Oleh: Denny Siregar
Terungkap sudah..
Ratna Sarumpaet ternyata tidak digangbang oleh 3 pemuda di Bandung. Ia tanggal 21 September terdaftar di RS Bedah Bina Estetika Menteng. Untuk apa ? Jelas operasi plastik lah..
Rencana penipuan dengan maksud politik ini menjadi blunder terbesar sepanjang sejarah perpolitikan Indonesia. Ramai-ramai tokoh koalisi oposisi memainkan narasi bahwa Ratna Sarumpaet dianiaya.
Gerakan mereka serentak, mulai dari twit-twit sampai gerakan pertemuan di Dunkin Donuts Menteng Selasa malam untuk mendorong kasus penganiayaan ini dibesarkan skalanya.
Pada malam yang sama Prabowo Subianto, didampingi Amien Rais mengadakan konferensi pers bersama terkait penganiayaan ini. Ada orkestrasi untuk mengangkat kasus receh ini ke level nasional.
Entah untuk apa, tetapi yang jelas ada niat tidak baik disana. Perkiraan awal, ada yang ingin membangkitkan kemarahan publik karena kubu koalisi dianiaya.
Sejak awal banyak yang mencurigai bahwa ini kasus penipuan berkedok penganiayaan. Ratna Sarumpaet dalam posisi ini sudah bisa dikategorikan penipu karena ia membuat berita tidak benar. Dan tipuan itu dibantu oleh para tokoh dengan membangun propaganda seolah berita aniaya itu benar adanya.
Ini berbahaya. Sangat berbahaya. Polisi harus mengusut tuntas kasus ini sampai ke akar-akarnya. Buka seluas-luasnya supaya tidak timbul gesekan karena prasangka yang dibangun secara sistematis dalam bentuk propaganda.
Proses demokrasi yang hendak dikembalikan ke tracknya sebagai sebuah pesta, dirusak oleh tangan kotor yang hendak memanaskan suasana. Mereka tidak perduli pada dampaknya karena yang terbayang hanya bagi-bagi kursi penguasa.
Peristiwa penipuan oleh Ratna Sarumpaet ini sejatinya juga “bunuh diri” politik bagi kubu oposisi. Prabowo akan dicap sebagai calon pemimpin yang mudah termakan hoax. Kubu oposisi akan dianggap sebagai bagian dari hoax. Dan hoaxnya sendiri adalah Ratna Sarumpaet sebagai aktris utama.
Peristiwa ini akan dicatat dengan tinta hitam sepanjang sejarah. Dan akan menjadi kisah paling memalukan yang pernah ada. Bahwa beberapa partai yang tergabung dalam koalisi oposisi bersepakat memainkan narasi kotor dan tidak sesuai dengan etika.
Saya jelas tidak akan memilih kubu dengan model pemimpin seperti itu. Bagaimana bisa negara sebesar ini dipimpin oleh seseorang yang memainkan hoax sebagai senjata ?
Dampaknya tentu mengerikan, akan terjadi banyak kriminalisasi akibat berita tidak benar yang dipercaya, hanya karena pembuat berita adalah bagian dari mereka.
Lawan hoax. Adukan penipuan ini. Supaya menjadi pelajaran bagi anak cucu kita bahwa sesuatu yang dibangun dengan tangan yang kotor, hasilnya akan kotor juga..
Mari seruput kopinya..
(Denny-Siregar/Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email