Amerika Serikat ingin selalu permanen eksis secara militer di kawasan Asia Tenggara sebagai sebuah sarana untuk melawan Cina. Di permulaan Perang Vietnam, dokumen Pentagon menyingkap sebuah tujuan sejati dari perang ini. Yaitu strategi hegemoni atas Cina.
Sudah terbukti secara nyata, realita lapangan membuktikan bahwa Amerika menggunakan tiga medan untuk melawan pengaruh kekuatan Cina: medan Korea dan Jepang, medan India dan Pakistan, serta medan Asia Tenggara.
Sekalipun Washington telah kehilangan kesempatan di Vietnam untuk melawan Peking. Akan tetapi, perang ini masih terus berlanjut berkepanjangan di medan-medan lain.
Baru-baru ini, Pusat Riset Politik Amerika menurunkan sebuah laporan sebanyak 2.000 halaman dengan judul “Renovasi Pondasi Pertahanan Amerika; Eksistensi Politik Permanen dalam Skala Lebih Luas di Asia Tenggara”. Laporan ini menegaskan, “Telah tiba saatnya kehadiran pasukan Amerika di Asia Tenggara semakin ditingkatkan.”
Washington baru-baru ini baru memahami bahwa hubungan dengan Manila secara signifikan telah mengalami penurunan. Padahal hubungan Peking dan Manila hari demi hari semakin bertambah luas. Hubungan ini masih terus berlanjut hingga kehadiran teroris ISIS di perairan pantai kota ini.
Kehadiran teroris di Myanmar juga terjadi secara tiba-tiba. Tentu kenyataan ini telah melapangkan medan bagi kehadiran permanen militer Amerika dengan alasan memberikan bantuan teknis untuk memerangi teroris.
Tentu, teroris ini tidak hadir dari ketiadaan. Aksi-aksi teroris di Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Myanmar tentu memerlukan dukungan finansial, militer, politik, dan logistik yang tidak sedikit. Semua ini telah disiapkan dari sejak dini oleh sekutu Amerika terdekat di Timur Tengah. Yaitu Arab Saudi.
[Sumber: Situs Berita Ansharullah]
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email