Pesan Rahbar

Home » » NU: Khutbah Jum’at Ajak Orang Berakhlak, Bukan Ajang Provokasi

NU: Khutbah Jum’at Ajak Orang Berakhlak, Bukan Ajang Provokasi

Written By Unknown on Sunday, 6 November 2016 | 01:08:00


Dalam konferensi pers soal demo 4 November, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH. Said Aqil Sirajd juga meminta pada tokoh agama maupun politik untuk tidak mengeluarkan pernyataan yang bisa merusak persatuan bangsa ini. Terutama khatib-khatib Jum’at yang menurutnya tidak sah khutbahnya jika hanya diisi dengan cacian atau ujaran kebencian.

“Khutbah itu mengajak bermoral, berakhlak, beribadah dengan baik. Lah kok khutbah dijadikan provokasi, menyebarkan kebencian, walaupun kepada binatang ngga boleh,” katanya yang juga mengutip pesan Imam Syafi’i tentang etika berkhutbah.

Dalam kesempatan itu, pria yang akrab disapa Kang Said mendukung proses hukum atas terlapor Basuki Tjahaja Purnama terkait Al Maidah 51 dengan seadil-adilnya. Di sisi lain, Kang Said mengajak menyikapi kasus ini dengan dewasa, bermartabat dan tidak main hakim sendiri. Menurutnya, kalau memang Ahok harus diproses hukum, hal ini jauh lebih baik daripada cara-cara anarkis.

“(Sampai) ada isu ‘bunuh’, wah itu tidak layak diucapkan oleh yang bermartabat,” katanya di Kantor PBNU Jakarta, (28/10)

Setelah mencermati eskalasi keadaan terkini, PBNU menyampaikan seruan moral bahwa menjaga ukhuwah sejatinya merupakan musuh perpecahan. Tak lupa Kang Said mengingatkan soal negara-negara teluk seperti Irak, Pakistan, Afghanistan, Suriah, Yaman yang memasuki suatu babakan baru yang disebut sebagai “failed-state”.

“Negara gagal, diakibatkan keliru menerapkan hubungan agama dan negara, sehingga keduanya dipertentangkan satu sama lain yang akibatnya menimbulkan kekacaubalauan.”

Ratusan ribu bahkan jutaan manusia menjadi korban atas peperangan yang timbul akibat kesalahpahaman. Sementara di negara-negara sekuler yang hanya mengedepankan rasionalitas tanpa agama justru melahirkan titik balik suatu peradaban yang tidak lagi “memanusiakan manusia”.

Padahal situasi ini terjadi ketika Indonesia terus berkembang menjadi sebuah negara yang hidup berdasarkan kepada nilai-nilai luhur bangsa.

“Dimana masyarakatnya dapat hidup aman-tenteram saling menghormati, dan rukun berdampingan secara harmonis antara satu dengan yang lainnya,” katanya. []

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: