Bermula Raja Syamsirah dari Aramiah yang mempunyai tiga orang anak yaitu Banta Barsyiah dan Qithah dari istrinya yang pertama. Anaknya yang bungsu bernama Banta Beuransah dari istrinya yang kedua. Suatu ketika raja bermimpi tentang seorang putri yang cantik bernama Nurul Aflah yang memiliki burung bernama Melaundiri, dari kerajaan Abram yang diperintah ayahnya bernama Sultan Malik Syamsarah. Ketiga anaknya tersebut diperintahkan oleh Raja Syamsirah untuk mencari sang putri serta burung piaraannya. Maka berangkatlah tiga bersaudara atas perintah ayahandanya.
Tidak berapa lama mereka sampai di persimpangan jalan bercabang tiga. Dari keterangan orang yang mereka temui dua jalan samping tidak akan menemui hambatan tetapi tidak menuju suatu harapan, sedangkan jalan yang di tengah penuh bahaya dan rintangan tetapi penuh dengan harapan. Kedua saudaranya yang tua memilih jalan di samping, sedangkan Beuransah memilih jalan tengah yang penuh dengan kesulitan. Dalam perjalanan selanjutnya kedua saudara Beuransah menjadi pengemis—yang satu jatuh ketangan penjudi dan yang satunya bangkrut karena pencuri. Sedangkan Beuransah menghadapi banyak hal-hal aneh. Ia menemukan pohon penuh dengan buah berebut untuk dipetik Beuransah—masing-masing buah mengaku yang terbaik; tiga buah tong yang tengah kosong; orang-orang memungut dahan pohon; janin kambing mengembek dari rahim induknya; orang memikul kayu bakar dengan beban yang berat tetapi terus menambah bebannya; kaki belakang kerbau yang sudah dipotong menendang satu sama lain; pohon besar berlobang kecil muncul nyamuk di dalamnya makin lama makin besar sampai sebesar gunung; orang yang sibuk mengumpulkan daun-daun pohon.
Hal-hal yang dijumpai Beuransah tersebut mengandung makna dalam bentuk simbol-simbol, lalu diterangkanlah makna simbol-simbol tersebut kepadanya oleh seorang Syiah (orang alim) guna membekalinya dengan pengetahuan berharga dan menyarankannya agar meneruskan perjalanan ke arah timur. Dalam perjalanan ia menemukan sebuah istana yang telah ditinggalkan orang. Di sana ia bertemu dengan Nek Keubayan—ibu raksasa yang suka memakan orang dan binatang. Nek Keubayan merasa kasih terhadap Beuransah, dan menyembunyikannya sewaktu raksasa sedang berburu. Waktu raksasa kembali, si ibu mengorek ilmu rahasia raksasa untuk membantu Beuransah. Raksasa mengatakan tujuh helai rambutnya dapat dijadikan jimat untuk menghadapi segala bahaya. Ketika raksasa sedang tidur, si ibu memotong tujuh helai rambutnya dan memberikan pada Beuransah.
Pada sebuah gunung ia menemukan roh raksasa dijaga oleh dua putri. Raksasa itupun dapat dibunuhnya. Ia meninggalkan dua putri di gunung dan akan menyinggahinya ketika pulang. Setelah itu, ia berteman dengan seekor garuda yang 98 ekor anaknya dimakan seekor naga. Lalu ia pun membunuh naga tersebut dan menyelamatkan dua ekor anak garuda. Sebagai rasa terimakasih garuda membawanya melintasi lautan api menuju tanah tujuannya. Garudapun menunggu perintah selanjutnya.
