Pesan Rahbar

Home » » Berislam di Kota Seribu Gereja, Adelaide

Berislam di Kota Seribu Gereja, Adelaide

Written By Unknown on Tuesday, 30 May 2017 | 10:46:00


Bulan Ramadhan tinggal menghitung hari, membuat warga Muslim di berbagai negara bersiap menyambutnya, termasuk warga Muslim asal RI di Adelaide, Australia.

Ibu kota Australia Selatan ini menjadi tempat dimana banyak warga RI menempuh pendidikan. Tidak jarang ketika alumni penerima beasiswa seperti LPDP atau Australia Awards yang telah kembali ke tanah air, memilih kembali datang melanjutkan pendidikan pada jenjang lebih tinggi di kota ini.

Salah satunya adalah Khusaini Muhammad, mahasiswa University of Adelaide yang melanjutkan pendidikan PhD setelah sebelumnya berhasil meraih Master di sana. Dia memilih Adelaide karena kota ini menyuguhkan kenyamanan bagi warga Muslim. Terlebih karena dia lebih suka melaksanakan shalat berjamaah di masjid.

Adelaide menawarkan pesona pemandangan alam seperti Mount Lofty, Botanical Garden dan taman-taman terbuka. Bangunan bersejarah dari abad ke-19 dan awal abad ke-20, juga mengundang banyak wisatawan. Terlebih kota ini sangat ramah karena biaya hidup murah bila dibandingkan dengan negara bagian lain di Australia. Tidak salah, jika banyak mahasiswa Indonesia memilih Adelaide sebagai tujuan melanjutkan pendidikan.

Karena itulah kemudian banyak orang Indonesia berinisiatif membawa keluarga hingga ada yang mendirikan komunitas tersendiri. Perkumpulan yang diharapkan menjadi sarana berkumpul bagi setiap warga RI yang ingin merasakan kehangatan persaudaraan dan menuntut ilmu agama di negeri jiran.

Salah satunya adalah Masyarakat Islam Indonesia Australia Selatan yang disingkat MIIAS. Organisasi ini didirikan 1998, dan sampai kini aktif dalam mengadakan kegiatan keislaman. Belum lama ini misalnya MIIAS mengadakan Tarhib Ramadan 2017 menghadirkan pembicara Imam Hamzah. Kegiatan ini juga dirangkaikan dengan jamuan makan sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap warga Indonesia yang ingin memanjakan lidah dengan menu masakan daerah.

Selain itu digelar pula Festival Lomba Anak Sholeh dan Sholehah di Oasis Function Room, Flinders University. Sehingga banyak orangtua tertarik hadir dan mengikutkan anak mereka pada lomba seperti hafalan surah pendek, colouring, fashion show dan lomba azan.

MIIAS telah mendapatkan pengakuan pemerintah setemoat sebagai organisasi yang sah di Australia Selatan. MIIAS juga memberi perhatian atas kinerja muslimah dengan menggelar talk show “Inner and Outer Beauty Seorang Muslimah”. Talk show tersebut menghadirkan seorang dosen di Flinders University, Dr. Darfiana sebagai pembicara pada pertengah Maret lalu.

Tidak berhenti sampai di situ, MIIAS juga mengadakan kotak infak termasuk membantu warga kurang beruntung yang ada di Indonesia. Saat ini MIIAS memiliki cabang-cabang pengajian di beberapa tempat di Adelaide. Misalnya Annisa yang berpusat di University of Adelaide, Pengajian Mile End, Pengajian Tonsley, hingga Pengajian Kurralta City Beach.

Kehadiran MIIAS membuat napas Islam bagi warga RI di Adelaide terasa kental. Apalagi ada pula organisasi lain seperti KIA (Kajian Islam Adelaide) yang berdiri pada 2009. KAI merupakan organisasi independen yang juga mengadakan pengajian serta diskusi ilmiah setiap pekannya. KIA berusaha selalu menghadirkan kesan Islam yang ramah.

Organisasi seperti MIIAS dan KIA inilah yang menjadi wadah bagi warga Muslim RI di Adelaide. Mereka tetap bisa memperdalam ilmu agama meski jauh dari tanah air. Di Adelaide yang dikenal sebagai Kota Seribu Gereja pun terdapat masjid misalnya di jalan Little Gilbert Street, di pusat kota. Ada pula dMarion Mosque di jalan Marion Road.

Kehadiran masjid tentunya memudahkan warga Muslim menjalankan shalat berjamaah, tarawih pada bulan Ramadhan, buka puasa bersama hingga sholat Ied.

Kita belajar bahwa berislam bisa dimana saja. Terlebih bagi warga Muslim RI di Adelaide, terutama ketika mengingat keramahan warga Adelaide yang mengerti dan terbuka dengan kemajemukan budaya yang ditunjukkan kepada para pendatang.

Mereka menerima perbedaan, menjunjung prinsip tidak seorang pun boleh dirugikan hanya karena perbedaan tempat kelahiran, warisan budaya, bahasa, gender atau agama.

*Nur Khofifah Bahru, aktif dalam organisasi Masyarakat Islam Indonesia Australia Selatan (MIIAS) di Adelaide. Tulisan ini merupakan pendapat pribadi.

(Republika/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: