini” (Lihat: Matba’a Miymaniyyah, Mesir 1313, Musnad al-Basriyyin, no. 19944).
Catatan: Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnad mengutip hadits tentang persoalan ini dalam tiga puluh empat rantai hadits yang berlainan dari Jabir.
12. Shahih Abu Daud, vol. 2, hal. 309;
“Agama ini akan tetap agung sampai datang dua belas Imam.” Mendengar hal ini, orang-orang mengagunkan Allah dengan berkata, “Allahu Akbar” (Allah maha besar) dan menangis keras. Kemudian beliau mengatakan sesuatu dengan suara yang pelan. “Aku bertanya pada ayahku, ‘Apa yang beliau katakan?’ ‘Mereka semua dari golongan Qurays,’ jawabnya.” (Lihat: Edisi pertama dari ‘Dar- Al-Fikr, 1334).
Catatan: Hakim Naysaburi meriwayatkan hadits ini dengan sanad yang berbeda dari yang sebelumnya disebutkan.
Seperti sudah kita yakini bersama bahwa jika seseorang benar-benar memperdalam pengetahuan agamanya dengan cara yang benar, mestinya dia akan menjadi semakin arif dan semakin toleran terhadap pemikiran dan keyakinan orang lain. Namun jika seseorang “memperdalam” agamanya lalu dia menjadi sedemikian fanatik dan tidak toleran maka bisa dipastikan telah terjadi penyimpangan di dalam penanaman “pengetahuan”. Seperti yang saya ketahui, bahwa umumnya penyimpangan terjadi karena pengetahuan agama yag diajarkan tidak secara alami, yaitu dengan cara indoktrinasi atau brain-washing; atau dengan kata lain doktrin-doktrin “agama” dijejalkan secara paksa dan sistematis.
Akhirnya dari sebagian hadis shahih yang saya ungkapkan di atas dapat kita ketahui bahwa keyakinan 12 imam yang dianut oleh Muslim Syiah bukanlah berasal dari Yahudi maupun Nasrani seperti yang disebarkan oleh kaum Wahabi yang kita yakini adalah antek-antek AS dan Zionis Israel. Mereka inilah cikal bakal kaum teroris al-Qaeda yang tersebar di seluruh dunia. Mereka didoktrin, dicuci otak dan pikiran mereka dimanipulasi untuk menyebarkan teror dan adu domba antar kaum Muslim di dunia. Kita melihat sendiri bahwa hadis-hadis yang diungkapkan di atas adalah sabda-sabda Rasul Saw yang memang benar-benar terdapat di dalam literatur Islam. Akhirnya tulisan ini saya tutup dengan doa: semoga mereka, kaum Wahabi yang membaca tulisan ini segera merekonstruksi pemikiran mereka.
Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Tiada daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan Allah jua!
Catatan kaki:
1. Hadis ini sudah tidak asing lagi bagi mereka yang sering mengkaji hadis-hadis Bukhari Muslim, namun anehnya para “ustadz” Wahabi seolah-olah tidak pernah mendengar hadis ini sehingga dengan nekadnya mencerca Muslim Syiah bahwa mereka (Muslim Syiah) mengambil akidah 12 imam dari Yahudi dan Nasrani.
Oleh karena itu saya persilahkan pembaca membuka kitab hadis :
– Shahih Bukhari, hadis no. 6682.
– Shahih Muslim, Bab Imarah, hadis no. 3393.
– Al-Tirmidzi, hadis no. 2149.
– Abu Dawud, Bab al-Mahdi, hadis no. 3731.
– Ahmad bin Hanbal, Bab 5, hlm. 87, 90, 92, 95, 97, 99, 100, 101, 106, 107, 108.
Hadis di atas saya kutip dari situs Kerajaan Saudi yang bermazhab Wahabi dan insya Allah Anda bisa langsung mengkliknya :
http://hadith.al-islam.com/bayan/display.asp?Lang=ind&ID=1060
2. Kata al-khilafah bermakna al-niyabah ‘an al-ghayr atau pengggantian juga berarti : al-imamah al-‘uzhma atau kekhalifahan atau kepemimpinan yang agung. Lihat Kamus al-Munawwir hlm. 393, Catakan th. 1984. Contoh faktualnya adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang diangkat sebagai khalifah. Dan di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Inilah dia saudaraku, penerima wasiatku (al-washî) dan khalifahku (khalîfatî)…” Rujukan :
– Târikh al-Thabarî Jilid. 2, hlm. 319, dan
– al-Kâmil fî al-Târikh li Ibni al-Atsîr Jilid. 2 hlm. 63.
Sementara itu dikalangan Muslim Syiah, Sayyidina Ali juga dianggap sebagai salah seorang dari 12 imam mereka.
3. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no. 4480.
4. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no. 4483.
5. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no. 4482.
6. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no. 4481.
7. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no. 4477.
8. Shahih Bukhari, Muslim, Abu dawud dan Tirmidzi dari sahabat Hudzaifah al-Yamani. Al-Dzahabi memasukkan dosa nammâm atau namîmah (mengadu domba) sebagai salah satu dari dosa-dosa besar. Lihat kitab al-Kabâir karangan Muhammad bin ‘Utsman al-Dzhaby.
__________________________________________
12 Imam Ahlul Bait Ada Dalam Al Qur’an
Dr. Majdi Wahbe as Syafi’i (Khatib al Azhar) berhasil menetapkan jumlah para imam Ahlul Bait (as) melalui Al Quran
Salah seorang pemerhati Agama Mesir dan Khatib Universitas al Azhar berhasil menetapkan jumlah para imam Ahlul Bait (as) melalui Al Quran. Berdasarkan laporan ini disebutkan bahwa beliau mampu membuktikan kebenaran 12 imam yang dimulai dari Imam Ali sampai Imam terakhir, yaitu Imam Mahdi (as).
Menurut kantor berita Abna, DR. Majdi Wahbe as Syafi’i berhasil menetapkan jumlah para imam Ahlul Bait (as) melalui Al Quran. Berdasarkan laporan ini disebutkan bahwa beliau mampu membuktikan kebenaran 12 imam yang
dimulai dari Imam Ali sampai Imam terakhir, yaitu Imam Mahdi (as). Berita ini disebutkan dalam salah satu majalah berita Mesir dimana di situ dijelaskan: Tak diragukan lagi bahwa jumlah/angka dalam Al Qur’an itu memiliki dalil
tersendiri. Misalnya, kata “yaum” (hari) yang berjumlah 365 kali diulang dalam Al Qur’an menunjukkan bilangan hari selama satu tahun, demikian juga kata “syaher” (bulan) yang berulang sebanyak 12 kali menunjukkan bahwa selama 1 tahun itu terdapat 12 bulan.
Kemudian laporan itu melanjukan: Kata yang merupakan derivasi (pecahan) dari “al imamah” (imam/kepemimpinan) juga berulang sebanyak 12 kali dalam Al Qur’an yang bermakna 12 imam dimana berdasarkan riwayat yang dinukil dari Nabi saw urutannya adalah dari Imam Ali (as), Imam Hasan (as) dan Imam Husain serta mencakup 9 Imam dari keturunan Imam Ketiga.
Dua belas (12) Ayat Al Quran yang mencakup kata “imam dan imamah”, yaitu:
1– سورة البقرة، الآية 124: {وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَاماً قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِين}.
2- سورة التوبة، الآية 12: {وَإِن نَّكَثُواْ أَيْمَانَهُم مِّن بَعْدِ عَهْدِهِمْ وَطَعَنُواْ فِي دِينِكُمْ فَقَاتِلُواْ أَئِمَّةَ الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لاَ أَيْمَانَ لَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَنتَهُونَ}.
3- سورة هود،الآية17: {أَفَمَن كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّهِ وَيَتْلُوهُ شَاهِدٌ مِّنْهُ وَمِن قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى إَمَاماً وَرَحْمَةً أُوْلَـئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَن يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأَحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ فَلاَ تَكُ فِي مِرْيَةٍ مِّنْهُ إِنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّكَ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يُؤْمِنُونَ }.
4- سورة الاسراء، الآية70: {يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُوْلَـئِكَ يَقْرَؤُونَ كِتَابَهُمْ وَلاَ يُظْلَمُونَ فَتِيلا}.
5- سورة الانبياء، الآية 72: {وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلاةِ وَإِيتَاء الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِين}.
6- سورة القصص، الآية 5: {وَنُرِيدُ أَن نَّمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الاَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِين}.
7- سورة الحجر، الآية 79: {فَانتَقَمْنَا مِنْهُمْ وَإِنَّهُمَا لَبِإِمَامٍ مُّبِينٍ }.
8- سورة السجدة، الآية 24: {وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُون}.
9- سورة يس، الآية 12: {إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ }.
10- سورة القصص، الآية 41: {وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لا يُنصَرُون}.
11- سورة الفرقان، الآية 74: {وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً}.
12- سورة الأحقاف، الآية 12: {وَمِن قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى إِمَاماً وَرَحْمَةً وَهَذَا كِتَابٌ مُّصَدِّقٌ لِّسَاناً عَرَبِيّاً لِّيُنذِرَ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَبُشْرَى لِلْمُحْسِنِينَ}.
Yang menarik Khatib Masjid al Azhar ini juga membuktikan bahwa yang dimaksud Ahlul Bait –sebagaimana yang termaktub dalam surah al Ahzab, ayat 33 itu hanya 5 orang (yaitu Rasul saw, Ali, Fatimah, Hasan dan Husain) dan sama sekali tidak
mencakup istri-istri Nabi saw, sebagaimana diriwayatkan sendiri oleh Ummu Salamah. Hal ini ditegaskan oleh Nabi saw dalam hadisnya yang terkenal dengan “hadis kisa”. (Kisa berarti kain penutup). Beliau menyatakan bahwa kata kisa’ pun lima kali disebutkan dalam al Quran, yaitu:
1- سورة البقرة، الآية 233: {وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَن يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ وَعلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ لاَ تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلاَّ وُسْعَهَا لاَ تُضَآرَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلاَ مَوْلُودٌ لَّهُ بِوَلَدِهِ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالاً عَن تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَا وَإِنْ أَرَدتُّمْ أَن تَسْتَرْضِعُواْ أَوْلاَدَكُمْ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُم مَّا آتَيْتُم بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِير}.
2- سورة البقرة، الآية 259: {أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىَ يُحْيِـي هَـَذِهِ اللّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا فَأَمَاتَهُ اللّهُ مِئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْماً أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِئَةَ عَامٍ فَانظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ وَانظُرْ إِلَى حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِّلنَّاسِ وَانظُرْ إِلَى العِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْماً فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير}.
3- سورة المائدة، الآية 89: {لاَ يُؤَاخِذُكُمُ اللّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَـكِن يُؤَاخِذُكُم بِمَا عَقَّدتُّمُ الأَيْمَانَ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُواْ أَيْمَانَكُمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون}.
4- سورة المؤمنون، الآية 14: {ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَاماً فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْماً ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِين}.
5- سورة النساء، الآية 5: {وَلاَ تُؤْتُواْ السُّفَهَاء أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللّهُ لَكُمْ قِيَاماً وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُواْ لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفا}.
Muhammad Rasulullah , Imam Ali, Sayyidah Fathimah az Zahra, Imam Hasan, Imam Husayn a.s.
__________________________________
Pendapat Ulama Sunni Tentang 12 Pemimpin
BAGIAN I
Hadis 12 Pemimpin
روى جابر بن سَمُرة فقال: سمعتُ النبيّ صلّي الله عليه [وآله] وسلّم يقول: يكون اثنا عشر أميراً. فقال كلمةً لم أسمعها، فقال أبي: أنّه قال: كلّهم من قريش.
Jabir bin Samurah meriwayatkan, “Aku mendengar Nabi (saww) berkata” :”Kelak akan ada Dua Belas Pemimpin.” Ia lalu melanjutkan kalimatnya yang saya tidak mendengarnya secara jelas. Ayah saya mengatakan, bahwa Nabi menambahkan, ”Semuanya berasal dari suku Quraisy.”[Sahih Bukhari (inggris), Hadits: 9.329, Kitabul Ahkam; Sahih al-Bukhari (arab) , 4:165, Kitabul Ahkam].
BAGIAN II
Pendapat Para Ulama Sunni
Ibn Arabi;
…فعددنا بعد رسول الله صلّي الله عليه [وآله] وسلّم اثني عشر أميرًا، فوجدنا أبابكر، عمر، عثمان، عليًّا، الحسن، معاوية، يزيد، معاوية بن يزيد، مروان، عبد الملك بن مروان، الوليد، سليمان، عمر بن عبد العزيز، يزيد بن عبدالملك ، مروان بن محمد بن مروان، السفّاح،… وبعده سبعة وعشرون خليفة بن بني العبّاس. وإذا عددنا منهم اثني عشر انتهي العدد بالصّورة إلي سليمان بن عبد الملك. وإذا عددناهم بالمعني كان معنا منهم خمسة، الخلفاء الاربعة، وعمر بن عبد العزيز.
ولم أعلم للحديث معني. ابن العربيّ، «شرح سنن التّرمذيّ» 9: 68 ـ 69
Kami telah menghitung pemimpin (Amir-Amir) sesudah Nabi (sawa) ada dua belas. Kami temukan nama-nama mereka itu sebagai berikut: Abubakar, Umar, Usman, Ali, Hasan, Muawiyah, Yazid, Muawiyah bin Yazid, Marwan, Abdul Malik bin Marwan, Yazid bin Abdul Malik, Marwan bin Muhammad bin Marwan, As-Saffah… Sesudah ini ada lagi 27 khalifah Bani Abbas.
Jika kita perhitungkan 12 dari mereka, kita hanya sampai pada Sulaiman. Jika kita ambil apa yang tersurat saja, kita cuma mendapatkan 5 orang di antara mereka dan kepadanya kita tambahkan 4 ‘Khalifah Rasyidin’, dan Umar bin Abdul Aziz….
Saya tidak paham arti hadis ini. [Ibn Arabi, Syarh Sunan Tirmidzi, 9:68-69].
Qadi Iyad Al-Yahsubi;
قال: إنّه قد ولي أكثر من هذا العدد. وقال: وهذا اعتراض باطل لانّه صلّى الله عليه [وآله] وسلّم لم يقل: لايلي الاّ اثنا عشرخليفة؛ وإنّما قال: يلي. وقد ولي هذا العدد، ولايضرّ كونه وُجد بعدهم غيرهم. النوويّ: «شرح صحيح مسلم» 12: 201 ـ 202. ابن حجر العسقلانيّ: «فتح الباري» 16: 339
Jumlah khalifah yang ada lebih dari itu. Adalah keliru untuk membatasinya hanya sampai angka dua belas. Nabi (saw) tidak mengatakan bahwa jumlahnya hanya dua belas dan bahwa tidak ada tambahan lagi. Maka mungkin saja jumlahnya lebih banyak lagi. [Al-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, 12:201-202; Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari, 16:339].
Jalaludin as-Suyuti;
إنّ المراد وجود اثني عشر خليفة في جميع مدّة الاسلام إلي يوم القيامه يعملون بالحقّ وإن لم تتوال أيّامهم…وعلى هذا فقد وُجد من الاثني عشر خليفة الخلفاء الاربعة، والحسن، ومعاوية، وابن الزّبير، وعمر بن عبد العزيز، هؤلاء ثمانية. ويحتمل أن يُضمّ إليهم المهتدي من العبّاسيّين، لانّه فيهم كعمر بن عبد العزيز في بني أُميّة. وكذلك الطاهر لما اوتي من العدل، وبقي الاثنان المنتظران أحدهما المهدي لانّه من آل بيت محمّد صلّي الله عليه [وآله] وسلّم. السّيوطي: «تاريخ الخلفاء»: 12. ابن حجر الهيثميّ: الصّواعق المحرقة: 19
Ibn Hajar al-’Asqalani;
لم ألق أحدًا يقطع في هذا الحديث، يعني بشيء معيّن؛ فانّ في وجودهم في عصر واحد يوجد عين الافتراق، فلايصحّ أن يكون المراد. ابن حجر العسقلانيّ، «فتح الباري» 16: 338 ـ 341
Tidak seorang pun mengerti tentang hadis dari Sahih Bukhari ini.
Adalah tidak benar untuk mengatakan bahwa Imam-imam itu akan hadir sekaligus pada satu saat bersamaan. [Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari 16:338-341].
Ibn al-Jawzi;
وأوّل بني أُميّة يزيد بن معاوية، وآخرهم مروان الحمار. وعدّتهم ثلاثة عشر. ولايعدّ عثمان، و معاوية، ولا ابن الزّبير لكونهم صحابة. فإذا أسقطناهم منهم مروان بن الحكم للاختلاف في صحبته، أو لانّه كان متغلّبًا بعد أن اجتمع النّاسعلى عبد الله بن الزّبير صحّت العدّة…وعند خروج الخلافة من بني أُميّة وقعت الفتن العظيمة والملاحم الكثيرة حتّى استقرّت دولة بني العبّاس، فتغيّرت الاحوال عمّا كانت عليه تغيّرًا بيّنًا. ابن الجوزيّ ، «كشف المشكل» ، نقلاً عن ابن حجر العسقلانيّ في «فتح الباري» 16: 340، عن سبط ابن الجوزيّ.
Khalifah pertama Bani Umayyah adalah Yazid bin Muawiyah dan yang terakhir adalah Marwan Al-Himar. Total jumlahnya tiga belas. Usman, Muawiyah dan Ibnu Zubair tidak termasuk karena mereka tergolong Sahabat Nabi (s). Jika kita kecualikan (keluarkan) Marwan bin Hakam karena adanya kontroversi tentang statusnya sebagai Sahabat atau karena ia berkuasa padahal Abdullah bin Zubair memperoleh dukungan masyarakat, maka kita mendapatkan angka Dua Belas.… Ketika kekhalifahan muncul dari Bani Umayyah, terjadilah kekacauan yang besar sampai kukuhnya (kekuasaan) Bani Abbasiyah. Bagaimana pun, kondisi awal telah berubah total. [Ibn al-Jawzi, Kashf al-Mushkil, sebagaimana dikutip dalam Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari 16:340 dari Sibt Ibn al-Jawzi].
Al-Nawawi;
ويُحتمل أن المراد [بالائمّة الاثني عشر] مَنْ يُعَزُّ الإسلام في زمنه ويجتمع المسلمون عليه.
النوويّ، «شرح صحيح مسلم» 12: 202 ـ 203
Ia bisa saja berarti bahwa kedua belas Imam berada dalam masa (periode) kejayaan Islam. Yakni ketika Islam (akan) menjadi dominan sebagai agama. Para Khalifah ini, dalam masa kekuasaan mereka, akan menyebabkan agama menjadi mulia.[Al-Nawawi, Sharh Sahih Muslim ,12:202-203]
Al-Bayhaqi;
وقد وُجد هذا العدد (اثنا عشر) بالصفة المذكورة إلي وقت الوليد بن يزيد بن عبد الملك. ثمّ وقع الهرج والفتنة العظيمة…ثمّ ظهر ملك العبّاسيّة…وإنّما يزيدون على العدد المذكور في الخبر إذا تركت الصفة المذكورة فيه، أو عُدَّ منهم من كان بعد الهرج المذكور فيه.
ابن كثير: «البداية والنّهاية» 6: 249؛ السّيوطيّ، «تاريخ الخلفاء»:11
Angka (dua belas) ini dihitung hingga periode Walid bin Abdul Malik. Sesudah ini, muncul kerusakan dan kekacauan. Lalu datang masa dinasti Abbasiyah. Laporan ini telah meningkatkan jumlah Imam-imam. Jika kita abaikan karakteristik mereka yang datang sesudah masa kacau-balau itu, maka angka tadi menjadi jauh lebih banyak.” [Ibn Katsir, Ta’rikh, 6:249; Al-Suyuti, Tarikh al-KhulafaHalaman 11]
Ibn Katsir;
فهذا الّذي سلكه البيهقيّ، وقد وافقه عليه جماعة من أنّ المراد بالخلفاء الاثني عشر المذكورين في هذا الحديث هم المتتابعون إلي زمن الوليد بن يزيد بن عبد الملك الفاسق الّذي قدّمنا الحديث فيه بالذّمّ والوعيد، فانّه مسلك فيه نظر…فان اعتبرنا ولاية ابن الزبير قبل عبد الملك صاروا ستّة عشر، وعلى كلّ تقدير فهم اثنا عشر قبل عمر بن عبد العزيز. فهذا الّذي سلكه على هذا التّقدير يدخل في الاثني عشر يزيد بن معاوية، و يخرج منهم عمر بن عبد العزيز الّذي أطبق الائمّة على شكره وعلى مدحه، وعدوّه من الخلفاء الرّاشدين، وأجمع الناس قاطبة على عدله. ابن كثير، «البداية والنّهاية» 6: 249 ـ 250
Barang siapa mengikuti Bayhaqi dan setuju dengan pernyataannya bahwa kata ‘Jama’ah’ berarti Khalifah-khalifah yang datang secara tidak berurutan hingga masa Walid bin Yazid bin Abdul Malik yang jahat dan sesat itu, maka berarti ia (orang itu) setuju dengan hadis yang kami kritik dan mengecualikan tokoh-tokoh tadi.
Dan jika kita menerima Kekhalifahan Ibnu Zubair sebelum Abdul Malik, jumlahnya menjadi enam belas. Padahal jumlah seluruhnya seharusnya dua belas sebelum Umar bin Abdul Aziz. Dalam perhitungan ini, Yazid bin Muawiyah termasuk di dalamnya sementara Umar bin Abdul Aziz tidak dimasukkan. Meski demikian, sudah menjadi pendapat umum bahwa para ulama menerima Umar bin Abdul Aziz sebagai seorang Khalifah yang jujur dan adil. [Ibn Katsir, Ta’rikh, 6:249-250].