Beuransah masuk ke istana Abram dan berhasil membawa sang putri dan burungnya. Mula-mula ia hanya membawa burung sakti pulang dan menyinggahi dua putri yang ditinggalkannya di gunung. Dalam perjalanan ia bertemu dengan kedua saudaranya yang sudah miskin. Ia memberikan hadiah yang mahal-mahal. Tetapi kedua saudaranya tersebut menjadi cemburu lalu mencelakakannya dengan memasukkannya ke dalam sumur yang dalam. Di hadapan raja mereka mengaku yang mendapatkan burung sedangkan Beuransah hilang dalam perjalanan. Tapi rasa bersalah menyebabkan mereka malu lalu melarikan diri ke dalam hutan dan tubuh mereka tumbuh bulu-bulu seperti binatang. Sementara itu, Beuransah ditemukan oleh seorang saudagar kaya dan diangkat menjadi anak. Setelah saudagar meninggal, ia mewarisi harta kekayaannya termasuk seekor burung bernama Blanta. Dalam perut burung tersebut terdapat malakat (batu sakti) yang dapat dikeluarkan oleh tujuh jin. Seorang Yahudi ingin mendapatkan batu tersebut dengan tipu-muslihat tetapi tidak berhasil. Berkat kesaktian malakat tersebut ia dapat memasuki istana Abram dan menikahi sang putri. Yahudi tidak kehilangan akal, ia berhasil menyihir Beuransah dan mendapatkan malakat. Beuransah dibuang ke laut lalu dimakan seekor ikan. Dalam perut ikan ia berubah menjadi seorang bayi. Nelayan yang menemukannya dalam perut ikan membesarkannya. Berkat tikus, kucing dan anjing milik si nelayan, Beuransah berhasil mendapatkan kembali malakatnya. Kemudian dengan bantuan tujuh jin ia pun kembali bertemu dengan istrinya. Lalu tujuh jin tersebut mengangkat istana sekalian isinya ke kampung halaman Beuransah.
Beuransah memaafkan kedua saudaranya dan mengembalikan rupanya seperti semula dan memberikan dua putri gunung sebagai istri mereka. Beuransah pun diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya. Ia dikaruniai seorang putra diberi nama Sanggila dan seorang putri Ruhoy Akeuba. Ia pun menikahkan anaknya tersebut dengan putri Indraprata, penguasa kerajaan kayangan.
Tersebutlah raja Cina berhasil menculik istri Beuransah dan dibawa pulang ke kerajaannya dalam keranda kaca. Maka terjadilah perang yang dasyat di antara dua kerajaan ini. Akhirnya Beuransah dapat mengalahkan raja Cina.
Isi Hikayat Banta Beuransah
Berikut ini kita lihat cuplikan sebagian teks Hikayat Beuransah nukilan oleh Aminah dan dialih bahasakan oleh Abdullah Husin (Ara, dkk, 1995:58)
……
Pada suatu malam Raja Syamsiah
Bermimpi seakan ia pergi ke suatu negri
Tempat putri yang cantik
Kulita Abram nama negeri itu
Dan nama putrinya Nurul Aflah
Dalam mahligai tersebut ada seekor burung
Sebagai mainan putri namanya
Malaundiri bulunya indah
Sebagai ayahnya bernama Syamsyarah
Kuta luas dan bertahtakan batu pualam
Tujuh hari raja pingsan
Demikian anugerah Allah
Kemudian raja meminta diberikan
Burung itu pada putri yang cantik rupawan
Tuan putri tak berani mengabulkan
Takut marah sang ayah
Raja sangat sedih dalam mimpinya
Setelah siuman dari pingsan beliau menangis
Putri tanyakan pada raja apa gerangan beliau tangisi
Lantas raja ceritakan mimpi
Setelah itu sang putri heran apa gerangan perubahan pada raja
Kemudian dia panggil semua menteri oleh raja dan nujum-nujum
……..
Sana air penuh yang tengah tidak ada
Berlimpah dua gardu satu tetes tak ada dalamnya
Kemudian terlihat sibuk orang berkas sala
Diangkat-angkat tak mampu diangkat
Konon pula ditambah yang lebih besar lagi
……..
Mengapa segalanya tak terpaham begitu kalam Banta
Tak patuh dan tak mau dengar
Sama si gila mana ada upaya
Mau diangkat tak bergerak
Tak mau dengar nasehat
Sudah itu Banta lalu
Kambing bunting di jalan raya
Anak dalam perutnya bersuara
Banta terus berangkat
……….
(Aceh-Sejarah/Berbagai-Sumber-Sejarah/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email