Pesan Rahbar

Home » » www.lppimakassar.com anjing wahabi merekayasa foto jenazah khomeini dan merekayasa kitab syi’ah KARENA GAGAL HADANG syi’ah

www.lppimakassar.com anjing wahabi merekayasa foto jenazah khomeini dan merekayasa kitab syi’ah KARENA GAGAL HADANG syi’ah

Written By Unknown on Wednesday 27 August 2014 | 13:28:00

http://www.lppimakassar.com menyatakan :”Azab kecil yang telah diterima Khomeini dari segudang dosanya kepada para sahabat dan Nabi dan keluarganya telah diterimanya saat ia mati, ia dihinakan oleh Allah, mayatnya dalam peti hampir telanjang…. lihat gambar berikut ini:


Jawaban kami:

Menjawab Fitnah Pada Imam Khomeini

http://www.lppimakassar.com anjing wahabi merekayasa foto jenazah khomeini dan merekayasa kitab syi’ah KARENA GAGAL HADANG syi’ah.

Telah terlalu lama saya bertangguh dalam mengemukakan posting balasan tentang fitnah kaum Nasibi yang ingin menjatuhkan Imam Khomeini, dengan menampilkan seolah-olahnya beliau diaibkan selepas waktu kematiannya.

Ini dilakukan dengan gambar-gambar “bogel” Imam Khomeini yang disiarkan secara meluas di dalam internet. InsyaAllah, mari kita saksikan kebenarannya.

1. GAMBAR HASIL EDIT KAUM NASHIBI UNTUK SEBARKAN FITNAH ATAS IMAM KHOMEINI.
2. PETI KACA TEMPAT PERSINGGAHAN TERAKHIR JENAZAH IMAM KHAMEINI.
3. PETI KACA TAMPAK DARI KEJAUHAN.
4. JENAZAH IMAM DI BAWA MELALUI DARAT MENUJU PEMAKAMAN.
5. JENAZAH IMAM DIPINDAHKAN MENGGUNAKAN HELIKOPTER KARENA JUTAAN PECINTAANYA MEMENUHI AREAL PEMAKAMAN.
6. HELIKOPTER MEMBAWA JENAZAH IMAM.
7. SETELAH TURUN DARI HELI,JENAZAH IMAM DISAMBUT UMAT.
8. JENAZAH IMAM DI SEBERANGKAN DI ATAS JUTAAN KEPALA PECINTANYA.
9. JENAZAH IMAM SAMPAI DI BATAS AREAL PEMAKAMAN YANG DIJAGA DENGAN KETAT.
10. PETI KOSONG DI KEMBALIKAN PADA LAUTAN MANUSIA YANG MEMUJA BELIAU.
11. PETI KOSONG MENJADI BAHAN REBUTAN.
12. UMAT MENGAMBIL BERKAH DARI PETI KOSONG IMAM.
13. TARIK MENARIK PETI KOSONG.
14. MASIH PETI KOSONG.
15. PETI KOSONG ITULAH YANG DIMAMFAATKAN OLEH ANJING-ANJING NASHIBI DARI KALANGAN ALAWIY,SUNI MAUPUN WAHABI UNTUK MENEBAR FITNAH ATAS IMAM KHAMEINI RA DENGAN MENGEDIT FOTO PETI KOSONG TERSEBUT UNTUK MENJADI BAHAN TERTAWAAN DAN HINAAN ATAS IMAM KAMI,IMAM KHOMEINI RA.

SUMBER SNAPSHOT :

Wajib ditonton.

Warga NU kami himbau mewaspadai web web wahabi yang PENUH PEMALSUAN DATA dan REKAYASA PALSU.


Ciri Ciri Aliran Sesat ! WAHABI MENGUBAH ISI KITAB KARENA BENCI TASAWWUF N.U.
__________________________________________

Tanggal: 2012/02/02
Sumber: http://www.nu.or.id

Indonesia: NU Jateng Ajak Waspadai Pemalsuan Kitab oleh Wahabi

“Mari mewaspadai pemalsuan kitab oleh sekte Wahabi. Gerakan mereka semakin meresahkan. Kitab-kitab untuk kalangan pesantren pun telah dipalsukan. Dengan ditambahi atau dikurangi isinya agar sesuai dengan ideologi Wahabi.”

Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah KH A’wani mengajak segenap ulama dan warga NU untuk mewaspadai pemalsuan kitab yang dilakukan oleh sekte Wahabi. Baik versi cetak kertas maupun versi digital.

Menurutnya, sudah banyak ditemukan pemalsuan kitab karangan ulama sunni oleh penerbit buku di Libanon maupun Arab Saudi. Bahkan indikasi kuat aksi jahat itu disponsori pemerintah suatu negara.

Kepada NU Online di Semarang, pengasuh pesantren Al-Musthofa Lodan Wetan Sarang Rembang, ini menjelaskan, pemalsuan kitab itu juga dilakukan dengan membuat nama penerbit yang mirip. Seperti Darul Kutub Al-Ilmiyah untuk mengecoh masyarakat muslim atas nama penerbit asli Darul Fikr Libanon.

“Mari mewaspadai pemalsuan kitab oleh sekte Wahabi. Gerakan mereka semakin meresahkan. Kitab-kitab untuk kalangan pesantren pun telah dipalsukan. Dengan ditambahi atau dikurangi isinya agar sesuai dengan ideologi Wahabi.” jelasnya.

Pihaknya bersama para kiai NU pernah meneliti kitab-kitab yang beredar di Arab Saudi maupun di Jakarta. Ternyata, sebagian kitab yang populer di kalangan pesantren telah diubah isinya. Dipalsukan pula pengarangnya.

“Kita tentu masih ingat pemalsuan kitab Sirojut Tholibin karangan Kiai Ihsan Jampes Kediri. Kitabnya dipalsukan, nama beliau dihapus, diganti Syekh Ahmad Zaini Dahlan. Lalu kitab hadis Al-Adzkar dihapus isinya tentang tawashul (doa dengan perantara) dibuang agar sesuai dengan ideologi wahabi.” terangnya.

Kiai A’wani meminta jam’iyyah NU serius menyikapi ini. Jika perlu membuat semacam petisi seperti pada peristiwa latar belakang pendirian NU. Yaitu komite Hijaz yang dibentuk KH Hasyim Asy’ari dengan misi menentang penghancuran makam-makam keluarga Nabi dan para sahabat kala Ibnu Saud hendak mendirikan Kerajaan Arab Saudi lewat pemberontakan terhadap Khalifah Turki Usmani.
_____________________________________

WAHABI MENGUBAH ISI KITAB KARENA BENCI TASAWWUF


REPARASI KITAB ALA WAHABI

Kitab Nihayah al-Qoul Al-Mufid fi ‘Ilm al-Tajwiid karya Syeikh Muhammad Makki Nashr Al-Juraisi yg menulis bahwa dirinya bermadzhab Syafi’i dan bertashawwuf dengan mengikuti Thariqah Al-Syaadziliy. Namun ada yang alergi dengan tashawwuf, akhirnya kitab ulama pun direparasi.

“Tuduhkan sesat pada tashawwuf! Ehmm.., kitabnya bagus, ambil aja, reparasi dikit” (rawaahu : al-khawaarij fi zamaanina).


keterangan gambar:

1. Tulisan lingkar biru : scan Kitab Nihayah al-Qoul Al-Mufid fi ‘Ilm al-Tajwiid karya Syeikh Muhammad Makki Nashr Al-Juraisi, cetakan pertama, terbitan al-Amiriyah al-Qaahirah (Kairo-Mesir), Tahun 1308 H / 1890 M. Halaman 3.

2.Tulisan lingkar hitam : scan Kitab Nihayah al-Qoul Al-Mufid fi ‘Ilm al-Tajwiid karya Syeikh Muhammad Makki Nashr Al-Juraisi, cetakan pertama, terbitan Maktabah al-Shafa, Tahun 1420 H / 1999 M. Halaman 11.
______________________________________

http://www.lppimakassar.com menyatakan :”Azab kecil yang telah diterima Khomeini dari segudang dosanya kepada para sahabat dan Nabi dan keluarganya telah diterimanya saat ia mati, ia dihinakan oleh Allah, mayatnya dalam peti hampir telanjang….lihat gambar berikut ini:


Jawaban kami :

Menjawab Fitnah Pada Imam Khomeini
http://www.lppimakassar.com anjing wahabi merekayasa foto jenazah khomeini dan merekayasa kitab syi’ah KARENA GAGAL HADANG syi’ah.

Telah terlalu lama saya bertangguh dalam mengemukakan posting balasan tentang fitnah kaum Nasibi yang ingin menjatuhkan Imam Khomeini, dengan menampilkan seolah-olahnya beliau diaibkan selepas waktu kematiannya.

Ini dilakukan dengan gambar-gambar “bogel” Imam Khomeini yang disiarkan secara meluas di dalam internet. InsyaAllah, mari kita saksikan kebenarannya.

1. GAMBAR HASIL EDIT KAUM NASHIBI UNTUK SEBARKAN FITNAH ATAS IMAM KHOMEINI.
2. PETI KACA TEMPAT PERSINGGAHAN TERAKHIR JENAZAH IMAM KHAMEINI.
3. PETI KACA TAMPAK DARI KEJAUHAN.
4. JENAZAH IMAM DI BAWA MELALUI DARAT MENUJU PEMAKAMAN.
5. JENAZAH IMAM DIPINDAHKAN MENGGUNAKAN HELIKOPTER KARENA JUTAAN PECINTAANYA MEMENUHI AREAL PEMAKAMAN.
6. HELIKOPTER MEMBAWA JENAZAH IMAM.
7. SETELAH TURUN DARI HELI,JENAZAH IMAM DISAMBUT UMAT.
8. JENAZAH IMAM DI SEBERANGKAN DI ATAS JUTAAN KEPALA PECINTANYA.
9. JENAZAH IMAM SAMPAI DI BATAS AREAL PEMAKAMAN YANG DIJAGA DENGAN KETAT.
10. PETI KOSONG DI KEMBALIKAN PADA LAUTAN MANUSIA YANG MEMUJA BELIAU.
11. PETI KOSONG MENJADI BAHAN REBUTAN.
12. UMAT MENGAMBIL BERKAH DARI PETI KOSONG IMAM.
13. TARIK MENARIK PETI KOSONG.
14. MASIH PETI KOSONG.
15. PETI KOSONG ITULAH YANG DIMAMFAATKAN OLEH ANJING-ANJING NASHIBI DARI KALANGAN ALAWIY,SUNI MAUPUN WAHABI UNTUK MENEBAR FITNAH ATAS IMAM KHAMEINI RA DENGAN MENGEDIT FOTO PETI KOSONG TERSEBUT UNTUK MENJADI BAHAN TERTAWAAN DAN HINAAN ATAS IMAM KAMI,IMAM KHOMEINI RA.

SUMBER SNAPSHOT : http://www.youtube.com/watch?v=iRgcwr-xHBA&feature=youtu.be

(WAJIB DITONTON)

Jahat., ummat islam sendiri nak kata macam 2., apatah kepda Imam Khomenie yg ilmu dia lebih tinggi dari kita.,


Wanita Diancam Dibunuh karena Mengkritik Ulama Wahabi


Samar Al-Muqrin, seorang penulis asal Arab Saudi diancam hukuman mati lantaran kritik pedasnya terhadap seorang ulama radikalis, Syekh Muhammad Al-Arifi.

Penulis dalam artikelnya di surat kabar Al-Arab Al-Qatariah pada hari Sabtu mengungkapkan, bahwa dirinya menerima sebuah pesan di situsnya yang mengancam hukuman mati dengan cara akan tubuhnya akan dipotong-potong lalu diberikan kepada anjing, dan menyebutnya sebagai orang hina dan rafidhi.

Kritik pedas yang ditujukan kepada Syekh Al-Arifi dalam sebuah artikel berjudul, “Arifi dan Sistani… yang Utuh Lebih Lebar dari yang Robek,” di mana Arifi digambarkan sebagai “dai sembrono”, karena serangannya terhadap otoritas keagamaan Ayatullah Sistani serta kecamannya terhadap Syiah sebagai Majusi.

Muqrin dalam mengomentari ancaman berkata, “Segala puji bagi Allah yang memberkati saya dengan hati yang kuat dan tidak takut kepada pengecut seperti dia yang tidak mampu membalas argumen dengan argumen, dan tidak memiliki kemampuan mengunakan akal sehat untuk menampilkan kebenaran.”

“Orang-orang seperti dia, tidak ada cara lain kecuali membunuh,” katanya. Dalam pernyataannya yang terdahulu beliau meyakinkan kalau dirinya seorang Sunni seratus persen yang lahir di Najd dalam lingkungan Sunni. Sunni dan Syiah sama-sama Muslim.

Dia memperingatkan kesewenang-wenangan orang-orang seperti Al-Arifi, dan meminta semua pihak mempertimbangkan bahaya pemikiran ini yang mengindikasikan pandangan konyol. Sama halnya mengerek bendera kehancuran dan melumuri darah di dahinya.

Semua orang merasa malu dibuatnya. “Kami semua menanggung rasa malu di depan masyarakat internasional oleh tindakan-tindakan liar orang-orang seperti dia.”

ٍMuqrin menerima banyak pesan melalui e-mail pribadinya dari beberapa dosen sekolah Teachers College, dan beberapa murid Muhamad Arifi yang tidak mampu menjawab kecuali dengan penghinaan dan ancaman.

“Mereka berharap lewat pesan-pesan itu agar saya menarik kembali pernyataan saya, tapi mereka tidak menemukan jalan dan hanya kata-kata kotor dan keji yang dilakukannya,” tegasnya.

Dia menekankan bahwa pesan-pesan ini semakin membuatnya lebih bertekad untuk melanjutkan misi pemberantasan kemungkaran, pemecah persatuan dan pelecehan kebenaran.

Al-Arifi yang telah menodai otoritas Ayatullah Sistani dengan ungkapannya sebagai “zindik dan tidak bermoral”, telah melecehkan kehormatan dan kemuliaan agama, serta menyebar kebencian di antara sesama. Apa yang tengah dilakukan Al-Arifi, tidak lain hanya kelemahannya yang besar untuk sebuah robek yang kecil.

Dia bertanya-tanya bagaimana seseorang yang waras menggambarkan orang lain yang lebih tua dari sisi usia, kualitas, agama, dan politik dengan “zindik dan tidak bermoral.”.

Masih dalam tulisannya, Muqrin mempertanyakan, “Bagaimana orang yang menempatkan atas dirinya gelar “dai” berusaha merekrut orang lain kepada agama kita tetapi tak mampu menahan amarahnya dalam keadaan seperti itu? Apa yang diucapkannya, tidak lain hanya seruan ceroboh yang tidak terkendali.”.


Wahabi bela belain keluarin fatwa sesat syiah dengan data palsu:
1. wahabi memalsukan buku karangan khomeini khususnya hukumat al-islam(coba chek dengan yang asli di iran),
2. dinegri ini (indonesia) menerbitkan buku yang membawa lebel”Mantan Kyai NU” dan mengupas akidah yang bersimpangan dengan wahabiyah juga memotong pendapat ulama islam, coba cek buku mantan kyai Nu mahrus Ali orang aneh bahkan bisa dianggap gila,tentang tahlilan,perlu diketahui Nu(Nadlatul ulama) sangat mebela syiah bahkan di jepara bisa sholat brsama,inilah yang jadi sasaran wahabi,
3. menutup mata dan telinga bahwa tuduhan wahabi telah terbalas oleh syiah dan pemuka ahlusunah syekh al-azhar dan syaikh ahmed deedat menerima syiah sebagai mazhab kelima dan iran termsuk anggota OKI,raja saudi abdullah bahkan mendukung imam musa sadr yang bermazhab syiah imamiyah,tapi wahaby nashibi menutup mata dan memendam bukti nyata dan menindas terus menindas keluarga nabi dan siapa yang bersholawat pda nabi,

LIHAT rumh nabi dihancurkan,rumh khadijah as jadi Wc tapi gedung gedung zionist mcdonald dll menjulang tinggi

ckck

astagfirulah,yang saya ucapkan fakta dan tiada kebohongan,ingat wahabi mencerca ulama sunni dan mengkafirkan ulama pendahulu sebelum si wahab,ibn taimiyah dan si qayyim

DETIK-DETIKKEMATIAN SADDAMHUSAIN(KALIGANEYA).mpg Video – WittySparks

videos.wittysparks.com/id/547936479

SADDAM HUSSEIN EXECUTION UNCENSORED

following the execution of saddam hussein, his executioners danced on his body.


WARNING – GRAPHIC

Saddam menolak untuk ditutupi wajahnya dan mulai berdoa, salah seorang saksi meneriakkan “Muqtada, Muqtada, Muqtada,” merujuk kepada Muqtada al-Sadr, seorang ulama syiah radikal yang ayahnya diyakini dibunuh oleh rezim Saddam.

Imam Khomeini lah yang pertama meramalkan bahwa Saddam Hussein akan mati dalam keadaan hina…

Ucapan itu ketika PERANG IRAK – IRAN.
___________________________________________

‘Hati-hati dengan Amerika dalam Sekejap Bisa Jadi Musuh,’ Tulis Saddam.


Saddam Hussein, mantan diktator Irak dalam suratnya kepada pemimpin Arab Saudi mengakui bahwa dirinya boneka Amerika Serikat (AS). Dalam suratnya Saddam menyebutkan, Amerika yang menyatakan keinginannya untuk berkoalisi dengannya ternyata malah memanfaatkan dirinya untuk menjalankan kepentingan Washington, tulis Kantor BeritaISNAmengutipan-Nakhil.

Saddam menambahkan, 25 Juli tahun 1990 saya bertemu dengan dubes AS di Irak dan Washington melalui dubesnya ini memberikan saya lampu hijau untuk menduduki Kuwait. Dubes AS sambil tersenyum kepada saya mengatakan, kami tidak memiliki sikap soal friksi antara kamu dengan bangsa Arab seperti yang terjadi dengan Kuwait. Saya sendiri menyadari bahwa kami memiliki kepentingan yang sama.

Dalam suratnya Saddam menambahkan, awalnya saya berpendapat bahwa Washington adalah sekutu dan mitra, oleh karena itu satu pekan kemudian saya langsung menyerang Kuwait. Namun ternyata AS berpaling dan malah menyerang saya. Amerika dengan buas membakar kamp al-Imarah dan membantai wanita serta anak-anak yang berlindung di sana. Washington pun merusak total infrastruktur Irak.

Selanjutnya AS memboikot Irak dan membantai ratusan ribu anak-anak. Tahun 2003 akhirnya AS menduduki Irak dan menangkap saya. Amerika memberikan Irak kepada musuh-musuh saya. Saddam menambahkan, saya menulis surat ini untuk kamu (Raja Arab Saudi), karena kamu adalah satu-satunya pemimpin Arab yang layak menerima surat ini. Adapun pemimpin Arab lainnya jika mereka bukan menjadi boneka AS, pasti sangat memusuhi Islam.

Abdul Aziz, saya memperingatkan kamu untuk berhati-hati menghadapi AS karena kamu menyaksikan bagaimana Washington mengkhianati diriku. Meski mereka mendukung saya menyerang Iran, namun sekejap kemudian Gedung Putih berubah menjadi musuh.

Kini anda tengah bersekutu dengan AS, padahal Washington tidak serius. Kapanpun kamu bisa dicampakkan dan dianggap musuh oleh AS jika mereka menghendaki. Jika hal ini kamu teruskan maka kamu akan bernasib sama seperti saya. Sebagaimana AS membunuh saya, maka mereka pun akan melakukan hal serupa kepada kamu. Rakyat pun akan memusuhi dirimu, minyak melimpah di negerimu pun akan dikuras habis oleh mereka dan istri serta keluargamu akan dihinakan.

Surat ini saya tulis karena kamu memiliki pengaruh di kalangan pemuda, oleh karena itu dekatilah kaum muda jika musuh sewaktu-waktu datang para pemuda negerimu dapat menghadapinya. Jangan melakukan korupsi dan kebejatan lainnya, para pemuda ini adalah amanat yang diletakkan di atas pundakmu. Mereka adalah harta karun yang tidak dimiliki oleh pemimpin Arab lainnya.


Saddam kemudian ditutupi wajahnya, memo mengatakan bahwa Saddam mati dengan cepat dan tubuhnya dimasukkan ke dalam sebuah kantong. Seorang pemuka agama kemudian memandikan mayatnya dan melakukan prosedur pemakaman sesuai agama Islam.






Pesan Saddam Hussein Untuk Raja Saudi, Hati-Hati Terhadap AS

Saddam Hussein, mantan presiden Irak mengakui bahwa dirinya sekutu Amerika Serikat, oleh karena itu satu pekan kemudian saya langsung menyerang Kuwait. Namun ternyata AS berpaling dan malah menyerang saya, dalam pesannya kepada pemimpin Arab Saudi.

Dalam suratnya Saddam menyebutkan, Amerika yang menyatakan keinginannya untuk berkoalisi dengannya ternyata malah memanfaatkan dirinya untuk menjalankan kepentingan Washington, tulis Kantor Berita ISNA mengutip an-Nakhil.

Saddam menambahkan, 25 Juli tahun 1990 saya bertemu dengan dubes AS di Irak dan Washington melalui dubesnya ini memberikan saya lampu hijau untuk menduduki Kuwait. Dubes AS sambil tersenyum kepada saya mengatakan, kami tidak memiliki sikap soal friksi antara kamu dengan bangsa Arab seperti yang terjadi dengan Kuwait. Saya sendiri menyadari bahwa kami memiliki kepentingan yang sama.

Dalam suratnya Saddam menambahkan, awalnya saya berpendapat bahwa Washington adalah sekutu dan mitra, oleh karena itu satu pekan kemudian saya langsung menyerang Kuwait. Namun ternyata AS berpaling dan malah menyerang saya. Amerika dengan buas membakar kamp al-Imarah dan membantai wanita serta anak-anak yang berlindung di sana. Washington pun merusak total infrastruktur Irak.

Selanjutnya AS memboikot Irak dan membantai ratusan ribu anak-anak. Tahun 2003 akhirnya AS menduduki Irak dan menangkap saya. Amerika memberikan Irak kepada musuh-musuh saya. Saddam menambahkan, saya menulis surat ini untuk kamu (Raja Arab Saudi), karena kamu adalah satu-satunya pemimpin Arab yang layak menerima surat ini. Adapun pemimpin Arab lainnya jika mereka bukan menjadi boneka AS, pasti sangat memusuhi Islam.

Abdul Aziz, saya memperingatkan kamu untuk berhati-hati menghadapi AS karena kamu menyaksikan bagaimana Washinton mengkhianati diriku. Meski mereka mendukung saya menyerang Iran, namun sekejap kemudian Gedung Putih berubah menjadi musuh.

Kini anda tengah bersekutu dengan AS, padahal Washington tidak serius. Kapanpun kamu bisa dicampakkan dan dianggap musuh oleh AS jika mereka menghendaki. Jika hal ini kamu teruskan maka kamu akan bernasib sama seperti saya. Sebagaimana AS membunuh saya, maka mereka pun akan melakukan hal serupa kepada kamu. Rakyat pun akan memusuhi dirimu, minyak melimpah di negerimu pun akan dikuras habis oleh mereka dan istri serta keluargamu akan dihinakan.

Surat ini saya tulis karena kamu memiliki pengaruh di kalangan pemuda, oleh karena itu dekatilah kaum muda jika musuh sewaktu-waktu datang para pemuda negerimu dapat menghadapinya. Jangan melakukan korupsi dan kebejatan lainnya, para pemuda ini adalah amanat yang diletakkan di atas pundakmu. Mereka adalah harta karun yang tidak dimiliki oleh pemimpin Arab lainnya.
____________________________________

Surat Saddam Hussein: Para Penguasa Arab Termasuk Dirinya adalah Antek AS


Thursday, 05 May 2011 13:20

“Adapun pemimpin Arab lainnya jika mereka bukan menjadi boneka AS, pasti sangat memusuhi Islam.‘”

Tulis Saddam Hussein kepada Raja Saudimediaumat.com- ‘Saddam Hussein, mantan diktator Irak dalam suratnya kepada pemimpin Arab Saudi mengakui bahwa dirinya boneka Amerika Serikat (AS). Dalam suratnya Saddam menyebutkan, Amerika yang menyatakan keinginannya untuk berkoalisi dengannya ternyata malah memanfaatkan dirinya untuk menjalankan kepentingan Washington, tulis Kantor Berita ISNA mengutip an-Nakhil.Saddam menambahkan, 25 Juli tahun 1990 saya bertemu dengan dubes AS di Irak dan Washington melalui dubesnya ini memberikan saya lampu hijau untuk menduduki Kuwait. Dubes AS sambil tersenyum kepada saya mengatakan, kami tidak memiliki sikap soal friksi antara kamu dengan bangsa Arab seperti yang terjadi dengan Kuwait. Saya sendiri menyadari bahwa kami memiliki kepentingan yang sama.Dalam suratnya Saddam menambahkan, awalnya saya berpendapat bahwa Washington adalah sekutu dan mitra, oleh karena itu satu pekan kemudian saya langsung menyerang Kuwait. Namun ternyata AS berpaling dan malah menyerang saya. Amerika dengan buas membakar kamp al-Imarah dan membantai wanita serta anak-anak yang berlindung di sana.

Washington pun merusak total infrastruktur Irak.Selanjutnya AS memboikot Irak dan membantai ratusan ribu anak-anak. Tahun 2003 akhirnya AS menduduki Irak dan menangkap saya. Amerika memberikan Irak kepada musuh-musuh saya. Saddam menambahkan, saya menulis surat ini untuk kamu (Raja Arab Saudi), karena kamu adalah satu-satunya pemimpin Arab yang layak menerima surat ini. Adapun pemimpin Arab lainnya jika mereka bukan menjadi boneka AS, pasti sangat memusuhi Islam.Abdul Aziz, saya memperingatkan kamu untuk berhati-hati menghadapi AS karena kamu menyaksikan bagaimana Washington mengkhianati diriku. Meski mereka mendukung saya menyerang Iran, namun sekejap kemudian Gedung Putih berubah menjadi musuh.

Kini anda tengah bersekutu dengan AS, padahal Washington tidak serius. Kapanpun kamu bisa dicampakkan dan dianggap musuh oleh AS jika mereka menghendaki. Jika hal ini kamu teruskan maka kamu akan bernasib sama seperti saya. Sebagaimana AS membunuh saya, maka mereka pun akan melakukan hal serupa kepada kamu. Rakyat pun akan memusuhi dirimu, minyak melimpah di negerimu pun akan dikuras habis oleh mereka dan istri serta keluargamu akan dihinakan.

Surat ini saya tulis karena kamu memiliki pengaruh di kalangan pemuda, oleh karena itu dekatilah kaum muda jika musuh sewaktu-waktu datang para pemuda negerimu dapat menghadapinya. Jangan melakukan korupsi dan kebejatan lainnya, para pemuda ini adalah amanat yang diletakkan di atas pundakmu. Mereka adalah harta karun yang tidak dimiliki oleh pemimpin Arab lainnya.
_______________________________________

Imam Khomeini Pahlawan Dunia Islam


SEMOGA ALLAH MEMULIAKAN KITA DENGAN SYAHADAH

SANG PENEGAK REVOLUSI ISLAM

SANG PEJUANG HAM SEJATI

SANG PEMBEBAS KAUM TERTINDAS


AL-IMAM RUHULLAH AL-MUSAWI AL-KHOMEINI RA

Imam Khomeini adalah figur yang mampu memadukan berbagai dimensi. Namun dalam tulisan ini saya hanya ingin menyoroti—melalui mata saya yang sempit ini—dua dimensi utama beliau, yaitu dimensi politik dan dimensi kearifan (‘irfan).

DR. Hamid Algar dalam sebuah artikelnya menyatakan bahwa Imam Khomeini dinilai oleh kalangan Barat dan muslimin sebagai pemimpin revolusi yang luar biasa. Semua yang secara dekat mengenal beliau maupun yang hanya sebentar bertemu beliau memberikan kesaksian bahwa beliau memiliki pandangan yang melampaui batas politik. Keterkaitan politik dalam (dimensi) kearifan inilah yang mungkin merupakan sisi khusus Imam Khomeini.[1]


Dimensi Politik

Seperti yang telah diketahui bahwa Imam Khomeini adalah seorang mujahid yang berhasil menegakkan sebuah revolusi Islam, yang dampaknya begitu besar bagi terangkatnya kehormatan (‘izzah) kaum tertindas di bumi ini.

Tak satu negara pun di dunia ini yang pernah melakukan revolusi sebagaimana revolusi Islam beliau. Sebagai contoh, Revolusi Perancis. Pemberontakan rakyat Perancis terhadap kezaliman raja Louise memang telah menghasilkan sebuah perubahan pada model pemerintahan, dari bentuk monarki ke bentuk republik. Namun kenyataannya nasib rakyat (atau sebagian rakyat) masih tetap tertindas. Sehingga, yang terjadi sebenarnya bukan sebuah revolusi, melainkan hanya pergantian bentuk dan personil pemerintahan.

Tetapi, revolusi Islam Imam Khomeini benar-benar menampilkan sebuah perubahan yang sangat krusial. Rakyat Iran yang telah sekian lama ditindas dan dibodohkan oleh rezim Pahlevi—yang didalangi oleh Amerika dan Israel—dihantarkan oleh Imam Khomeini menuju kebebasan, kemerdekaan, dan kelayakan hidup sebagai manusia. Kekuatan-kekuatan thaghut dunia pun dihancurkan dan dipermalukan di depan masyarakat dunia.

Namun demikian “suara keadilan” revolusi Islam tidak hanya bergaung di seputar rakyat Iran, melainkan juga merambah negara-negara lain. Kaum muslimin tertindas di belahan lain bumi ini seperti Mesir, Palestina, Libanon, Moro, dan lain-lain menjadi bangkit, berani, dan terdukung dalam meneriakkan perlawanan terhadap kezaliman para thaghut dunia yang dimotori oleh Amerika dan Israel serta sekutu-sekutu mereka.

Bahkan kaum non-muslim pun tak luput dari gaung “suara keadilan” revolusi Islam itu. Ketika dulu kaum kulit hitam Afrika Selatan tertindas oleh politik apartheid, Iran adalah negara pertama atau mungkin malah satu-satunya negara yang memutuskan hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Afrika Selatan. Bahkan kepada Rafsanjani—presiden Iran saat itu—ketika berkunjung ke Pretoria tahun 1996, Nelson Mandela menyampaikan pidato kehormatan: “Setelah kemenangan Revolusi 1979, negara anda telah banyak berkorban dalam mendukung upaya kami. Iran menolak untuk memuluskan sistem yang dianggap oleh dunia sebagai kejahatan kemanusiaan. Hal itu telah menjadi kebijakan anda terhadap Afrika Selatan, hingga apartheid runtuh. Karena itu, meskipun kami telah menyampaikan rasa terima kasih melalui delegasi anda pada peresmian pemerintahan kami, namun saya masih merasa wajib untuk menyatakan sekali lagi kepada bangsa Iran: “Terima Kasih”.”[2]

Semua ini tak hanya membuat gerah para thaghut, tetapi juga menjadikan mereka gusar, marah, dan benci atas keberhasilan Imam Khomeini, yang benar-benar telah menampar muka mereka. Akhirnya mereka gunakan segala macam cara licik demi menghancurkan revolusi Islam; yang sayangnya justru didukung juga oleh beberapa orang—yang mengaku muslim—yang merasa dirugikan kepentingannya dengan bergulirnya revolusi Islam ini, sehingga mereka pun rela menjadi antek kaum imperialis dunia.

Penghinaan demi penghinaan dan fitnah demi fitnah mereka lakukan terhadap Imam Khomeini. Bahkan mereka juga memanfaatkan kebencian kaum wahabi atas syi’ah sebagai salah satu cara untuk memuluskan keinginan mereka dalam menghancurkan revolusi Islam. Sehingga pernah terjadi sebuah buku Imam Khomeini—yang berjudul “Kasyful Asrar”— diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan penuh distorsi dari buku aslinya, demi membentuk kebencian kaum muslimin terhadap beliau.[3]

Tantangan-tantangan seperti itulah atau bahkan lebih berat dari itu, yang selalu menemani kehidupan seorang Imam Khomeini. Namun hal itu tak sedikitpun membuat beliau gentar. Beliau tetap berani dan konsisten dalam mengumandangkan suara keadilan dan perlawanan terhadap kezaliman, hingga akhir hayat beliau.

Tina Conlon, seorang tokoh nasrani Canada, bahkan tak mampu menyembunyikan perasaannya: “Saya tak banyak mengenal Imam Khomeini, namun saya telah banyak mempelajari (tentang beliau) sejak enam belas tahun yang lalu. Saya menganggap beliau sebagai salah satu pemimpin spiritual saya. Beliau memperjuangkan urusan Tuhan dengan menentang penindasan. Beliau melawan kezaliman demi rakyat Iran yang menderita di bawah penindasan Syah. Beliau melawan kezaliman rezim apartheid atas warga kulit hitam Afrika Selatan. Beliau melawan kezaliman atas warga Palestina, yang hingga saat ini tak terlindungi dari kejahatan hanya karena mereka ingin kembali ke rumah mereka.”[4]


Dimensi Kearifan (‘Irfan)

Imam Khomeini selalu menjadikan Allah sebagai tujuan. Semua perjuangan dan gerakan beliau hanya demi meraih keridhaan-Nya. Beliau pun hanya menggantungkan harapan kepada Allah. Oleh karena itu, dalam upaya menggulirkan revolusi Islam, beliau tak pernah mempedulikan ada atau tidak adanya pendukung. Beliau hanya melihat Allah.

Hal ini terlihat dalam jawaban beliau kepada Yasser Arafat, ketika ia menemui beliau pada tanggal 18 Februari 1979. Saat itu Yasser Arafat menyatakan bahwa Israel dapat berlindung dan bergantung kepada Amerika, sementara Palestina juga bisa bersandar kepada bangsa Iran. Namun, Imam Khomeini menjawab: “Tempat perlindungan yang tidak lemah, alias berdaya, adalah Allah. Allah adalah tempat kita berlindung. Saya nasihati Anda, rakyat saya, dan rakyat Anda untuk selalu berpaling kepada Allah, bukan pada kekuatan-kekuatan (dunia) itu. Jangan bergantung pada sesuatu yang bersifat material, tetapi pada yang bersifat spiritual. Kekuatan Allah lebih besar ketimbang semua kekuatan-kekuatan (dunia) itu. Sehingga, kita melihat sebuah bangsa yang lemah dan bertangan kosong mampu mengalahkan seluruh kekuatan (dunia), dan insyaAllah akan terus demikian.”[5]

Ketundukan dan kerendahan diri beliau di hadapan Allah tak diragukan lagi. Beliau tak pernah meninggalkan shalat malam (tahajjud), meski dalam kondisi lelah atau sakit sekalipun. Beliau habiskan malam dengan menangis dan bermunajat kepada Allah. Diriwayatkan oleh Hujjatul Islam Ashtiyani bahwa suatu ketika salah seorang keluarga Imam memasuki kamar beliau di rumah sakit sebelum masuk waktu subuh. Ia mendapati Imam tengah menangis tersedu-sedu—hingga wajah beliau basah oleh air mata—sembari bermunajat kepada Allah.[6]

Beliau pun selalu menganggap ibadah shalat lebih penting dari urusan lainnya. Karena itu beliau selalu melakukan shalat di awal waktu, meskipun sedang berada dalam perjalanan, dalam penjara, di pengasingan, dan bahkan ketika tergolek lemah karena sakit parah. Diriwayatkan oleh Firishte I’rabi bahwa sejak satu jam sebelum masuk zhuhur, beliau selalu bertanya kepada siapa saja yang menjenguk beliau di rumah sakit: “Berapa lama lagi masuk waktu zhuhur?”, agar beliau dapat melaksanakan shalat di awal waktu. Bahkan ketika kondisi beliau kritis dan tak sadarkan diri, saat dokter membisikkan bahwa waktu maghrib telah tiba, beliau pun meresponnya dan kemudian melakukan shalat dengan gerakan isyarat tangan dan alis.[7]

Diriwayatkan pula oleh Sayyid Ahmad Khomeini bahwa Imam pernah menghentikan pidato (pada saat-saat akhir pengasingan beliau di Perancis), hanya karena hendak melaksanakan shalat di awal waktu. Padahal itu merupakan momen besar dan efektif, dimana saat itu revolusi telah mencapai titik kemenangan yang ditandai dengan kaburnya Syah. Apalagi pidato ini diliput oleh sekitar 150 juru kamera dari berbagai penjuru dunia dan direlai oleh stasiun-stasiun televisi Internasional seperti CNN, BBC, dan lain-lain; juga oleh semua wartawan berita seperti Associated Press, United Press, dan Reuters; termasuk pula oleh para wartawan media cetak dan radio.[8]

Kearifan dan penghambaan kepada Allah inilah yang menghantarkan beliau menjadi pejuang sejati, yang selalu mengangkat nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian pada sesama, serta menolak segala macam kezaliman dan pelanggaran hak sekecil apapun.

Diriwayatkan oleh Ayatullah Qarhi bahwa ketika Imam berada di pengasingan Najaf, rumah kecil beliau selalu menjadi tempat shalat berjama’ah zhuhur dan asar. Banyak yang mengikuti shalat berjama’ah ini, hingga memenuhi rumah dan halaman. Saat Imam memasuki ruangan, beliau begitu berhati-hati dalam melangkah. Hal ini demi agar beliau tidak menginjak sepatu atau jubah orang lain. Sungguh luar biasa, hingga seperti inilah cara beliau menghormati hak orang lain.[9]

Diriwayatkan pula bahwa Imam pernah menolak ketika rumah mungil beliau hendak dipasangi pendingin ruangan, sementara saat itu sedang musim kemarau yang begitu panas. Ketika ditanya mengapa beliau menolaknya, beliau menjawab bahwa saat itu warga Afghanistan—yang tengah dijajah oleh Rusia—sedang mengalami kepanasan yang sama.[10]

Inilah dua dimensi utama pada diri Imam Khomeini, yang telah sedemikian berfusi dan tak akan pernah berpisah. Dimensi yang hanya bisa dimiliki oleh mereka yang hanya menjadikan Allah sebagai tujuan, yang hanya bergantung pada kekuatan Allah, memiliki kepekaan sosial yang tinggi, dan menghormati hak orang lain.

Saya yakin, tulisan ini sangat jauh dari keagungan dan kemuliaan pribadi Imam Khomeini yang sesungguhnya. Karena ini hanyalah upaya untuk semaksimal mungkin melihat dan meneladani beliau, meskipun melalui mata yang begitu sempit.

Sebagai penutup, saya ingin mengutip beberapa pendapat tokoh dunia tentang Imam Khomeini dan Revolusi Islam beliau:
1. Michel Foucault (seorang filosof), ketika meletus Revolusi Islam Iran, menyatakan: “Pemerintahan Islam dapat memprakarsai sebuah spiritulitas politik baru dan mempropagandakan perubahan dunia. Hal yang tak lagi dikenal oleh Barat, semenjak munculnya modernitas.”[11]
2. Roger Garaudy (seorang intelektual Perancis) menyatakan: “Revolusi Islam Iran menampilkan contoh baru dari manusia dan masyarakat sempurna. Ini merupakan alasan di balik permusuhan Barat terhadapnya. Khomeini telah memberikan makna baru bagi kehidupan bangsa Iran.”[12]
3. William Wersey (seorang penulis dan jurnalis Amerika) menyatakan: “Revolusi Islam Iran adalah mulia, karena dia merupakan teriakan yang berasal dari nurani Imam Khomeini.”[13]
4. Paus Johannes Paulus II menyatakan: “Ia adalah seorang yang dapat mengekpresikan pandangannya, mengingat apa yang telah ia lakukan terhadap negaranya dan dunia, dengan kehormatan besar dan pemikiran yang dalam.”[14]
5. Norman Mailer (seorang penulis) menyatakan: “Khomeini telah menawari kita kesempatan untuk menyembuhkan agama kita yang lemah ini.”[15]
6. Ernesto Cardinal (pejuang Nikaragua) menyatakan: “Para pencinta kebebasan di dunia berduka atas wafatnya Imam Khomeini.”[16]
7. Rajiv Gandhi menyatakan: “Ia seorang pemimpin besar, yang telah menggulirkan kemenangan revolusi Islam dengan keyakinannya dan berhasil meruntuhkan rezim Syah.” [17]
8. Muhammad Haikal (penulis dan ulama sunni) menyatakan: “Ia adalah orang besar, yang datang dari periode yang lain.”[18]
9. Robert Mugabe menyatakan: “Ia membimbing bangsa Iran dalam sebuah revolusi terbaik, yang unik di dunia.”[19]


Referensi:

[1] DR. Hamid Algar, “The Fusion of The Gnostic and The Political in The Personality and Life of Imam Khomeini”.
[2] “Address by President Nelson Mandela at A Banquet in Honour of President Rafsanjani of Iran”, Pretoria, 12 September 1996; Mohsen Pak Ayin, “A Look at The History of Relations Between Iran & African States”, The Journal of African Studies (Quarterly), vol. 1, hal. 13-28, Summer 1994.
[3] DR. Ibrahim Dasuki Syata, “Kasyful-Asrar Khomeini: Antara Bahasa Arab dan Bahasa Parsi”, Yayasan As-Sajjad, Jakarta.
[4] Tina Conlon, “What I Think of Imam Khomeini”, Al-Haqq Newsletter, vol. 5, issue 7.
[5] The Institute for The Compilation and Publication of The Works of Imam Khomeini, “Palestina Dalam Pandangan Imam Khomeini”, hal. 182, Pustaka Zahra, Jakarta.
[6] Association of Learning and Human Resource Research Office, “Tranquil Heart”, bab 11.
[7] Abu Muhammad Zaynul ‘Abidin, “Soaring to The Only Beloved”, bab 9.
[8] Ibid.
[9] Association of Learning and Human Resource Research Office, “Tranquil Heart”, bab 22.
[10] Kisah dari seorang teman, yang pernah belajar di Hauzah Qum, Iran.
[11] Wikipedia, “Ruhollah Khomeini”.
[12] Ibid.
[13] Ibid.
[14] Ibid.
[15] Ibid.
[16] Ibid.
[17] Islamic Republic of Iran Broadcasting (IRIB), “Imam From Official’s Point of Views”.
[18] Ibid.
[19] Ibid.
__________________________________

Imam Khomeini Ulama Terbesar Islam Modern

Imam Khomeini.

Berbicara tentang Imam Khomeini pastilah tidak akan terlepas dari dua dimensi besar beliau, yaitu politik dan kearifan (irfan). Kecakapan dalam kepemimpinan dan kecerdasan spiritual inilah yang menjadikan nama beliau abadi dalam torehan tinta emas sejarah kehidupan manusia. Hamid Algar dalam sebuah artikelnya “The Fusion of The Gnostic and The Political in The Personality and Life of Imam Khomeini” menyatakan bahwa semua yang secara dekat mengenal beliau maupun yang hanya sebentar bertemu beliau memberikan kesaksian bahwa beliau memiliki pandangan yang melampaui batas politik. Keberpaduan politik dan kearifan inilah yang tampaknya merupakan ciri khusus beliau.

Namun, dalam note sederhana ini, saya hanya ingin berbagi sedikit seputar dimensi kearifan beliau. Imam Khomeini merupakan sosok teosentris, yang selalu menjadikan Allah sebagai tujuan. Semua perjuangan dan gerakan beliau semata-mata demi meraih keridaan-Nya. Ini tampak dalam jawaban beliau kepada Yasser Arafat (18 Februari 1979) yang berkata bahwa ketika Israel dapat berlindung dan bergantung kepada Amerika, Palestina juga bisa bersandar kepada bangsa Iran.

Namun, Imam Khomeini justru menjawab, “Tempat berlindung yang kuat hanyalah Allah. Saya menasihati Anda, rakyat saya, dan rakyat Anda untuk selalu berpaling kepada Allah, bukan kepada kekuatan-kekuatan duniawi. Jangan bergantung kepada sesuatu yang material, melainkan kepada yang spiritual. Kekuatan Allah lebih besar ketimbang semua kekuatan duniawi. Dengannya, kita menyaksikan sebuah bangsa yang lemah dan bertangan kosong mampu mengalahkan seluruh kekuatan duniawi, dan Insya Allah akan terus demikian.”

Ketundukan dan kerendahan diri beliau di hadapan Allah tak diragukan lagi. Beliau tak pernah sekalipun meninggalkan salat malam (tahajjud), meski dalam kondisi lelah atau sakit sekalipun. Beliau habiskan malam dengan menangis dan bermunajat kepada Allah. Diriwayatkan oleh Hujjatul Islam Ashtiyani bahwa suatu ketika salah seorang keluarga Imam memasuki kamar beliau di rumah sakit sebelum masuk waktu subuh. Ia mendapati Imam tengah menangis tersedu-sedu-hingga wajah beliau basah oleh air mata-sembari bermunajat kepada Allah.

Beliau selalu menganggap ibadah salat lebih penting dari urusan apa pun. Karenanya, salat di awal waktu menjadi rutinitas beliau sehari-hari, meski dalam perjalanan, di penjara, di pengasingan, dan bahkan saat tergolek lemah di rumah sakit. Diriwayatkan oleh Firishte I’rabi bahwa sejak satu jam sebelum masuk Zhuhur, beliau selalu bertanya kepada siapa saja yang menjenguk beliau di rumah sakit, “Berapa lama lagi waktu Zhuhur tiba?” Bahkan ketika kondisi beliau sedang kritis dan tak sadarkan diri, saat itu dokter membisikkan bahwa waktu Maghrib telah tiba, dan subhanallah beliau meresponnya dan segera melaksanakan salat melalui gerakan isyarat tangan dan alis.

Diriwayatkan pula oleh Sayid Ahmad Khomeini bahwa Imam pernah mendadak menghentikan pidato (pada detik-detik terakhir pengasingan beliau di Perancis), hanya karena hendak melaksanakan salat di awal waktu. Padahal situasi itu merupakan momen besar dan efektif, di mana revolusi telah mencapai titik kemenangan yang ditandai dengan kaburnya Syah. Apalagi pidato ini diliput oleh sekitar 150 kamerawan dari berbagai penjuru dunia dan direlai oleh stasiun-stasiun televisi Internasional seperti CNN, BBC, dan lain-lain, juga oleh beragam kantor berita seperti Associated Press, United Press, dan Reuters, termasuk pula media cetak dan radio. Tetapi, semua ini tidak mempengaruhi Imam sedikit pun dalam melaksanakan rutinitasnya tersebut.

Diriwayatkan juga oleh Ayatullah Qarhi bahwa ketika Imam berada di pengasingan Najaf, rumah kecil beliau selalu menjadi tempat berjamaah salat Zhuhur dan Asar. Banyak yang mengikuti salat berjamaah ini, hingga memenuhi rumah dan halaman. Saat Imam memasuki ruangan, beliau begitu berhati-hati dalam melangkah. Hal ini demi agar beliau tidak menginjak sepatu atau jubah orang lain. Luar biasa, hingga sejauh ini cara beliau menghormati hak orang lain.

Diriwayatkan pula bahwa Imam pernah menolak ketika rumah mungil beliau hendak dipasangi pendingin ruangan, sementara saat itu sedang musim kemarau yang begitu panas. Ketika ditanya mengapa beliau menolaknya, beliau menjawab bahwa saat itu warga Afghanistan-yang tengah dijajah oleh Rusia-sedang mengalami kepanasan yang sama.

Masih banyak lagi sebenarnya yang bisa disampaikan. Namun demikian, saya berharap melalui catatan minim di atas setidaknya kita bisa memperoleh deskripsi tentang dimensi kearifan beliau. Karenanya, tak heran bila Syaikh Ahmad Deedat, seorang ulama dan pakar kristologi yang terkenal dengan bukunya The Choice, tak berdaya membendung kekagumannya kepada beliau ketika berkunjung ke Republik Islam Iran pada tanggal 3 Maret 1982.

Ia berkata, “Kami lalu mengunjungi Imam Ayatullah Ruhullah Musawi Khomeini. Setelah menunggu beberapa saat, Imam pun muncul sekitar sepuluh meter dari tempatku. Beliau lalu memberikan khutbah sekitar setengah jam, dan tak ada yang beliau sampaikan kecuali Al-Quran. Orang ini bak komputer Al-Quran saja. Karismanya memang mempesona. Saat melihat wajahnya, tanpa sadar airmata Anda akan menetes di pipi. Anda hanya tinggal menatapnya, maka Anda akan menangis.”

Tak terasa, dua puluh dua tahun sudah Imam Khomeini meninggalkan dunia ini untuk kembali kepada Kekasihnya. Namun, saya yakin, perjuangan dan semangatnya akan selalu hidup di hati mereka yang menjunjung tinggi keadilan dan nilai-nilai kemanusiaan.

Tina Conlon, seorang tokoh Nasrani Kanada, bahkan tanpa ragu mengungkapkan perasaannya, “Saya tidak terlalu mengenal Imam Khomeini, namun saya telah banyak mempelajari beliau sejak enam belas tahun lalu. Saya menganggap beliau salah seorang pemimpin spiritual saya. Beliau memperjuangkan urusan Tuhan dengan menentang penindasan. Beliau melawan kezaliman demi rakyat Iran yang menderita di bawah penindasan Syah. Beliau melawan kezaliman rezim apartheid atas warga kulit hitam Afrika Selatan. Beliau melawan kezaliman atas warga Palestina, yang hingga saat ini tak terlindungi dari kejahatan hanya karena mereka ingin kembali ke rumah mereka.”.
____________________________________

Imam Khomeini merupakan sosok teosentris, yang selalu menjadikan Allah sebagai tujuan. Semua perjuangan dan gerakan beliau semata-mata demi meraih keridaan-Nya


Pemimpin Besar Revolusi Abad 20.


Berbicara tentang Imam Khomeini pastilah tidak akan terlepas dari dua dimensi besar beliau, yaitu politik dan kearifan (irfan). Kecakapan dalam kepemimpinan dan kecerdasan spiritual inilah yang menjadikan nama beliau abadi dalam torehan tinta emas sejarah kehidupan manusia. Hamid Algar dalam sebuah artikelnya “The Fusion of The Gnostic and The Political in The Personality and Life of Imam Khomeini” menyatakan bahwa semua yang secara dekat mengenal beliau maupun yang hanya sebentar bertemu beliau memberikan kesaksian bahwa beliau memiliki pandangan yang melampaui batas politik. Keberpaduan politik dan kearifan inilah yang tampaknya merupakan ciri khusus beliau.

Namun, dalam note sederhana ini, saya hanya ingin berbagi sedikit seputar dimensi kearifan beliau. Imam Khomeini merupakan sosok teosentris, yang selalu menjadikan Allah sebagai tujuan. Semua perjuangan dan gerakan beliau semata-mata demi meraih keridaan-Nya. Ini tampak dalam jawaban beliau kepada Yasser Arafat (18 Februari 1979) yang berkata bahwa ketika Israel dapat berlindung dan bergantung kepada Amerika, Palestina juga bisa bersandar kepada bangsa Iran.

Namun, Imam Khomeini justru menjawab, “Tempat berlindung yang kuat hanyalah Allah. Saya menasihati Anda, rakyat saya, dan rakyat Anda untuk selalu berpaling kepada Allah, bukan kepada kekuatan-kekuatan duniawi. Jangan bergantung kepada sesuatu yang material, melainkan kepada yang spiritual. Kekuatan Allah lebih besar ketimbang semua kekuatan duniawi. Dengannya, kita menyaksikan sebuah bangsa yang lemah dan bertangan kosong mampu mengalahkan seluruh kekuatan duniawi, dan Insya Allah akan terus demikian.”.

Ketundukan dan kerendahan diri beliau di hadapan Allah tak diragukan lagi. Beliau tak pernah sekalipun meninggalkan salat malam (tahajjud), meski dalam kondisi lelah atau sakit sekalipun. Beliau habiskan malam dengan menangis dan bermunajat kepada Allah. Diriwayatkan oleh Hujjatul Islam Ashtiyani bahwa suatu ketika salah seorang keluarga Imam memasuki kamar beliau di rumah sakit sebelum masuk waktu subuh. Ia mendapati Imam tengah menangis tersedu-sedu-hingga wajah beliau basah oleh air mata-sembari bermunajat kepada Allah.

Beliau selalu menganggap ibadah salat lebih penting dari urusan apa pun. Karenanya, salat di awal waktu menjadi rutinitas beliau sehari-hari, meski dalam perjalanan, di penjara, di pengasingan, dan bahkan saat tergolek lemah di rumah sakit. Diriwayatkan oleh Firishte I’rabi bahwa sejak satu jam sebelum masuk Zhuhur, beliau selalu bertanya kepada siapa saja yang menjenguk beliau di rumah sakit, “Berapa lama lagi waktu Zhuhur tiba?” Bahkan ketika kondisi beliau sedang kritis dan tak sadarkan diri, saat itu dokter membisikkan bahwa waktu Maghrib telah tiba, dan subhanallah beliau meresponnya dan segera melaksanakan salat melalui gerakan isyarat tangan dan alis.

Diriwayatkan pula oleh Sayid Ahmad Khomeini bahwa Imam pernah mendadak menghentikan pidato (pada detik-detik terakhir pengasingan beliau di Perancis), hanya karena hendak melaksanakan salat di awal waktu. Padahal situasi itu merupakan momen besar dan efektif, di mana revolusi telah mencapai titik kemenangan yang ditandai dengan kaburnya Syah. Apalagi pidato ini diliput oleh sekitar 150 kamerawan dari berbagai penjuru dunia dan direlai oleh stasiun-stasiun televisi Internasional seperti CNN, BBC, dan lain-lain, juga oleh beragam kantor berita seperti Associated Press, United Press, dan Reuters, termasuk pula media cetak dan radio. Tetapi, semua ini tidak mempengaruhi Imam sedikit pun dalam melaksanakan rutinitasnya tersebut.

Diriwayatkan juga oleh Ayatullah Qarhi bahwa ketika Imam berada di pengasingan Najaf, rumah kecil beliau selalu menjadi tempat berjamaah salat Zhuhur dan Asar. Banyak yang mengikuti salat berjamaah ini, hingga memenuhi rumah dan halaman. Saat Imam memasuki ruangan, beliau begitu berhati-hati dalam melangkah. Hal ini demi agar beliau tidak menginjak sepatu atau jubah orang lain. Luar biasa, hingga sejauh ini cara beliau menghormati hak orang lain.

Diriwayatkan pula bahwa Imam pernah menolak ketika rumah mungil beliau hendak dipasangi pendingin ruangan, sementara saat itu sedang musim kemarau yang begitu panas. Ketika ditanya mengapa beliau menolaknya, beliau menjawab bahwa saat itu warga Afghanistan-yang tengah dijajah oleh Rusia-sedang mengalami kepanasan yang sama.

Masih banyak lagi sebenarnya yang bisa disampaikan. Namun demikian, saya berharap melalui catatan minim di atas setidaknya kita bisa memperoleh deskripsi tentang dimensi kearifan beliau. Karenanya, tak heran bila Syaikh Ahmad Deedat, seorang ulama dan pakar kristologi yang terkenal dengan bukunya The Choice, tak berdaya membendung kekagumannya kepada beliau ketika berkunjung ke Republik Islam Iran pada tanggal 3 Maret 1982.

Ia berkata, “Kami lalu mengunjungi Imam Ayatullah Ruhullah Musawi Khomeini. Setelah menunggu beberapa saat, Imam pun muncul sekitar sepuluh meter dari tempatku. Beliau lalu memberikan khutbah sekitar setengah jam, dan tak ada yang beliau sampaikan kecuali Al-Quran. Orang ini bak komputer Al-Quran saja. Karismanya memang mempesona. Saat melihat wajahnya, tanpa sadar airmata Anda akan menetes di pipi. Anda hanya tinggal menatapnya, maka Anda akan menangis.”.

Tak terasa, dua puluh dua tahun sudah Imam Khomeini meninggalkan dunia ini untuk kembali kepada Kekasihnya. Namun, saya yakin, perjuangan dan semangatnya akan selalu hidup di hati mereka yang menjunjung tinggi keadilan dan nilai-nilai kemanusiaan.

Tina Conlon, seorang tokoh Nasrani Kanada, bahkan tanpa ragu mengungkapkan perasaannya, “Saya tidak terlalu mengenal Imam Khomeini, namun saya telah banyak mempelajari beliau sejak enam belas tahun lalu. Saya menganggap beliau salah seorang pemimpin spiritual saya. Beliau memperjuangkan urusan Tuhan dengan menentang penindasan. Beliau melawan kezaliman demi rakyat Iran yang menderita di bawah penindasan Syah. Beliau melawan kezaliman rezim apartheid atas warga kulit hitam Afrika Selatan. Beliau melawan kezaliman atas warga Palestina, yang hingga saat ini tak terlindungi dari kejahatan hanya karena mereka ingin kembali ke rumah mereka.”.