MEREKA BINGUNG ?
Kita perlu pendapat seorang ulama Sunni lain yang dapat mengklarifikasi siapa Dua Belas Penerus, Khalifah, para Amir atau Imam-imam sebenarnya.
Al-Dzahabi mengatakan dalam Tadzkirat al-Huffaz , jilid 4, halaman 298, dan Ibn Hajar al-’Asqalani menyatakan dalam al-Durar al Kaminah, jilid 1, hal. 67, bahwa Shadrudin Ibrahim bin Muhammad bin al-Hamawayh al-Juwaini al-Syafi’i adalah seorang ahli Hadis yang mumpuni.
Lebih lengkap tentang Al-Juwaini, silahkan rujuk catatan Al-Muhadits Al-Juwaini Asy-Syafi’i (ra) dan Hadis Tentang Sayyidah Fathimah sa“.
BAGIAN III
Al-Juwayni Asy-Syafi’i :
عن عبد الله بنعبّاس رضي الله عنه، عن النّبيّ صلّي الله عليه [وآله] وسلّم أنّه قال: أنا سيّد المُرسَلين، وعليّ بن أبي طالب سيّدالوصيّين، وأنّ أوصيائي بعدي اثنا عشر، أوّلهم عليّ بن أبي طالب، وآخرهم القائم.
dari Abdullah bin Abbas (ra) bahwa Nabi (sawa) mengatakan,”Saya adalah penghulu para Nabi dan Ali bin Abi Thalib adalah pemimpin para penerus, dan sesudah saya akan ada dua belas penerus. Yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah al-Qaim.”
عن ابن عبّاس رضي الله عنه، عن النبيّ صلّي الله عليه [وآله] وسلّم أنّه قال: أنّ خلفائي وأوصيائيوححج الله على الخلق بعدي لاثنا عشر، أوّلهم أخي، وآخرهم وَلَدي. قيل: يا رسول الله، ومن أخوك؟ قال: عليّ بن أبيطالب. قيل: فمن وَلَدُكَ؟ قال: المهديّ الّذي يملاها قسطًا وعدلاً كما مُلئت جورًا وظلمًا. والّذي بعثني بالحقّ بشيرًا لو لم يبق من الدّنيا الاّ يوم واحد لطَوَّل الله ذلك اليوم حتّي يخرج فيه ولدي المهدي، فينزلروح الله عيسى بن مريم فيُصلّي خلفَهُ، وتُشرق الارض بنور ربّها، ويبلغ سلطانه المشرق والمغرب.
Dari Ibnu Abbas (r) bahwa Rasulullah (sawa) berkata: ”Sudah pasti bahwa washi-washiku dan Bukti (hujjah) Allah bagi makhluk sesudahku ada dua belas. Yang pertama di antara mereka adalah saudaraku dan yang terakhir adalah anak (cucu) ku.” Orang bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah saudaramu itu?”. Beliau menjawab: “Ali bin Abi Thalib.” Lalu beliau ditanyai lagi: “ Dan siapakan anak (cucu) mu itu?” Nabi yang suci (sawa) menjawab: ”Al-Mahdi. Dia akan mengisi bumi dengan keadilan dan persamaan ketika ia (bumi) dipenuhi ketidakadilan dan tirani. Dan demi Yang Mengangatku sebagai pemberi peringatan dan memberiku kabar gembira, meski seandainya masa berputarnya dunia ini tinggal sehari saja, Allah SWT akan memperpanjang hari itu sampai diutusnya (anakku) Mahdi, kemudian ia akan disusul Ruhullah Isa bin Maryam (as) yang turun ke bumi dan berdoa di belakangnya (Mahdi). Dunia akan diterangi oleh sinarnya, dan kekuatannya akan mencapai hingga ke timur dan ke barat.”
رسول الله صلّي الله عليه [وآله] وسلّم أنّه قال: أنا، وعليّ، والحسن، والحسين، وتسعة من ولد الحسين مطهّرون معصومون. الجوينيّ، «فرائد السمطين» مؤسّسة المحموديّ للطّباعة والنشر، بيروت، 1978، ص
Rasulullah (saw) mengatakan: ”Aku dan Ali dan Hasan dan Husain dan sembilan anak cucu Husain adalah yang disucikan (dari dosa) dan dalam kebenaran.” [Al-Juwaini, Fara’id al-Simthain, Mu’assassat al-Mahmudi li-Taba’ah, Beirut 1978, h. 160.]
Di antara semua mazhab Islam, hanya Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah yang percaya pada individu-individu sebagai Dua Belas orang dari Ahlul Bait Raulullah saww yang berhak sebagai Penerus Rasulullah saww.
______________________________________
Sebagai pembanding tentang definisi Ahlul Bayt klik link berikut ini :
AHLUL BAIT TELADAN SEMPURNA
https://satuislam.wordpress.com/2009/02/28/ahlu-bait-teladan-sempurna/
KECINTAAN WAHABI/SALAFI TERHADAP AHLUL BAIT (CINTA PALSU PENUH REKAYASA POLITIK )https://satuislam.wordpress.com/2009/06/04/kecintaan-salaf-terhadap-ahlul-bait-cinta-palsu-penuh-rekayasa-politik/
MENGENAL AHLUL BAIT NABI MENURUT KAUM WAHABI
http://almanhaj.or.id/content/2937/slash/0
__________________________________________
Hadis 12 khalifah dari ahlulbait Nabi SAW SEMUA ITU ADALAH HADITS DARI KITAB-KITAB SUNNI, jadi siapa yang berpegang pada Sunnah ?? bagaimana lagi kalian mau menolaknya ?
Islam adalah keduanya (Al Quran dan Ahlul Bait) yang tidak akan terpisah hingga akhir zaman, hingga kehadiran Ahlul Bait Rasulullah yang terakhir, Imam Mahdi afs yang dinanti-natikan. Ahlul Bait adalah madrasah yang paling komplit yang mengandung berbagai khazanah ke- Islaman. Madrasah ini telah terbukti menghasilkan kader-kader yang mumpuni dan telah mempersembahkan karya-karya cemerlang bagi kehidupan umat manusia.
Sepanjang sejarah perjalanan umat manusia, polemik dan perbedaan pendapat telah menjadi keniscayaan tersendiri yang tak terelakkan. Adanya paradigma (cara pandang) yang berbeda pada umat manusia adalah konklusi dari dua jalan (kebajikan dan kejahatan) yang telah diilhamkan Allah SWT dalam diri setiap manusia (baca Qs. 90:10).
Oleh karenanya, keberadaan tolok ukur kebenaran yang menjadi rujukan semua pihak adalah suatu keniscayaan pula, yang eksistensinya bagian dari hikmah Ilahi. Allah SWT telah menurunkan kitab pedoman yang merupakan tolok ukur kebenaran dan menjadi penengah untuk menyelesaikan berbagai hal yang diperselisihkan umat manusia.
Allah SWT berfirman: “Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para Nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.” (Qs. Al-Baqarah : 213).
Ayat ini menjelaskan bahwa manusia tanpa bimbingan dan petunjuk Ilahi akan berpecah belah dan bergolong-golongan. Penggalan selanjutnya pada ayat yang sama menjelaskan pula, bahwa kedengkian dan memperturutkan hawa nafsulah yang menyebabkan manusia terlibat dalam perselisihan dan perpecahan.
Kebijaksanaan Ilahilah yang kemudian menurunkan sang Penengah (para nabi as) yang membawa kitab-kitab yang menerangi. Kitab-kitab Ilahiah terutama Al Quran memberikan petunjuk dan arahan yang jelas tentang kebenaran yang seharusnya ditempuh umat manusia.
Namun hawa nafsu, kedengkian, kedurhakaan dan juga kebodohan telah menjerumuskan manusia jauh berpaling dari mata air jernih kebenaran.
Puluhan ribu nabi telah diutus sepanjang sejarah hidup manusia di segala penjuru dunia. Umat Islam meyakini mata rantai kenabian bermula dari Nabi Adam as dan berakhir di tangan Muhammad SAW dan tidak ada lagi nabi sesudahnya.
Ditutupnya kenabian hanya bisa sesuai dengan hikmah dan falsafah diutusnya para nabi bila syariat samawi yang terakhir tersebut memenuhi seluruh kebutuhan umat manusia, di setiap masa dan di setiap tempat. Al Quran sebagai kitab samawi terakhir telah dijamin oleh Allah SWT keabadian dan keutuhannya dari berbagai penyimpangan hingga akhir masa.
Akan tetapi secara zahir Al Quran tidak menjelaskan hukum-hukum dan ajaran Islam secara mendetail. Oleh karenanya penjelasan perincian hukum menjadi tanggung jawab nabi untuk menerangkannya kepada seluruh umatnya.Sewaktu Nabi Muhammad SAW masih hidup tanggung jawab itu berada dipundaknya. Karena itu hadits-hadits Nabi Muhammad SAW menjadi hujah dan sumber autentik ajaran Islam. Namun apakah semasa hidupnya, Rasulullah SAW telah menjelaskan seluruh hukum dan syariat Islam kepada seluruh umat?.
Kalau tidak semua, siapa yang bertanggung jawab untuk menjelaskannya? Siapa pula yang bertanggung jawab menengahi silang sengketa sekiranya terjadi penafsiran yang berbeda tentang ayat-ayat Al Quran dalam tubuh umat Islam?
Saya sulit menerima jika dikatakan tanggung jawab penjelasan syariat Islam pasca Rasul jatuh ke tangan para sahabat. Sementara untuk contoh sederhana sahabat sendiri berbeda pendapat bagaimana cara Rasululullah melakukan wudhu dan salat yang benar, padahal Rasul mempraktikkan wudhu dan salat bertahun-tahun di hadapan mereka.
Untuk persoalan wudhu saja mereka menukilkan pendapat yang berbeda-beda, karenanya pada masalah yang lebih rumit sangat mungkin terjadi penukilan yang keliru. Ataupun tanggung jawab penafsiran Al Quran jatuh kepada keempat imam mazhab yang untuk sekadar menafsirkan apa yang dimaksud debu pada surah Al-Maidah ayat 6 saja sulit menemukan kesepakatan.
Kata mazhab Syafi’i debu meliputi pasir dan tanah, tanah saja kata Hanbali; tanah, pasir, batuan, salju dan logam kata Maliki; tanah, pasir dan batuan kata Hanafi (al-Mughniyah, 1960; Al-Jaziri, 1986).
Petunjuk Umat
Islam hanya dapat ditawarkan sebagai agama yang sempurna, yang dapat memenuhi segala kebutuhan manusia jika di dalam agama itu sendiri tidak terdapat perselisihan dan perpecahan. Karenanya, hikmah Ilahi meniscayakan adanya orang-orang yang memiliki kriteria seperti yang dimiliki Nabi Muhammad SAW untuk memberikan bimbingan kepada umat manusia di setiap masa tentunya selain syariat.
Ilmu yang mereka miliki tidak terbatas dengan apa yang pernah disampaikan Nabi Muhammad SAW (sebagaimana maklum Nabi tidak sempat menjelaskan semua tentang syariat Islam) namun juga memiliki potensi mendapatkan ilmu langsung dari Allah SWT ataupun melalui perantara sebagaimana ilham yang diterima Siti Maryam dan ibu nabi Musa as (Lihat Qs. Ali-Imran : 42, Thaha:38).
Mereka menguasai ilmu Al Quran sebagaimana penguasaan nabi Muhammad SAW sehingga ucapan-ucapan merekapun merupakan hujjah dan sumber autentik ajaran Islam. Masalah ini berkaitan dengan Al Quran sebagai mukjizat, berkaitan dengan kedalaman dan ketinggian Al Quran, sehingga hukumnya membutuhkan penafsir dan pengulas.
Al Quran adalah petunjuk untuk seluruh ummat manusia sampai akhir zaman karenanya akan selalu berlaku dan akan selalu ada yang akan menjelaskannya sesuai dengan pengetahuan Ilahi. “Sungguh, Kami telah mendatangkan kitab (Al Quran) kepada mereka, yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Al-A’raf :52).
Pada ayat lain, Allah SWT berfirman, “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. ” (Qs. An-Nahl : 64).
Dengan pemahaman seperti ini maka jelaslah maksud dari penggalan hadits Rasulullah, Kutinggalkan bagi kalian dua hal yang berharga, Al Quran dan Ahlul Baitku. (HR Muslim). Bahwa keduanya Al Quran dan Ahlul Bait adalah dua hal yang tak terpisahkan hingga hari kiamat, memisahkan satu sama lain akibatnya adalah kesesatan dan di luar dari koridor ajaran Islam itu sendiri.
Penyimpangan
Rasul menyebut keduanya (Al Quran dan Ahlul Baitnya) sebagai Tsaqalain yakni sesuatu yang sangat berharga. Keduanya saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan. Penerus nabi adalah orang-orang yang tahu interpretasi ayat-ayat Al Quran sesuai dengan makna sejatinya, sesuai dengan karakter esensial Islam, sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT.
Rasulullah menjamin bahwa siapapun yang bersungguh-sungguh dan berpegang pada kedua tsaqal ini, maka tidak akan pernah mengalami kesesatan. Kemunduran dan penyimpangan kaum Muslimin terjadi ketika mencoba memisahkan kedua tsaqal ini.
Islam adalah keduanya (Al Quran dan Ahlul Bait) yang tidak akan terpisah hingga akhir zaman, hingga kehadiran Ahlul Bait Rasulullah yang terakhir, Imam Mahdi afs yang dinanti-natikan. Ahlul Bait adalah madrasah yang paling komplit yang mengandung berbagai khazanah ke- Islaman. Madrasah ini telah terbukti menghasilkan kader-kader yang mumpuni dan telah mempersembahkan karya-karya cemerlang bagi kehidupan umat manusia.
Imam Ja’far Shadiq (fiqh), Jalaluddin Rumi (tasawuf), Ibnu Sina (kedokteran), Mullah Sadra (Filsafat), Allamah Taba’tabai (tafsir) dan Imam Khomeini (politik), sebagian kecil orang-orang besar yang terlahir dari madrasah ini.
Nih bukti2 hadits 12 imam dari kitab2 sunni yang ditolak oleh sunni sendiri :
Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang ingin hidup seperti hidupku dan wafat seperti wafatku serta masuk ke surga yang telah dijanjikan kepadaku oleh Tuhanku yaitu Jannatul Khuld, maka hendaklah berwilayah kepada Ali dan keturunan sesudahnya, karena sesungguhnya mereka tidak akan mengeluarkan kamu dari pintu petunjuk dan tidak akan memasukkan kamu ke pintu kesesatan” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Bukhari juz 5, Sahih Muslim juz 2; Adzahabi dalam kitabnya Mizanul I’tidal juz 4; Al-Khawarizmi dalam kitabnya Al-Manaqib, Al-Qunduzi Al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah; Ibnu Hajar Asqalani as-Syafi’i dalam kitabnya Al-Ishabah juz 1).
Rasulullah saw bersabda, “Wahai manusia! Hormatilah Ali karena Allah telah mengkaruniakan kelebihan kepadanya. Terimalah Ali karena Allah telah melantiknya untuk kalian. Wahai manusia! Sesungguhnya Ali adalah imam dari Allah. Allah sekali-kali tidak akan menerima taubat seorang yang mengingkari wilayahnya. Dan Allah sekali-kali tidak akan mengampuninya. Sudah pasti Allah akan melakukan hal demikian ini terhadap orang yang menyalahi perintah-Nya mengenainya. Dan Dia akan menyiksanya dengan siksaan pedih yang berpanjangan. Lantaran itu kalian berhati-hatilah supaya kalian tidak menyalahinya. Justru itu kalian akan dibakar di neraka di mana bahan bakarnya adalah manusia dan batu disediakan kepada orang-orang yang ingkar” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi` al-Mawaddah; al-Khawarizmi dalam kitabnya al-Manaqib; Ibnu Hajar dalam kitabnya Tahdhib al-Tahdhib juz 1).
Rasulullah saw bersabda, “Wahai manusia! Dengan akulah demi Allah, para Nabi dan Rasul yang terdahulu diberi khabar gembira. Aku adalah penutup para Nabi dan Rasul. Akulah hujjah atas semua makhluk di bumi dan di langit. Barangsiapa yang meragukan Ali adalah kafir sebagaimana kafir jahiliyah. Dan barangsiapa yang meragukan sabdaku ini, berarti dia meragukan seluruhnya. Orang yang meragukannya adalah neraka sebagai balasannya” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah; al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak juz 3).
Rasulullah saw bersabda, “Ali adalah pemimpin setiap orang yang beriman sesudahku” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Tirmidzi, juz 5; Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-mawaddah; Al-Khawarizmi al-Hanafi dalam kitabnya Al-Manaqib; Ibnu Hajar dalam kitabnya Al-Ishabah juz 2; An-Nasa’i As-Syafi’i dalam kitabnya Khashaish Amirul Mukminin; Ibnu Asakir as-Syafi’i dalam kitabnya Tarjamah Ali bin Abi Thalib dalam Tarikh Damsyiq juz 1; Ibnu Atsir dalam kitabnya Jami’ al-Ushul juz 9).
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mati tanpa ketaatan (kepada seorang imam), mati sebagai murtad dan kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Ahmad ibn Hanbal dalam kitabnya Musnad Ahmad, juz 3).
“Barangsiapa yang mati tanpa berbaiat (terhadap seorang imam), maka ia mati sebagai kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim).
“Barangsiapa mati dan tidak memiliki seorang imam, ia mati sebagai seorang kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Mu’jam al-Kabir juz 10).
“Selama masih ada paling sedikit dua orang (di dunia), persoalan ini (kekhalifahan) tetap berada di tangan Quraisy.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim, Sahih Bukhari, Musnad Ahmad)
“Barangsiapa yang mati tanpa seorang imam, maka ia mati sebagai kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Musnad Ahmad juz 4).
“Barangsiapa yang mati tidak memiliki imam umatnya, maka ia mati sebagai seorang kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Hakim dalam kitabnya Mustadrak juz 1).
Dari Ali mengatakan bahwa Rasulullah saw ketika menafsirkan ayat al-Qur’an, ‘(ingatlah) suatu hari ketika Kami memanggil setiap orang dengan imamnya’ (QS.Al-Isra:71) beliau bersabda, ‘Setiap kelompok akan dipanggil dengan imam zamannya.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Ad-Durr al-Mantsur juz 4; AL-Qurthubi dalam kitabnya Tafsir).
Jabir berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 pemimpin dan khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang tidak bisa kudengar. Ayahku berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan Quraisy.’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Bukhari juz 4; Sahih Muslim; Sahih Tirmidzi; Sunan Abu Dawud; Musnad Ahmad).
Jabir meriwayatkan, “Aku dan ayahku pergi menemui Rasulullah saw. Kami mendengarnya bersabda, ‘Persoalan ini (kekhalifahan) tidak akan berakhir sampai datang 12 khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang tidak kudengar aku menanyakan pada ayahku apa yang Rasulullah saw sabdakan. Beliau saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan Quraisy.’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim).
Rasulullah saw bersabda, “Agama Islam akan tetap berdiri sampai 12 khalifah, yang semuanya dari golongan Quraisy, memerintah atas kamu.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim; Syarah Nawawi)
Jabir berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 imam dan pemimpin setelahku.” Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tak dapat kumengerti. Aku menanyakan pada seseorang di sampingku tentang itu. Ia berkata, “Semuanya dari golongan Quraisy’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih At-Tirmidzi juz 2)
Rasulullah saw bersabda, “Terdapat 12 khalifah untuk umat (Islam) ini.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Musnad Ahmad juz 5).
Rasulullah saw bersabda, “Agama ini akan tetap agung sampai datang 12 imam.” Mendengar hal ini, orang-orang mengagungkan Allah dengan berkata Allahu Akbar dan menangis keras. Kemudian beliau saw mengatakan sesuatu dengan suara yang pelan. “Aku bertanya pada ayahku, ‘Apa yang beliau katakan?’ ‘Mereka semua dari golongan Quraisy,’ jawabnya.’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Abu Dawud juz 2).
Awn mengutip ayahnya Abu Juhayfah sebagai berikut, “Aku dan pamanku sedang bersama Rasulullah saw, ketika itu beliau bersabda, “Urusan umatku akan terus berlalu sampai datang 12 khalifah.’ Kemudian beliau memelankan suaranya. Aku bertanya oleh Rasulullah saw. Ia menjawab, ‘Wahai anakku!’ Rasulullah saw bersabda bahwa mereka semua dari golongan Quraisy’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Mustadrak ‘ala ash-Shahihayn juz 3).
Masyruq berkata, “Kami duduk dengan Abdullah bin Mas’ud, mempelajari al-Qur’an darinya. Seseorang bertanya padanya, ‘Apakah engkau menanyakan kepada Rasulullah saw berapa khalifah yang akan memerintah umat ini?’ Ibnu Mas’ud menjawab, ‘Tentu saja kami menanyakan hal ini kepada Rasulullah saw dan beliau menjawab, ’12, seperti jumlah pemimpin suku Bani Israil.’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Musnad Ahmad juz 1).
Jabir meriwayatkan, “Aku dan ayahku sedang berhadapan dengan Rasulullah saw ketika beliau bersabda, ‘Pemerintahan dan khalifah umat islam ini akan berjumlah 12. mereka tidak akan menderita meskipun orang-orang tidak memberikan pertolongan.’ Dan menambahkan sesuatu yang tidak kudengar. Aku menanyakan pada ayahku tentang hal itu, ‘Rasulullah saw mengatakan bahwa mereka semua dari golongan Quraisy,’ jawabnya’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Mu’jam Al-Kabir oleh Thabrani juz 2).
Dalil 12 Imam adalah Dari Bani Hasyim
Hadis-hadis tentang 12 imam adalah sahih dan mutawatir, mereka semua dari golongan Quraisy. Sekarang dari bani apakah mereka?
Jabir berkata, “Aku dan ayahku berada di hadapan Rasulullah saw ketika beliau bersabda, ‘Akan ada 12 khalifah setelahku.’ Kemudian beliau memelankan suaranya. Aku bertanya pada ayahku apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw dengan pelan. Ia menjawab bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Mereka semua berasal dari Bani Hasyim!’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Qunduzi Al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ Al-Mawaddah, Maktabah Ibnu Taymiyah).
Siapakah 12 Imam Itu?
Siapakah mereka (Imam 12)? Keluarga suci (Ahlulbait) Nabi? Sahabat Nabi? Berikut ini adalah dalil-dalil Sahihnya dari kitab-kitab Ahlussunnah.
Dari Ibnu Abbas, “Rasulullah saw bersabda, ‘Barangsiapa ingin hidup dan mati sepertiku dan ditempatkan di surga ‘Adn yang diciptakan Allah, maka harus mengikuti Ali dan penerusnya dan para imam setelahku, karena mereka adalah Ahlulbaitku. Mereka diciptakan dari tanahku dan diberikan pengetahuan. Kesengsaraan bagi orang yang menolak derajat ketinggian mereka. Kesengsaraan bagi orang yang menolak hubungan mereka dengaku. Semoga Allah mencabutnya dari syafaat mereka’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Hilyat Al-Awliya juz 1).
Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Rasulullah saw menyelesaikan shalat yang pertama bersama kami, kemudian membalik badan menghadap kami dan bersabda, ‘Wahai para sahabatku, Ahlulbaitku di sisimu adalahseperti perahu Nuh dan gerbang Tobat. Maka setelahku, berpegang teguhlah pada Ahlulbaiku, pengikut kebenaran dan keturunanku. Dan pasti kalian tidak akan tersesat’ beliau di tanya,’Wahai Rasulullah, ada berapa jumlah imam setelahmu?’ Beliau menjawab, ‘Mereka berjumlah 12 dari Ahlulbaitku’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : HR. Al-Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrak Ash-Shahihain, juz 2, Al-Hakim berkata hadits ini Sahih; Musnad al-Firdaus).
Seorang Yahudi memanggil Na’tsal untuk datang menemui Rasulullah saw dan berkata, “Wahai Muhammad! Aku memiliki beberapa pertanyaan yang telah lama kusimpan. Jika engkau dapat menjawabnya, maka aku akan mameluk Islam dengan pertolonganmu.” Rasulullah saw bersabda, “Wahai Abu Amarah! Engkau dapat menanyakannya padaku!” Ia bertanya, “Wahai Muhammad! Bertahukanlah kepadaku penerus-penerusmu, karena tidak ada Rasul tanpa penerus.” Rasulullah saw menjawab, “Penerusku adalah Ali bin Abi Thalib dan setelahnya adalah kedua cucuku Al-Hasan dan Al-Husain, yang setelahnya akan ada 9 imam dari keturunan al-Husain yang datang secara berurutan.” Kemudian Yahudi itu berkata, “Sebutkan nama-nama mereka, wahai Muhammad!” Rasulullah saw menyatakan, “Setelah al-Husain akan ada putranya Ali (Zainal Abidin), setelahnya Muhammad (Al-Baqir), setelahnya Ja’far (Ash-Shadiq), setelahnya Musa (Al-Kazhim), setelahnya Ali (Ar-Ridha), setelahnya Muhammad (Al-Jawad) setelahnya Ali (Al-Hadi), setelahnya Hasan (Al-Asykari) dan setelah Hasan putranya Hujjah Muhammad Al-Mahdi. Maka jumlah mereka ada 12 imam.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah).
PERLU DIGARIS BAWAHI Hadis 12 khalifah dari ahlulbait Nabi SAW SEMUA ITU ADALAH HADITS DARI KITAB-KITAB SUNNI, jadi siapa yang berpegang pada Sunnah ??
bagaimana lagi kalian mau menolaknya?
Bagaimana kita tidak heran terhadap mereka itu yang membanggakan diri sebagai Ahlussunnah, padahal mereka telah meninggalkan yang berharga yakni Kitabullah dan keluarga Rasul betapapun mereka sendiri telah meriwayatkan hadis tersebut dan menshahihkannya…?.
Sesungguhnya mereka itu tidak berpegang baik pada Al-Qur’an maupun pada keluarga Rasul, sebab dengan meninggalkan keluarga Rasul yang suci itu berarti mereka telah meninggalkan Al-Qur’an, karena hadis yang mulia menetapkannya bahwa Al-Qur’an dan keluarga Rasul itu tidak pernah berpisah selama-lamanya, sebagaimana Rasulullah telah menyatakan hal itu dengan sabdanya: “Tuhan Yang Maha Halus lagi Maha Sadar telah memberitahukan padaku bahwa keduanya yakni Aal-Qur’an dan keluarga Rasul tidak akan pernah berpisah sehingga menemui aku di telaga surga.”(Imam Ahmad dalam Musnad-nya, V, hal. 189, dan al-Hakim dalam Mustadark, III, hal. 148 dan ia menyatakan shahih menurut syarat Bukhari Muslim.)
Masalah Kekhalifahan adalah masalah yang sangat penting dalam Islam. Masalah ini adalah dasar penting dalam penerapan kehidupan keislaman, setidaknya begitu yang saya tahu . Kata Khalifah sendiri menyiratkan makna yang beragam, bisa sesuatu dimana yang lain tunduk kepadanya, sesuatu yang menjadi panutan, sesuatu yang layak diikuti, sesuatu yang menjadi pemimpin, sesuatu yang memiliki kekuasaan dan mungkin masih ada banyak lagi
Saat Sang Rasulullah SAW yang mulia masih hidup maka tidak ada alasan untuk Pribadi Selain Beliau SAW untuk menjadi khalifah bagi umat Islam. Hal ini cukup jelas kiranya karena sebagai sang Utusan Tuhan maka Sang Rasul SAW lebih layak menjadi seorang Khalifah. Sang Rasul SAW adalah Pribadi yang Mulia, Pribadi yang selalu dalam kebenaran, dan Pribadi yang selalu dalam keadilan. Semua ini sudah jelas merupakan konsekuensi dasar yang logis bahwa Sang Rasulullah SAW adalah Khalifah bagi umat Islam.
Lantas bagaimana kiranya jika Sang Rasul SAW wafat? siapakah Sang Khalifah pengganti Beliau SAW? Atau justru kekhalifahan itu sendiri menjadi tidak penting. Pembicaraan ini bisa sangat panjang dan bagi sebagian orang akan sangat menjemukan. Dengan asumsi bahwa kekhalifahan akan terus ada maka Sang khalifah setelah Rasulullah SAW bisa berupa:
1. Khalifah yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW
2. Khalifah yang diangkat oleh Umat Islam
Kedua Premis di atas masih mungkin terjadi dan tulisan ini belum akan membahas secara rasional premis mana yang benar atau lebih benar. Tulisan kali ini hanya akan menunjukkan adanya suatu riwayat dimana Sang Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa Ahlul Bait adalah Khalifah bagi Umat Islam. Bagaimana sikap orang terhadap riwayat ini maka itu jelas bukan urusan penulis
Dari Zaid bin Tsabit RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda“Sesungguhnya Aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian dua Khalifah yaitu Kitab Allah yang merupakan Tali yang terbentang antara bumi dan langit, serta KeturunanKu Ahlul BaitKu. Keduanya tidak akan berpisah sampai menemuiKu di Telaga Surga Al Haudh. (Hadis Ini diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dalam Musnad Ahmad jilid 5 hal 182, Syaikh Syuaib Al Arnauth dalam Takhrij Musnad Ahmad menyatakan bahwa hadis ini shahih. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir jilid 5 hal 154, Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid jilid 1 hal 170 berkata “para perawi hadis ini tsiqah”. Hadis ini juga disebutkan olehAs Suyuthi dalam Jami’ Ash Shaghir hadis no 2631 dan beliau menyatakan hadis tersebut Shahih.)
Hadis di atas adalah Hadis Tsaqalain dengan matan yang khusus menggunakan kata Khalifah. Hadis ini adalah hadis yang Shahih sanadnya dan dengan jelas menyatakan bahwa Al Ithrah Ahlul Bait Nabi SAW adalah Khalifah bagi Umat islam.Oleh karena itu Premis bahwa Sang Khalifah setelah Rasulullah SAW itu ditunjuk dan diangkat oleh Rasulullah SAW adalah sangat beralasan
Selamat menempuh ujian Allah SWT !!!
Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang ingin hidup seperti hidupku dan wafat seperti wafatku serta masuk ke surga yang telah dijanjikan kepadaku oleh Tuhanku yaitu Jannatul Khuld, maka hendaklah berwilayah kepada Ali dan keturunan sesudahnya, karena sesungguhnya mereka tidak akan mengeluarkan kamu dari pintu petunjuk dan tidak akan memasukkan kamu ke pintu kesesatan” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Bukhari juz 5, Sahih Muslim juz 2; Adzahabi dalam kitabnya Mizanul I’tidal juz 4; Al-Khawarizmi dalam kitabnya Al-Manaqib, Al-Qunduzi Al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah; Ibnu Hajar Asqalani as-Syafi’i dalam kitabnya Al-Ishabah juz 1).
Rasulullah saw bersabda, “Wahai manusia! Hormatilah Ali karena Allah telah mengkaruniakan kelebihan kepadanya. Terimalah Ali karena Allah telah melantiknya untuk kalian. Wahai manusia! Sesungguhnya Ali adalah imam dari Allah. Allah sekali-kali tidak akan menerima taubat seorang yang mengingkari wilayahnya. Dan Allah sekali-kali tidak akan mengampuninya. Sudah pasti Allah akan melakukan hal demikian ini terhadap orang yang menyalahi perintah-Nya mengenainya. Dan Dia akan menyiksanya dengan siksaan pedih yang berpanjangan. Lantaran itu kalian berhati-hatilah supaya kalian tidak menyalahinya. Justru itu kalian akan dibakar di neraka di mana bahan bakarnya adalah manusia dan batu disediakan kepada orang-orang yang ingkar” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi` al-Mawaddah; al-Khawarizmi dalam kitabnya al-Manaqib; Ibnu Hajar dalam kitabnya Tahdhib al-Tahdhib juz 1).
Rasulullah saw bersabda, “Wahai manusia! Dengan akulah demi Allah, para Nabi dan Rasul yang terdahulu diberi khabar gembira. Aku adalah penutup para Nabi dan Rasul. Akulah hujjah atas semua makhluk di bumi dan di langit. Barangsiapa yang meragukan Ali adalah kafir sebagaimana kafir jahiliyah. Dan barangsiapa yang meragukan sabdaku ini, berarti dia meragukan seluruhnya. Orang yang meragukannya adalah neraka sebagai balasannya” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah; al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak juz 3).
Rasulullah saw bersabda, “Ali adalah pemimpin setiap orang yang beriman sesudahku” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Tirmidzi, juz 5; Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-mawaddah; Al-Khawarizmi al-Hanafi dalam kitabnya Al-Manaqib; Ibnu Hajar dalam kitabnya Al-Ishabah juz 2; An-Nasa’i As-Syafi’i dalam kitabnya Khashaish Amirul Mukminin; Ibnu Asakir as-Syafi’i dalam kitabnya Tarjamah Ali bin Abi Thalib dalam Tarikh Damsyiq juz 1; Ibnu Atsir dalam kitabnya Jami’ al-Ushul juz 9).
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mati tanpa ketaatan (kepada seorang imam), mati sebagai murtad dan kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Ahmad ibn Hanbal dalam kitabnya Musnad Ahmad, juz 3).
“Barangsiapa yang mati tanpa berbaiat (terhadap seorang imam), maka ia mati sebagai kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim).
“Barangsiapa mati dan tidak memiliki seorang imam, ia mati sebagai seorang kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Mu’jam al-Kabir juz 10).
“Selama masih ada paling sedikit dua orang (di dunia), persoalan ini (kekhalifahan) tetap berada di tangan Quraisy.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim, Sahih Bukhari, Musnad Ahmad)
“Barangsiapa yang mati tanpa seorang imam, maka ia mati sebagai kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Musnad Ahmad juz 4).
“Barangsiapa yang mati tidak memiliki imam umatnya, maka ia mati sebagai seorang kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Hakim dalam kitabnya Mustadrak juz 1).
Dari Ali mengatakan bahwa Rasulullah saw ketika menafsirkan ayat al-Qur’an, ‘(ingatlah) suatu hari ketika Kami memanggil setiap orang dengan imamnya’ (QS.Al-Isra:71) beliau bersabda, ‘Setiap kelompok akan dipanggil dengan imam zamannya.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Ad-Durr al-Mantsur juz 4; AL-Qurthubi dalam kitabnya Tafsir).
Jabir berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 pemimpin dan khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang tidak bisa kudengar. Ayahku berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan Quraisy.’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Bukhari juz 4; Sahih Muslim; Sahih Tirmidzi; Sunan Abu Dawud; Musnad Ahmad).
Jabir meriwayatkan, “Aku dan ayahku pergi menemui Rasulullah saw. Kami mendengarnya bersabda, ‘Persoalan ini (kekhalifahan) tidak akan berakhir sampai datang 12 khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang tidak kudengar aku menanyakan pada ayahku apa yang Rasulullah saw sabdakan. Beliau saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan Quraisy.’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim).
Rasulullah saw bersabda, “Agama Islam akan tetap berdiri sampai 12 khalifah, yang semuanya dari golongan Quraisy, memerintah atas kamu.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim; Syarah Nawawi)
Jabir berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 imam dan pemimpin setelahku.” Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tak dapat kumengerti. Aku menanyakan pada seseorang di sampingku tentang itu. Ia berkata, “Semuanya dari golongan Quraisy’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih At-Tirmidzi juz 2)
Rasulullah saw bersabda, “Terdapat 12 khalifah untuk umat (Islam) ini.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Musnad Ahmad juz 5).
Rasulullah saw bersabda, “Agama ini akan tetap agung sampai datang 12 imam.” Mendengar hal ini, orang-orang mengagungkan Allah dengan berkata Allahu Akbar dan menangis keras. Kemudian beliau saw mengatakan sesuatu dengan suara yang pelan. “Aku bertanya pada ayahku, ‘Apa yang beliau katakan?’ ‘Mereka semua dari golongan Quraisy,’ jawabnya.’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Abu Dawud juz 2).
Awn mengutip ayahnya Abu Juhayfah sebagai berikut, “Aku dan pamanku sedang bersama Rasulullah saw, ketika itu beliau bersabda, “Urusan umatku akan terus berlalu sampai datang 12 khalifah.’ Kemudian beliau memelankan suaranya. Aku bertanya oleh Rasulullah saw. Ia menjawab, ‘Wahai anakku!’ Rasulullah saw bersabda bahwa mereka semua dari golongan Quraisy’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Mustadrak ‘ala ash-Shahihayn juz 3).
Masyruq berkata, “Kami duduk dengan Abdullah bin Mas’ud, mempelajari al-Qur’an darinya. Seseorang bertanya padanya, ‘Apakah engkau menanyakan kepada Rasulullah saw berapa khalifah yang akan memerintah umat ini?’ Ibnu Mas’ud menjawab, ‘Tentu saja kami menanyakan hal ini kepada Rasulullah saw dan beliau menjawab, ’12, seperti jumlah pemimpin suku Bani Israil.’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Musnad Ahmad juz 1).
Jabir meriwayatkan, “Aku dan ayahku sedang berhadapan dengan Rasulullah saw ketika beliau bersabda, ‘Pemerintahan dan khalifah umat islam ini akan berjumlah 12. mereka tidak akan menderita meskipun orang-orang tidak memberikan pertolongan.’ Dan menambahkan sesuatu yang tidak kudengar. Aku menanyakan pada ayahku tentang hal itu, ‘Rasulullah saw mengatakan bahwa mereka semua dari golongan Quraisy,’ jawabnya’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Mu’jam Al-Kabir oleh Thabrani juz 2).
Dalil 12 Imam adalah Dari Bani Hasyim
Hadis-hadis tentang 12 imam adalah sahih dan mutawatir, mereka semua dari golongan Quraisy. Sekarang dari bani apakah mereka?
Jabir berkata, “Aku dan ayahku berada di hadapan Rasulullah saw ketika beliau bersabda, ‘Akan ada 12 khalifah setelahku.’ Kemudian beliau memelankan suaranya. Aku bertanya pada ayahku apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw dengan pelan. Ia menjawab bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Mereka semua berasal dari Bani Hasyim!’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Qunduzi Al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ Al-Mawaddah, Maktabah Ibnu Taymiyah).
Siapakah 12 Imam Itu?
Siapakah mereka (Imam 12)? Keluarga suci (Ahlulbait) Nabi? Sahabat Nabi? Berikut ini adalah dalil-dalil Sahihnya dari kitab-kitab Ahlussunnah.
Dari Ibnu Abbas, “Rasulullah saw bersabda, ‘Barangsiapa ingin hidup dan mati sepertiku dan ditempatkan di surga ‘Adn yang diciptakan Allah, maka harus mengikuti Ali dan penerusnya dan para imam setelahku, karena mereka adalah Ahlulbaitku. Mereka diciptakan dari tanahku dan diberikan pengetahuan. Kesengsaraan bagi orang yang menolak derajat ketinggian mereka. Kesengsaraan bagi orang yang menolak hubungan mereka dengaku. Semoga Allah mencabutnya dari syafaat mereka’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Hilyat Al-Awliya juz 1).
Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Rasulullah saw menyelesaikan shalat yang pertama bersama kami, kemudian membalik badan menghadap kami dan bersabda, ‘Wahai para sahabatku, Ahlulbaitku di sisimu adalahseperti perahu Nuh dan gerbang Tobat. Maka setelahku, berpegang teguhlah pada Ahlulbaiku, pengikut kebenaran dan keturunanku. Dan pasti kalian tidak akan tersesat’ beliau di tanya,’Wahai Rasulullah, ada berapa jumlah imam setelahmu?’ Beliau menjawab, ‘Mereka berjumlah 12 dari Ahlulbaitku’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : HR. Al-Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrak Ash-Shahihain, juz 2, Al-Hakim berkata hadits ini Sahih; Musnad al-Firdaus).
Seorang Yahudi memanggil Na’tsal untuk datang menemui Rasulullah saw dan berkata, “Wahai Muhammad! Aku memiliki beberapa pertanyaan yang telah lama kusimpan. Jika engkau dapat menjawabnya, maka aku akan mameluk Islam dengan pertolonganmu.” Rasulullah saw bersabda, “Wahai Abu Amarah! Engkau dapat menanyakannya padaku!” Ia bertanya, “Wahai Muhammad! Bertahukanlah kepadaku penerus-penerusmu, karena tidak ada Rasul tanpa penerus.” Rasulullah saw menjawab, “Penerusku adalah Ali bin Abi Thalib dan setelahnya adalah kedua cucuku Al-Hasan dan Al-Husain, yang setelahnya akan ada 9 imam dari keturunan al-Husain yang datang secara berurutan.” Kemudian Yahudi itu berkata, “Sebutkan nama-nama mereka, wahai Muhammad!” Rasulullah saw menyatakan, “Setelah al-Husain akan ada putranya Ali (Zainal Abidin), setelahnya Muhammad (Al-Baqir), setelahnya Ja’far (Ash-Shadiq), setelahnya Musa (Al-Kazhim), setelahnya Ali (Ar-Ridha), setelahnya Muhammad (Al-Jawad) setelahnya Ali (Al-Hadi), setelahnya Hasan (Al-Asykari) dan setelah Hasan putranya Hujjah Muhammad Al-Mahdi. Maka jumlah mereka ada 12 imam.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah).
PERLU DIGARIS BAWAHI Hadis 12 khalifah dari ahlulbait Nabi SAW SEMUA ITU ADALAH HADITS DARI KITAB-KITAB SUNNI, jadi siapa yang berpegang pada Sunnah ??
bagaimana lagi kalian mau menolaknya?
Bagaimana kita tidak heran terhadap mereka itu yang membanggakan diri sebagai Ahlussunnah, padahal mereka telah meninggalkan yang berharga yakni Kitabullah dan keluarga Rasul betapapun mereka sendiri telah meriwayatkan hadis tersebut dan menshahihkannya…?.
Sesungguhnya mereka itu tidak berpegang baik pada Al-Qur’an maupun pada keluarga Rasul, sebab dengan meninggalkan keluarga Rasul yang suci itu berarti mereka telah meninggalkan Al-Qur’an, karena hadis yang mulia menetapkannya bahwa Al-Qur’an dan keluarga Rasul itu tidak pernah berpisah selama-lamanya, sebagaimana Rasulullah telah menyatakan hal itu dengan sabdanya: “Tuhan Yang Maha Halus lagi Maha Sadar telah memberitahukan padaku bahwa keduanya yakni Aal-Qur’an dan keluarga Rasul tidak akan pernah berpisah sehingga menemui aku di telaga surga.”(Imam Ahmad dalam Musnad-nya, V, hal. 189, dan al-Hakim dalam Mustadark, III, hal. 148 dan ia menyatakan shahih menurut syarat Bukhari Muslim.)
Masalah Kekhalifahan adalah masalah yang sangat penting dalam Islam. Masalah ini adalah dasar penting dalam penerapan kehidupan keislaman, setidaknya begitu yang saya tahu . Kata Khalifah sendiri menyiratkan makna yang beragam, bisa sesuatu dimana yang lain tunduk kepadanya, sesuatu yang menjadi panutan, sesuatu yang layak diikuti, sesuatu yang menjadi pemimpin, sesuatu yang memiliki kekuasaan dan mungkin masih ada banyak lagi
Saat Sang Rasulullah SAW yang mulia masih hidup maka tidak ada alasan untuk Pribadi Selain Beliau SAW untuk menjadi khalifah bagi umat Islam. Hal ini cukup jelas kiranya karena sebagai sang Utusan Tuhan maka Sang Rasul SAW lebih layak menjadi seorang Khalifah. Sang Rasul SAW adalah Pribadi yang Mulia, Pribadi yang selalu dalam kebenaran, dan Pribadi yang selalu dalam keadilan. Semua ini sudah jelas merupakan konsekuensi dasar yang logis bahwa Sang Rasulullah SAW adalah Khalifah bagi umat Islam.
Lantas bagaimana kiranya jika Sang Rasul SAW wafat? siapakah Sang Khalifah pengganti Beliau SAW? Atau justru kekhalifahan itu sendiri menjadi tidak penting. Pembicaraan ini bisa sangat panjang dan bagi sebagian orang akan sangat menjemukan. Dengan asumsi bahwa kekhalifahan akan terus ada maka Sang khalifah setelah Rasulullah SAW bisa berupa:
1. Khalifah yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW
2. Khalifah yang diangkat oleh Umat Islam
Kedua Premis di atas masih mungkin terjadi dan tulisan ini belum akan membahas secara rasional premis mana yang benar atau lebih benar. Tulisan kali ini hanya akan menunjukkan adanya suatu riwayat dimana Sang Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa Ahlul Bait adalah Khalifah bagi Umat Islam. Bagaimana sikap orang terhadap riwayat ini maka itu jelas bukan urusan penulis
Dari Zaid bin Tsabit RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda“Sesungguhnya Aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian dua Khalifah yaitu Kitab Allah yang merupakan Tali yang terbentang antara bumi dan langit, serta KeturunanKu Ahlul BaitKu. Keduanya tidak akan berpisah sampai menemuiKu di Telaga Surga Al Haudh. (Hadis Ini diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dalam Musnad Ahmad jilid 5 hal 182, Syaikh Syuaib Al Arnauth dalam Takhrij Musnad Ahmad menyatakan bahwa hadis ini shahih. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir jilid 5 hal 154, Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid jilid 1 hal 170 berkata “para perawi hadis ini tsiqah”. Hadis ini juga disebutkan olehAs Suyuthi dalam Jami’ Ash Shaghir hadis no 2631 dan beliau menyatakan hadis tersebut Shahih.)
Hadis di atas adalah Hadis Tsaqalain dengan matan yang khusus menggunakan kata Khalifah. Hadis ini adalah hadis yang Shahih sanadnya dan dengan jelas menyatakan bahwa Al Ithrah Ahlul Bait Nabi SAW adalah Khalifah bagi Umat islam.Oleh karena itu Premis bahwa Sang Khalifah setelah Rasulullah SAW itu ditunjuk dan diangkat oleh Rasulullah SAW adalah sangat beralasan
Selamat menempuh ujian Allah SWT !!!
_______________________________________
Setelah-Ku (Kata Rasulullah Saw) ada Dua Belas Khalifah
Wajib Beriman kepada Dua Belas Khalîfah Nabi saw
Khilâfah atau imâmah adalah kepemimpinan Islam secara teokratis setelah nubuwwah (kenabian). Dalam Islam yang suci masalah kepemimpinan merupakan masalah pokok (ushûluddîn ). Dan yang dimaksudkan dengan khilâfah atau imâmah ialah kepemimpinan Islam setelah Rasûlullah saw wafat. Dan orang-orang yang dipilih Allah 'azza wa jalla untuk menjadi pemimpin ummat setelah Rasûlullâh saw dijuluki imâm atau khalîfah .
Setiap orang Islam wajib mengenal dan mengikuti para imâm atau para khalîfah pilihan Allah ‘azza wa jalla, dikarenakan khilâfah atau imâmah (kepemimpinan pasca kenabian) itu adalah kelanjutan dari risâlah (kerasulan) atau nubuwwah , ma-ka siapa pun yang tidak menerima khilâfah yang penunjukkannya dari Allah dan diridoi-Nya adalah sama halnya dengan mengingkari kenabian Muhammad saw, dan orang yang tidak mengenalnya jika dia mati, maka kematiannya seperti kematian jâhiliyyah (kebodohan secara spiritual karena tidak menerima kebenaran) sebagaimana yang disebutkan dalam hadîts-hadîts berikut.
قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ : يَا عَلِيُّ
مَنْ قَتَلَكَ فَقَدْ قَتَلَنِي, وَ مَنْ أَبْغَضَكَ فَقَدْ أَبْغَضَنِي,
وَ مَنْ سَبَّكَ فَقَدْسَبَّنِي, لأَنَّكَ كَنَفْسِي, رُوْحُكَ مِنْ
رُوْحِي وَ طِيْنَتُكَ مِنْ طِيْنَتِي. إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى
خَلَقَنِي وَ إِيَّاكَ, وَ اصْطَفَانِي وَ إِيَّاكَ, وَ اخْتَارَنِي
لِلنُّبُوَّةِ وَ اخْتَارَكَ للإِمَامَةِ, وَ مَنْ أَنْكَرَ إِمَامَتَكَ
فَقَدْ أَنْكَرَ نُبُوَّتِي, يَا عَلِيُّ أَنْتَ وَصِيِّي وَ أَبُو
وَلَدَيَّ, وَ زَوْجُ ابْنَتِي وَ خَلِيْففَتِي عَلَى أُمَّتِي فِي
حَيَاتِي وَ بَعِدَ مَوْتِي, أَمْرُكَ أَمْرِي وَ نَهْيُكَ نَهِيِي.
أُقْسِمُ بِالَّذِي بَعَثَنِي بِالنُّبُوَّةِ وَ جَعَلَنِي خَيْرَ
الْبَرِيَّةِ, إِنَّكَ لَحُجَّةُ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ وَ أَمِيْنُهُ عَلَى
سِرِّهِ وَ خَلِيْفَتُهُ عَلَى عِبَادِهِ
Rasûlullâh saw berkata, “Wahai ‘Ali, siapa yang membunuhmu maka sesungguhnya dia membunuhku, siapa yang membencimu maka sesungguhnya dia telah membenciku, dan siapa yang mencelamu maka sesengguhnya dia telah mencelaku, karena sesungguhnya engkau seperti diriku, ruhmu dari ruhku, asal kejadianmu dari asal kejadianku. Sesungguhnya Allah tabâraka wa ta‘âlâ (yang maha berkah dan maha tinggi) telah menciptakanku dan kamu dan memilihku dan kamu. Dia telah memilihku untuk kenabian dan memilihmu untuk imâmah (kepeminpinan setelah kenabian). Siapa yang mengingkari kepemimpinanmu, maka sesungguhnya dia telah mengingkari kenabianku. Wahai ‘Ali! Engkau adalah washiku (penerima wasiatku), ayah bagi dua anakku (Hasan dan Husain as), suami putriku (Fâthimah as) dan khalîfah-ku atas ummatku pada waktu hidupku dan setelah matiku. Perintahmu adalah perintahku dan laranganmu adalah laranganku. Aku bersumpah demi Tuhan yang telah mengutusku dengan kenabian dan menjadikanku sebaik-baik makhluk, sesungguhnya kamu itu hujjah Allah atas makhluk-Nya, kepercayaan-Nya atas rahasia-Nya dan khalîfah-Nya atas hamba-hamba-Nya.” [Madînah Al-Balâghah 2/360]
قَالَ رَسُولُ اللهِ ص : مَنْ مَاتَ وَ هُوَ لاَ يَعْرِفُ إِمَامَهُ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً
Rasûlullâh saw berkata, “Siapa yang mati sedang dia tidak mengenal imamnya niscaya dia mati seperti kematian jâhiliyyah.” [Bihâr Al-Anwâr 23/77]
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : مَنْ مَاتَ بِغَيْرِ إِمَامٍ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً
Rasûlullâh saw berkata, “Siapa yang mati tanpa imâm niscaya dia mati seperti kematian jâhiliyyah.” [Kanz Al-'Ummâl, berita 464]
قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ : مَنْ بَاتَ لَيْلَةً لاَ
يَعْرِفُ فِيْهَا إِمَامَ زَمَانِهِ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً
Rasûlullâh saw berkata, “Siapa yang bermalam pada suatu malam yang dia tidak mengenal imam zamannya niscaya dia mati seperti kematian jâhiliyyah.” [Mîzân Al-Hikmah 1/171]
Penunjukkan Imâm atau Khalîfah
Kemudian imâm atau khalîfah penunjukkannya adalah sebagaimana halnya para nabi dan para rasûl, mereka dipilih dan ditentukan oleh Allah ‘azza wa jalla, tidak dipilih dan tidak ditentukan oleh manusia, baik melalui musyawarah mufakat, atau dengan penunjukkan sebuah lembaga, atau berdasarkan penunjukkan seseorang atau dipilih oleh ummat manusia secara demokratis.
Di dalam kitab suci Al-Quran ada beberapa ayat yang menyebutkan kriteria para imâm atau khalîfah buat ummat manusia.
وَ
إِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِماتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ
إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَ مِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ
يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
Dan ingatlah ketika Ibrâhîm diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (nama-nama Ahlulbait Nabi), lalu dia menyempurnakannya (sampai yang terakhir). Dia berfirman, Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam untuk ummat manusia. Dia berkata, Dan dari keturunanku. Dia berfirman, Janji-Ku tidak akan mencapai orang-orang yang zalim. [Surah Al-Baqarah 2/124]
Ayat di atas telah memberikan isyarat kepada kita bahwa Allah ‘azza wa jalla akan menjadikan imam-imam dari sebagian dzurriyyah Ibrâhîm as. Dan imam-imam yang Allah pilih itu tidak zalim baik kepada orang lain maupun kepada dirinya sendiri. Dengan kata lain para imam itu harus ma‘shûm (tidak melakukan dosa-dosa dan kesalahan).
وَ نُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأَرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ
Dan Kami hendak memberikan karunia kepada manusia-manusia yang tertindas di bumi, dan Kami akan menjadikan mereka imam-imam dan Kami jadikan mereka yang mewarisi. [Surah Al-Qashash 28/3]
Pada ayat Al-Quran tersebut Allah ‘azza wa jalla berjanji akan memberikan karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi dan menjadikan mereka imam-imam untuk seluruh manusia dan menjadikan mereka sebagai para pewaris, yakni sebagai pewaris pemahaman dan ilmu pengetahuan Rasûlullâh saw.
وَ جَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَ كَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
Dan di antara mereka Kami jadikan imam-imam, mereka menunjuki (manusia dan jin) dengan perintah (ajaran) Kami, karena mereka telah bersabar dan yakin kepada ayat-ayat Kami. [Surah Al-Sajdah 32/24]
وَ
جَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَ أَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ
فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَ إِقَامَ الصَّلاةِ وَ إِيْتَاءَ الزَّكَاةِ وَ
كَانُوا لَنَا عَابِدِيْنَ
Dan Kami jadikan mereka imam-imam yang menunjuki (manusia dan jin) dengan perintah (ajaran) Kami, dan Kami mewahyukan (mengilhamkan) kepada mereka untuk melakukan kebaikan-kebaikan, mendirikan shalat dan me-ngeluarkan zakat. Dan kepada Kami mereka mengabdi. [Surah Al-Anbiyâ` ayat 73]
وَ
لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَ إِبْرَاهِيْمَ وَ جَعَلْنَا فِي
ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَ الْكِتَابَ فَمِنْهُمْ مُهْتَدٍ وَ
كَثِيْرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُوْنَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nûh dan Ibrâhîm, dan Kami telah jadikan pada keturunan keduanya kenabian dan Al-Kitab, maka di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak dari mereka yang fâsiq. [Surah Al-Hadîd ayat 26]
Semua ummat manusia---tidak diragukan lagi—bahwa mereka itu keturunan para nabi, keturunan orang-orang suci dan dzurriyyah manusia-manusia pilihan Tuhan, baik dari dzurriyyah Nabi Nûh as, Nabi Ibrâhîm as maupun dari nabi-nabi yang lain, paling tidak dari keturunan Ãdam as sebagaimana yang Nabi saw katakan bahwa seluruh manusia dari Ãdam dan Ãdam dari tanah.
Namun berdasarkan ayat diatas dan secara faktual bahwa ternyata keturunan para nabi itu ada yang shâlih dan ada yang thâlih , ada yang menerima kebenaran dan ada yang menentangnya bahkan pada ayat tersebut diungkapkan wa katsîrun minhum fâsiqûn.
Jumlah para Khalîfah Rasûlullâh saw
Jumlah mereka yang Allah pilih itu semuanya ada dua belas (12) orang dari sejak Nabi saw sampai hari kiamat tiba, dan semuanya dari Quraisy.
قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : لاَ يَزَالُ هَذَا
الدِّيْنُ قَائِمًا حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ أَوْ يَكُونَ عَلَيْكُمْ
اثْنَا عَشَرَ خَلِيْفَةً كُلُّهُمْ مِنْ قَرَيْشٍ
Rasûlullâh saw berkata, “Ajaran (Islam) ini senantiasa ada sampai tegaknya saat (kiamat) atau berlalu atas kalian (wahai ummat Islam) dua belas khalîfah yang seluruhnya dari Quraisy.” [HR Muslim]
Para khalîfah Rasûlullâh saw yang dua belas itu dari Quraisynya itu dari banî siapa? Dan bagaimana jika ummat Islam tidak ber-wilâyah kepada mereka?
قَالَ
أَمِيْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلَيْه السَّلاَمُ : إِنَّ الأَئِمَّةَ مِنْ
قُرَيْشٍ غُرِسُوا فِي هَذَا الْبَطْنِ مِنْ هَاشِمٍ لَا تَصْلُحُ عَلَى
سِوَاهُمْ وَ لاَ تَصْلُحُ الْوُلاَةُ مِنْ غَيْرِهِمْ
Amîrul Mu`minîn as telah berkata, “Sesungguhnya para imâm itu dari Quraisy, mereka telah ditanam di dalam perut ini (keturunan) dari Hâsyim, tidak akan beres (khilâfah) kalau bukan mereka dan tidak akan maslahat para wali (pemimpin) jika selain dari mereka.” [Syarh Nahj Al-Balâghah, Ibnu Abî Al-Hadîd 9/84]
Data-data para Khalifah
Data-data para khalîfah Rasûlullâh saw dari beberapa ayat Al-Quran dan beberapa hadîts di atas adalah sebagai berikut.
1. Mereka dari dzurriyyah atau keturunan Nabi Ibrâhîm as yang tidak fâsiq dan tidak zhâlim .
2. Memiliki sifat ‘ishmah (potensi baik) yang kuat hingga tidak melakukan dosa-dosa.
3. Ditempa oleh Tuhannya dengan menjalani hidup tertindas.
4. Mewarisi ilmu dan pemahaman Nabi saw, dan mereka tidak pernah berguru kepada orang lain selain mewarisi ilmu-pengetahuan dari ayahnya secara langsung, tetapi justru tokoh-tokoh lain yang berguru kepada mereka, seperti Abû Hanîfah (Imam madzhab hanafi) dan Mâlik bin Anas (Imam madzhab mâlikî) mereka pernah berguru kepada salah seorang dari imam yang dua belas.
5. Menunjuki ummat (manusia dan jin) dengan petunjuk Allah, tidak dengan ijtihâd, karena mereka bukan para mujtahid .
6. Mereka berjumlah dua belas khalîfah (itsnâ ‘asyara khalîfah ) untuk kurun waktu dari sejak Nabi saw sampai hari kiamat datang. Wafat yang pertama langsung diteruskan oleh yang kedua, wafat yang kedua diganti oleh yang ketiga dan begitulah seterusnya.
7. Mereka berasal dari Quraisy dari Banî Hâsyim, bukan dari banî yang lain.
Nama-nama Mereka
Dalam kitab Yanâbi‘ Al-Mawaddah yang ditulis Al-Qandûji---seorang ulama hadîts yang bermadzhab hanafi dalam hal fiqh ---disebutkan nama-nama para khalîfah yang dua belas, yaitu riwayat dari Mujâhid dari Ibnu ‘Abbâs dari Rasûlullâh saw.
Di bawah ini saya sebutkan nama kunyah -nya, nama mulianya dan nama laqab (julukannya), tahun kelahiran dan tahun wafatnya baik tahun Hijrah maupun Masîhinya:
1. Abû Al-Hasan ‘Ali bin Abî Thâlib as, julukan beliau Al-Murtadhâ, Amîrul Mu`minîn atau dalam sûrah Yâsîn beliau dijuluki Imâm Mubîn, beliau dilahirkan pada 13 Rajab tahun 23 sebelum Nabi saw hijrah (25 Mei 600), wafat pada tanggal 21 bulan Ramadhân tahun 40 H (28 Januari 661).
2. Abû Muhammad Al-Hasan bin ‘Ali, nama julukan Al-Mujtabâ, dilahirkan pada 15 bulan Ramadhân tahun 3 H (1 Maret 625), wafat pada 7 Shafar tahun 50 H (6 Maret 670).
3. Abû ‘Abdillâh Al-Husain bin ‘Ali, nama julukan Al-Syahîd, dilahirkan pada 3 Sya'bân 4 H (8 Januari 626), wafat pada 10 Al-Muharram 61 H (10 Oktober 680).
4. Abû Al-Hasan ‘Ali bin Al-Husain, nama julukan Zaiul ‘Âbidîn atau Al-Sajjâd, dilahirkan pada 5 Sya‘bân tahun 38 H (6 Januari 659), wafat pada 25 Al-Muharram tahun 94/95 H (31 Oktober 712/20 Oktober 713).
5. Abû Ja‘far Muhammad bin ‘Ali, nama julukan Al-Bâqir, dilahirkan lahir pada 3 Shafar tahun 57 H (16 Desember 676), wafat pada 7 Dzul Hijjah tahun 114 H (28 Januari 733).
6. Abû ‘Abdillâh Ja‘far bin Muhammad, nama julukan Al-Shâdiq, lahir pada 17 Al-Rabî‘ Al-Awwal tahun 83 H (20 April 702), wafat pada 25 Syawwal tahun 148 H (14 Desember 765).
7. Abû Al-Hasan Mûsâ bin Ja‘far, nama julukan Al-Kâzhim lahir pada tanggal 7 Shafar tahun 129 H (28 Okto-ber 746), wafat pada 25 Rajab tahun 183 H (1 September 799).
8. Abû Al-Hasan ‘Ali bin Mûsâ, nama julukan Al-Ridhâ lahir pada 11 Dzul Qa‘dah tahun 148 H (29 Desember 765), wafat tanggal 17 Shafar tahun 203 H (24 Agustus 818).
9. Abû Ja‘far Muhammad bin ‘Ali, nama julukan Al-Jawâd, lahir pada 10 Rajab tahun 195 H (8 April 811), wafat pada 30 Dzul Qa‘dah tahun 220 H (25 November 835).
10. Abû Al-Hasan ‘Ali bin Muhammad, nama julukan Al-Hâdî, lahir pada 2 Rajab tahun 212 H (27 September 827), wafat pada 3 Rajab tahun 254 H (28 Juni 868).
11. Abû Muhammad Al-Hasan bin ‘Ali, nama julukan Al-Zaki dan Al-‘Askari, lahir pada 8 Al-Rabî‘ Al-Ãkhir tahun 232 H (3 Desember 846), wafat pada 8 Al-Rabî‘u Al-Awwal tahun 260 H (1 Januari 874).
12. Abû Al-Qâsim Muhammad bin Al-Hasan, nama julukannya antara lain Al-Mahdi, Al-Qâ`im, Al-Hujjah dan Shâhibuz Zamân, lahir pada 15 Sya‘bân tahun 255 H (29 Juli 869), beliau masih hidup, tetapi dalam keghaiban.
Khalîfah Nabi saw yang ke-12 adalah imam bagi manusia pada zaman ini baik diterima ataupun tidak. Beiau sekarang dighaibkan Allah ‘azza wa jalla yang kedatangannya dinantikan, maka beliau dijuluki pula Al-Muntazhar. Rasûlullâh saw telah menyebutkan bahwa beliau itu akan datang pada saat bumi ini telah diliputi oleh kezaliman dan kejahatan.
عَنِ
ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ
سَلَّمَ : يَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي
وَ خَلْقُهُ خَلْقِي فَيَمْلَئُ الأَرْضَ قِسْطًا وَ عَدْلاً كَمَا
مُلِئَتْ ظُلْمًا وَ جَوْرًا
Dari Ibnu Mas‘ûd berkata: Rasûlullâh saw telah berkata, “Akan keluar seorang lelaki dari Ahlulbaitku yang namanya sama dengan namaku dan postur tubuhnya sebagaimana postur tubuhku (atau akhlaknya seperti akhlakku), lalu dia penuhi (bumi ini) dengan keadilan dan kebenaran sebagaimana ia telah diliputi oleh kezaliman dan kejahatan.” [HR Al-Thabrâni, Kanz Al-'Ummâl 7/88]
Imam Al-Mahdi as adalah keturunan dari Imam Husain as, keturunan dari putri Nabi yaitu Fâthimah Al-Zahrâ` as, keturunan Rasûlullâh saw dan termasuk dari dzurriyyah Ibrâhîm as.
Berita gembira akan kemunculan Imam Al-Mahdi as di akhir zaman untuk menegakkan keadilan, banyak diriwayatkan dalam kitab-kitab hadîts secara mutawâtir (berita dari banyak ke banyak sehingga mustahil orang banyak bersekongkol untuk mengadakan dusta), baik dalam kitab-kitab yang umum (melalui jalur sahabat Nabi saw) maupun yang khusus yang diriwayatkan dari keluarga Rasûlullâh saw. Maka kembalilah ke khilâfah yang telah ditertibkan Allah, supaya tidak mati seperti kematian jâhiliyyah.
________________________________________
Mari Kita perhatikan teks Foto 12 Imam Sebagai Berikut:
__________________________________________
Video: Inilah bukti bahwa 12 Imam ada:http://ahlulbaitnabisaw-video.blogspot.com/2016/05/video-nama-nama-imam-syiah-di-tembok.html
(Satu-Islam/Islam-Syiah/Menggapai-Kebenaran/Syiahali/Abu Zahra/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email