Pemikiran Ayatullah Ruhullah Khomeini dan Sejarah Hidupnya. Beliau boleh diibaratkan sebagai sebuah ribut, tetapi orang lain boleh melihat ada ketenangan di dalam ribut itu, walaupun tegas dan mengarah, tetapi tenang dan menerima pendapat. Terdapat sesuatu yang tidak dapat diubah di dalam rohani beliau, tetapi sesuatu yang tidak dapat diubah itu mengubah keseluruhan negara Iran. Beliau bukan sekadar manusia biasa, malah walaupun dibandingkan dengan semua orang yang digelar “wali” yang pernah saya temui, dari dalai Lama, Sami Buddha dan wali Hindu, tiada yang memiliki apa yang Khomeini miliki. – Robin Woodsworth Carlsen, The Imam and His Revolution

Beliau dilahirkan dengan nama Sayyid Ruhullah al Musawi pada 1320 Hijrah. Datuk beliau ialah seorang ulama besar, Sayyid Ahmad al hindi, yang telah berhijrah dari lucknow, pusat ilmu Syiah di kawasan India, ke Khomein sebuah pekan kecil di selatan barat Qom. Bapa beliau telah dibunuh ketika beliau masih kecil, oleh itu beliau dibesarkan oleh ibu dan makcik beliau. Bagaimanapun, mereka juga meninggal tidak lama kemudian, dan tanggungjawab ini ditanggung oleh abang sulung beliau Sayyid Mustafa.

Beliau memulakan pengajian agama beliau ketika masih muda lagi.Di umur 7 tahun beliau sudah menjadi hafiz dengan menghafal keseluruhan al Quran. Kemudian beliau bermusafir ke Arak untuk menyambung pengajian beliau, seterusnya ke Qom, yang mana baru dalam permulaannya menjadi sebuah pusat pengajian Syiah dengan kehadiran Syeikh Abdul Karim Hairi. Di Qom, beliau belajar kerohanian dan falsafah di bawah Mirza Javad Maliki Tabrizi dan Mirza Muhammad Ali Shahabadi. Sementara itu, beliau juga turut mempelajari kurikulum tradisional hauzah di bawah Syeikh Abdul Karim Hairi dan pada ahli fiqh yang ulung di zamannya.

Setelah kematian Syeikh Hairi di Qom dan kemudiaannya Sayyid Abul Hassan Isfahani di Najaf, begitu terasa sekali keperluan untuk seorang pemimpin yang kuat di dalam masyarakat Syiah. Imam Khomeini dan tenaga pengajar muda yang lain di Hauzah meminta Sayyid Hussain Burujardi untuk datang ke Qom dan mengambil tampok kepimpinan hauzah.

Ketika waktu ini, dinasti Pahlawi sedang dalam proses menegakkan pemerintahan sekular dan autokrasi. Sebarang penentangan terhadap polisi kerajaan akan diambil tindakan secara kejam oleh ejen-ejen Savak, badan perisikan kerajaan. Amalan-amalan keagamaan telah dilarang, kerana Shah cuba untuk mengasingkan Islam dari masyarakat umum. Polisi fiskal beliau yang radikal dan perbelanjaan boros untuk ketenteraan telah berjaya membankrapkan ekonomi Iran. Kebergantungan berlebihan terhadap barat juga menambah lagi penentangan terhadap rejim beliau.

Sesetengah orang terlalu cepat dalam mengkritik Ayatollah Burujerdi yang memilih untuk berdiam diri terhadap kerajaan dalam tempoh ini. Bagaimanapun, perlu diketahui bahawa revolusi tidak akan boleh berjaya tanpa para pemimpin yang komited dan mereka berdua(Burujerdi dan Khomeini) sedang sibuk dalam melahirkan bakal pemimpin masa depan untuk revolusi. Antara yang terkenal hasil dari Imam Khomeini ialah Sayyid Muhammad Hussain Beheshti, Sayyid Muhammad Ali Qadhi, Sayyid Ali Hussaini Khamenei, Sayyid Abdul Karim Musawi Ardbeli, Shaikh Murtadha Mutahhari, Shaikh Fadhil Lankarani, Shaikh Ali Quddusi, dan Shaikh Haidar Ali Hashmian.

Setelah kematian Ayatollah Burujerdi, Imam Khomeini diiktiraf sebagai salah seorang dari guru yang terkemuka di Hauzah. Oleh kerana itu, beliau diterima sebagai kepimpinan agama oleh ramai masyarakat Iran. Dari Madrasa Faiziyya yang terkenal, beliau menulis dan menerbitkan banyak hasil penulisan berkenaan Mantik, Irfan, Falsafah dan Fiqh, yang mana menarik ratusan pelajar ke kuliah beliau.

Oleh kerana Shah dalam proses melaksanakan sistem sekular, Imam Khomeini secara terbuka mengutuk beliau. Beliau mengarahkan pelajar-pelajar beliau untuk menyampai dan mendidiki masyarakat Iran tentang bahaya kepada masa depan jika trend ini dibiar berlanjutan. Beliau juga mengisytiharkan bersifat pasif terhadap kerajaan atas doktrin taqiyyah adalah haram dalam kes ini.

Shah bertindak balas dengan kejam. Pada 1382 Hijrah, tentera telah dihantar ke Madrasah Faiziyya, dimana mereka menyerang dan membunuh beberapa orang pelajar. Beberapa minggu kemudian, setelah memberi khutbah semasa Asyura, dimana beliau menyamakan rejim Shah dengan rejim Ummaiyah, Imam telah di tahan. Protes secara besar-besaran tercetus di seluruh Iran mengarahkan pembebasan beliau. Walaupun kerajaan membebaskan beliau beberapa bulan kemudian, pemberontakan pada 15 Khordad sebenarnya memberi gambaran tentang pemberontakan yang sama yang bakal terjadi 16 tahun kemudian, dimana seluruh rakyat Iran bangkit menjatuhkan kerajaan yang sekular dan diktator.

Setelah beliau dibebaskan dari penjara, Imam Khomeini meneruskan penentangan terhadap kerajaan yang mengamalkan amalan autokrasi dan tidak Islamik. Beliau mengisytiharkan kerajaan sebagai menyerahkan segala kedaulatan negara Iran apabila Shah menandatangani perjanjian yang memberi status imuniti terhadap semua orang Amerika di Iran. Tidak lama selepas itu, Imam dibuang negeri, pertama ke Turki dan kemudiannya ke Iraq. Shah berharap agar kedudukan beliau “dikerdilkan” oleh keberadaan ulama-ulama agung seperti Ayatollah Mohsin al-Hakim dan Sayyid Abul Qasim al-Khoei.

Di Najaf, Imam Khomeini memulakan pengajaran fiqh di Madrasah Syeikh Murtadha Ansari. Sebagai tambahan, beliau juga memulakan kuliah tentang Teori Kerajaan dan Politik Islam, yang mana mendapat sambutan dari pelajar dari berbagai latar belakang. Imam Khomeini berpendapat, di masa keghaibab Imam ke 12(semoga Allah mempercepatkan kedatangannya), sebuah sistem kerajaan hanya akan menjadi Islamik apabila ia di bawah pengawasan seorang yang faqih. Kuliah-kuliah ini kemudiannya dijadikan buku terkenal, iaitu Wilayah Al Faqih. Ucapan, artikel dan surat beliau diseludup ke Iran, di mana ia disebarkan ke masyarakat massa oleh pelajar-pelajar beliau yang sangat dedikasi seperti Sayyid Muhammad Hussain Beheshti dan Syeikh Murtadha Mutahhari.

Penentangan terhadap Syah berterusan dan semakin bertambah, tetapi selalunya ia di balas dengan berbagai teknik ganas dari Savak. sempena ulang tahun 15 Khordad, pelajar dari Madrasah Faiziyya menganjurkan satu lagi tunjuk perasaan terhadap kerajaan. Para aktivis yang tidak berdaya itu ditembak dari helikopter, dan puluhan syahid. Rejim juga bertindak balas dengan cara yang serupa terhadap tunjuk perasaan yang lain di seluruh negara. 400 orang mati terbakar apabila sebuah pawagam dibakar dan pintu dikunci. Di dalam peristiwa Jumaat Hitam yang terkenal, 2000 orang syahid di Tehran, sehingga tempat itu kini digelar Lapangan Syuhada.(Maydan e Syuhada).

Dari Najaf, khutbah Imam direkodkan di dalam kaset dan di seludup ke dalam Iran. Beliau memuji rakyat Iran kerana pengorbanan mereka dan meminta mereka bersabar dan bertahan. Beliau berkata dengan ucapan yang terkenal: Demonstrasi ini yang menjatuhkan kerajaan zalim dan memajukan tujuan utama Islam adalah sejenis ibadah yang tidak tertakluk kepada bulan dan hari. Demi matlamat untuk menyelamatkan bangsa, menegakkan undang-undang islam dan kerajaan tuhan yang berdasarkan keadilam.”.

Apabila melihat kegagalan rancangan beliau, Shah menukar rancangannya dengan membuang Imam dari negara Iraq. Imam kemudiannya bermaustatin di Paris dan menginap di sebuah kawasan bernama Neauphle-le-Chateau. Shah mengharapkan dengan tindakan ini, dapat mengurangkan komunikasi antara Imam dan pengikut beliau di Iran. Tetapi perkara yang berlawanan pula yang terjadi. Atas usaha Shah untuk merapatkan hubungan antara eropah dan Iran, komunikasi antara Imam dan pengikutnya makin bertambah. Tambahan pula, beliau sering dilawati oleh wartawan dari seluruh dunia, dan hasilnyaa seluruh dunia mengenali Imam Khomeini dan visinya tentang sebuah negara Islam berdasarkan Al Quran dan ajaran Ahlulbait(as).

Apabila bulan Muharam menjelang, Imam mengisytiharkan bahawa bangsa Iran perlu mencontohi Imam Hussain yang yang bangun menentang pemerintahan zalim dan ketidakadilan. Pada malam Asyuran 1399Hijrah, lebih dari sejuta orang mengenakan pakaian syahid berwarna putih dan berarak di jalan-jalan Tehran. Mereka membuat 17 tuntutan, antaranya ialah penubuhan kerajaan Islam Iran. Ribuan penunjuk perasaan ditembak, tetapi tidak berjaya dikalahkan. Di seluruh negara, satu per satu pekerja berbagai industri melaksanakan mogok. Revolusi telah bermula.

Dari Paris, Imam mengarahkan penubuhan Majlis Revolusi Islam, yang akan menggantikan Perdana Menteri Bakhtiar. Shah melarikan diri dari Iran dan tidak kembali. Satu-satunya penghalang antara untuk mencapai kerajaan Islam bagi Iran sekarang hanyalah rampasan kuasa tentera. Jutaan aktivis keluar untuk berhadapan dengan tentera, tetapi bukan menggunakan kekerasaan. Mereka menggunakan sifat persaudaraan, meletakkan bunga ke dalam lubang rifel dan memberi hadiah kepada anggota tentera. Hasilnya ialah mereka semua meninggalkan perkhidmatan mereka secara beramai-ramai.

Pada 2 Rabiul awal. 1399 Hijrah,(31 Januari 1979), Imam menaiki pesawat milik Perancis untuk pulang ke Tehran. Berjuta-juta orang menyambut beliau. Setibanya di Iran, perkara pertama yang dilakukan oleh Iran ialah melawat perkuburan Behest Zahra untuk memberikan penghormatan kepada para syuhada Revolusi. Beberapa hari kemudian, kerajaan Islam sementara ditubuhkan di bawah Mahdi Bazargan. Oleh kerana pihak tentera tidak lagi berfungsi, Bakhtiar mengisytharkan darurat. Sebagai tindak balas, Imam meminta pengikutnya untuk menentang perintah darurat itu dan mengisytiharkan jika pengikutnya diserang atau ditentang, beliau akan mengisytiharkan jihad terhadap kerajaan. Pihak tentera akhirnya menarik semua sokongan terhadap Bakhtiar dan pada 14 Rabiul awal, runtuhlah rejim Pahlawi. Revolusi akhirnya berjaya mencapai kemenangan.

Sebuah pungutan suara diadakan dan masyarakat telah mengundi untuk penubuhan sebuah Kerajaan Islam. Majlis Pakar(yang dianggotai oleh ulama faqih) telah bersidang untuk meluluskan cadangan perlembagaan. Di penghujung tahun, perlembagaan itu telah diluluskan oleh rakyat. Artikel 5 dari perlembagaan itu mengisytiharkan bahawa semasa keghaiban Imam ke 12, “kerajaan dan kepimpinan bangsa hanya layak kepada seorang fuqaha yang adil dan beriman yang berpengalaman dengan umurnya, berani, bijak dan mempunyai kebolehan pengurusan serta diterima sebagai pemimpin oleh majoriti rakyat.” Imam Khomeini secara sepakat telah dipilih sebagai Rahbar pertama Republik Islam Iran.

Dalam sedekad pertama Republik Islam ialah dekad terakhir bagi Imam Khomeini. Beliau telah memindahkan pejabat beliau ke Tehran dari Qom, di mana di Tehran, beliau menyelia urusan negara, menjawab persoalan agama dan bertemu dengan tetamu dan peminat beliau. Dalam beberapa tahun pertama, puak penentang telah melaksanakan beberapa teknik kejam untuk melemahkan Kerajaan Islam. Sebuah letupan bom telah membunuh lebih dari 70 pemimpin tertinggi revolusi, termasuk Sayyid Muhammad Behesti. Tambahan lagi, Republik Islam turut menghadapi perang yang dipaksakan oleh Iraq selama 8 tahun, dalam masa yang sama pihak barat mengenakan sekatan ekonomi ke atas Iran.

Mana-mana kerajaan yang lain pasti akan hancur jika dihadapakan dalam keadaan ini. Akan tetapi Republik Islam dibawah kepimpinan Imam Khomeini, dan seperti yang dipercayai oleh pihak umum, dibawah perlindungan wilayah Imam ke 12(as) berjaya bertahan. Sesungguhnya Imam Khomeini telah diceritakan mempunyai hubungan yang rapat dengan Imam Al Mahdi. Ayatollah Fadhil Lankrani meriwayatkan apabila seseorang menyanggah Imam Khomeini tentang kebaikan revolusi, Imam akan membalas, “Adakah Hazrat Baqiyatullah Imam Mahdi akan mengatakan sesuatu yang salah? Shah mesti pergi!” Semasa revolusi. dikatakan apabila Imam menghadapi sesuatu permasalah rumit, beliau akan pergi ke kamar peribadi beliau, yang mana dikatakan beliau berkomunikasi secara lansung dengan Imam al Mahdi.

Sebagai pengikut Ahlulbait(as), Imam Khomeini benar-benar mencontohi ajaran mereka dalam hidup beliau. Beliau menjalani hidup yang sederhana, dan walaupun kedudukan ilmu dan politik yang tinggi, beliau sentiasa menjaga hak ahli keluarganya. Diriwayatkan dari isterinya, yang mengatakan bahawa hanya ada satu sahaja hajat yang tidak dipenuhi oleh Imam Khomeini, isteri beliau berharap agar Imam Khomeini meminta hanya segelas air darinya, tetapi selama mereka berkahwin, tidak pernah beliau meminta walau segelas air. Ramai pelawat yang melawat rumah beliau akan berasa kagum apabila melihat Imam melakukan kerja-kerja rumah.

Walaupun dengan kedudukan dunia beliau, Imam hidup dengan penuh zuhud dan tawadhuk. Di musim sejuk yang teruk di Qom, Imam akan bangun setiap malam, berwudhuk dengan air yang membeku dan melaksanakan solat tahajud. Buku doa kepunyaan beliau(mafatih al jinan) kerap terkoyak kerana banyaknya beliau menggunakannya. Sebelum memulakan kuliah beliau tentang gerakan politik, beliau kerap menekankan kepentingan rohani dan kedekatan kepada Allah swt. Banyak ajaran beliau tentang kerohanian dan penambah baikan diri dapat dijumpai dalam buku-buku seperti Cahaya Dalam Diri, Adab Solat dan 40 Hadis.

Tidak seperti para “wali” yang lain, tahap kerohanian Imam Khomeini tampak jelas dalam kehidupan beliau yang berdisplin dan zuhud. Tentera Perancis yang ditempatkan di kediaman beliau pernah membetulkan jam mereka berdasarkan waktu Imam keluar berjalan. Di dalam perjalanan pulang ke Tehran dari Perancis, Imam bangun, berwudhuk, melaksanakn solat dan kemudian terus tidur semula. Mereka yang berada dalam pesawat itu mengatakan, Imam boleh tidur dengan aman di dalam penerbangan yang sangat tidak selesa itu hanya kerana disiplin beliau yang tinggi, tambahan pula di malam Revolusi!! Di pertengahan sidang akhbar, beliau bangun meninggalkan sidang itu dengan tiba-tiba. Apabila ditanya, ia adalah kerana telah tiba waktu untuk solat zuhur.

Imam juga mempunyai perasaan hormat pada wanita dan maruah mereka yang sangat tinggi. Anak perempuan beliau menceritakan di meja makan, apabila sahaja pergelangan wanita terselak, Imam akan mengingatkan beliau agar keseluruhan tangan beliau ditutup dengan betul. Imam pernah berkata, “Musuh kita tidak takut kepada darah syuhada kita melebihi hijab wanita kita!” Beliau juga menambah, “Adalah benar bahawa tidak mengapa membiarkan muka dan tangan terbuka, tetapi adalah lebih bagus jika kita melebihkan sedikit penutupan itu.” Beliau menggalakkan pemakaian chador hitam, yang beliau rasakan sebagai lambang revolusi.

Pada tahun 1409H kesihatan Imam mula bertambah teruk. Beliau dibawa ke hospital, dimana beliau menghabiskan 11 hari di sana untuk menghentikan pendarahan dalaman. Isteri beliau meriwayatkan, beberapa minggu sebelum di bawa ke hospital. Beliau mendapat mimpi di mana beliau menyaksikan Imam Ali Ibn Abi Thalib(as) sedang memandikan dan mengkafankan jenazah beliau. Di hari-hari terakhir beliau, beliau meyibukkan diri beliau dengan solat dan doa. memohon Allah swt agar menerima beliau. Doktor mengatakan bahawa apabila beliau meninggal dunia pada 28 Syawal 1409H, beliau pergi dalam keadaan mengucapkan Allah Akbar.

Di dalam teriakan penuh kesedihan, jenazah Imam dibawa untuk di kuburkan di selatan Iran. Hampir 10 juta orang keluar untuk memberi penghormatan, menjadikannya sebagai mejlis pengebumian terbesar dalam sejarah. Jenazah beliau akhirnya terpaksa dibawa dengan sebuah helikopter ke tempat pengebumian beliau. Selepas beliau, pelajar dan rakan seperjuangan beliau dipilih sebagai pemimpin baru Republik Islam.

(Syiah-Ali/NU-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: