Abu Jibril artinya bapaknya si Jibril, tentunya bukan Jibril as sang Malaikat. Abu Jibril adalah bapak dari Muhammad Jibril alias Muhammad Ricky Ardan, yang belakangan sudah resmi sebagai tersangka pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton.
Sebelum polisi berhasil menangkap si Ricky Ardan, bapaknya bungkam seribu bahasa, ketika polisi menanyai keberadaan anaknya itu. Tetapi, setelah polisi berhasil menangkap anaknya, barulah Abu Jibril merasa lebih pintar dari polisi, dengan menyalahkan polisi yang kurang prosedural.
Ricky Ardan dituduh ikut mendanai peledakan bom mega kuningan. Ia juga yang mengelola arrahmah.com. Setelah tidak jumpa anaknya selama seminggu, akhirnya Abu Jibril berhasil menemui anaknya. Ia agak kecewa melihat anaknya lebam pipinya. Mungkin pipinya ditepuk2 polisi karena tidak mengaku. Karena ditepuk2nya agak keras, pipi pun melebam. Biasalah tu kerjaan polisi, kalau tidak mau ngaku2 juga, terpaksa dengan sedikit keras. Toh akhirnya mengaku juga. Coba dari awal mau mengaku, kan tidak pakai ditepuk2 polisi. Atas kelakuan polisi itu, Abu jibril protes. Siapa yang menepuk2 pipi anaknya sampai lebam. Jibril tidak tahu karena selama pemeriksaan matanya ditutup.
Sejak pertama penangkapan anaknya, Abu Jibril sudah petentang [etenteng, sok melawan polisi, mau menuntut polisi, penangkapan ilegal, tidak menurut prosedur. Sementara pihak kepolisian merasa serba salah, nangkap salah, tidak ditangkap dibilang polisi lambat, tidak bekerja. Kasihan polisi.
Setelah jadi tersangka, keluarganya, pengacaranya juga merasa keberatan. Yang jujur sajalah, Abu Jibril itu dari kelompok Islam apa ? Siapa yang ,mendanai itu semua ? supaya masyarakat tahu, islam yang mana yang telah menyimpang dan salah fikir ???
Selain dituduh sebagai penyandang dana, Jibril juga dituduh telah melakukan pemalsuan identitas.
Siapa sih abu Jibril itu ? Terus bongkar pak polisi, sampai ke akar2nya, jangan pernah ada lagi pengeboman di Indonesia…
sumber : http://umum.kompasiana.com/2009/09/01/siapa-sih-abu-jibril-itu-10977.html
Abu Jibril Akui Sering Mencerca dan Menuduh Syiah
Salah satu orator dalam acara Deklarasi Nasional Anti-Syiah, Abu Jibril, mengakui bahwa pihaknya sering mencerca dan menuduh umat Syiah dengan berbagai tuduhan.
“Orang-orang Syiah tertawa bertepuk tangan hanya kita berkumpul mencerca mereka, menuduh mereka berbagai-bagai dengan tuduhan,
tetapi tidak melakukan apa-apa! Dan mereka tertawa itu. Sedang mereka
tidak banyak melakukan apa yang kita lakukan namun mereka bertindak, dan
kita tidak bisa berbuat apa-apa!” kata Abu Jibril.Lebih lanjut Abu Jibril menyatakan bahwa mengkafirkan Syiah adalah wajib dan wajib pula dibunuh. Repoter Liputan Islam melaporkan, Abu Jibril bahkan mengklaim itu adalah hadis Nabi Muhammad (lihat video). Abu Jibril dalam orasinya mengulang-ngulang klaim-klaim kesesatan-kesesatan Syiah, “Quran-nya tidak sama, rukun imannya tidak sama, nabinya tidak sama!” Beberapa orang menyambut pernyataannya itu dengan teriakan “Syiah kafir!”, “Syiah sama dengan Yahudi!”, atau “Syiah Setan!”
Abu Jibril adalah ustadz garis keras yang kerap menyuarakan kebencian kepada non-muslim, Syiah, dan Ahmadiyah. Situs lppimakassar. net menyebutkan bahwa Abu Jibril bersama Abdullah Sungkar, Abu Bakar Baasyir, dan adiknya yang bernama Irfan Awwas (pendiri Majelis Mujahidin Indonesia), pernah bergerak di bawah tanah dengan mengusung gerakan DI/TII. Pada tahun 1985, mereka semua melarikan diri ke Malaysia. Beberapa teman-teman mereka tertangkap dan dijebloskan ke penjara dengan hukuman 5-10 tahun.
Di Malaysia, mereka mengubah nama gerakan mereka jadi Jamaah Islamiyyah. Mereka mengirim pengikut-pengikut mereka ke Afghanistan untuk belajar perang. Anak Abu Jibril, Muhammad Jibril, dikirim ke Pakistan dan bergabung dengan kelompok Osama bin Laden. Pulang dari Pakistan, Muhammad Jibril mendirikan Arrahmah.com. (by/Lppimakassar.net)
Deklarasi Anti-Syiah: Siapa yang Menebar Kebencian?
Cuaca Bandung cukup terik ketika Liputan Islam tiba di jalan Buah
Batu hari Ahad lalu (20/4). Di mulut jalan kecil, Jalan Cijagra,
terlihat banyak polisi. LI pun berbelok, memasuki jalan itu. Selain
polisi, terlihat orang-orang bertopeng ninja (hanya tampak mata dan
mulut) bergerombol di pinggir jalan. LI jadi teringat pada penampilan
khas para pemberontak Suriah. Apalagi di pangkal lengan baju mereka ada
logo “Laskar Thaliban”. Sebagian dari mereka ada yang merokok. Sesekali
mereka meneriakkan takbir dan “Syiah sesat!”
Jangan Sampai Jokowi Jadi Presiden!
Sebelumnya dikabarkan bahwa Gubernur Jawa Barat yang berasal dari PKS akan hadir, namun ternyata dia hanya mengirimkan utusan yang menyampaikan bahwa Pemprov Jabar mendukung upaya kaum Muslim dalam membersihkan aliran sesat. Walikota Bandung tidak hadir, namun ada Wakil Walikota, Mang Oded, yang juga berasal dari PKS.
Aroma politik semakin terasa karena sebagian pembicara berorasi menyerukan agar jangan coblos PDIP.
Sekjen FUI Muhammad Alkhaththtath misalnya, menyerukan agar agar partai-parai Islam bersatu untuk menjatuhkan partai nasional dan mengalahkan Capres Jokowi.
“Jangan sampai Jokowi jadi presiden, karena kalau dia jadi presiden dia pasti akan mengangkat Jalaluddin Rakhmat sebagai menteri agama. Padahal yang sudah pasti, Jalaluddin adalah penganut Syiah yang sesat!” katanya.
Sementara Ahmad Cholil Ridwan dari MUI menyerukan agar mendesak capres yang kuat seperti Prabowo untuk membuat MoU anti aliran sesat.
Orasi-orasi mereka disambut takbir dan teriakan “Syiah kafir!” dari para hadirin yang sebagian besar berparas garang, dengan celana cingkrang. Banyak di antara mereka yang menggunakan kaos hitam seragam bertuliskan “Syiah bukan Islam” di punggung dan “Kami Muslim, Bukan Syiah” di dada. Sebagian lain mengenakan rompi bertulis “Laskar Anti Syiah”. Ada pula yang berseragam kaos Al Qaida (di bagian punggung ada gambar bendera Al Qaida dan di dada bergambar pistol).
Syiah Wajib Dibunuh, Kata Rasulullah?
Abu Jibril
Situasi tambah ‘menyeramkan’ karena salah satu orator bernama Abu Jibril menyatakan bahwa mengkafirkan Syiah adalah wajib dan wajib pula dibunuh. Abu Jibril bahkan mengklaim itu adalah hadis Nabi Muhammad. Abu Jibril dalam orasinya mengulang-ngulang klaim-klaim kesesatan-kesesatan Syiah, “Quran-nya tidak sama, rukun imannya tidak sama, nabinya tidak sama!” Beberapa orang menyambut pernyataannya itu dengan teriakan “Syiah kafir!”, “Syiah sama dengan Yahudi!”, atau “Syiah Setan!”
Klaim tersebut sebenarnya sudah berulang kali dibantah oleh ulama Ahlussunnah sekaliber alm. Gus Dur, KH Quraish Shihab, KH Said Aqil Siradj, KH Din Syamsuddin, atau oleh organisasi umat Syiah, ABI dan IJABI.
Abu Jibril juga menyerukan agar para hadirin mengambil langkah nyata, “Orang-orang Syiah tertawa bertepuk tangan hanya kita berkumpul mencerca mereka, menuduh mereka berbagai-bagai dengan tuduhan, tetapi tidak melakukan apa-apa! Dan mereka tertawa itu. Sedang mereka tidak banyak melakukan apa yang kita lakukan namun mereka bertindak, dan kita tidak bisa berbuat apa-apa!”
Video orasi hate speech Abu Jibril:
https://www.youtube.com/watch?v=uud8vcO8P-w&feature=player_embedded
Ahmad Cholil: Pemerintah Indonesia Sudah Menodai Ka’bah
Sebelumnya, Ketua MUI bidang Ukhuwah Islamiyah, KH Umar Shihab telah menyatakan bahwa kehadiran anggota MUI dalam deklarasi itu tidak mendapat restu organisasi dan bukan mengatasnamakan Ormas MUI. Bahkan, menurut KH Umar Shihab, dalam waktu dekat MUI akan membahas nama-nama anggotanya yang akan hadiri ke deklarasi itu. Namun demikian, ada juga pengurus MUI Pusat yang tetap hadir, yaitu Ketua MUI bidang Seni Budaya, Ahmad Cholil Ridwan (ACR).
ACR mengatakan antara lain, untuk membasmi Syiah, kaum Sunni tidak bisa menggunakan emosi, melainkan dengan ilmu dan menggunakan berbagai strategi, antara lain politik. ACR juga menyinggung Ahmadiyah. Menurutnya, hanya Ahmadiyah dari Indonesia saja yang bisa berhaji. Di negara-negara lain, seperti Afghanistan dan Maroko, orang Ahmadiyah dilarang naik haji. Artinya, menurut KH Ahmad, pemerintah Indonesia sudah menodai Ka’bah dengan menghadirkan orang kafir.
Farid Okbah dan Buku Antologi Islam
Farid Okbah
Orator lainnya, Farid Ahmad Okbah (FAO), dengan berapi-api mengatakan, “Meskipun Pemimpin Syiah Iran sudah mengeluarkan fatwa haram menghina sahabat dan istri-istri Nabi, namun faktanya, saya buktikan, di buku yang diterbitkan oleh Al Huda ini, ada penghinaan pada istri Nabi! Karena itu, fatwa tersebut terbukti dusta!”
FAO mengacungkan sebuah buku berjudul “Antologi Islam” dan menyebut halaman 64. Dalam rangka tabayun, LI mengontak seseorang yang memiliki buku tersebut. Di halaman 64 buku itu memang tertulis kritikan terhadap beberapa perilaku Aisyah ra (antara lain, mudah cemburu). Yang tidak disampaikan (atau memang sepertinya sengaja disembunyikan) oleh FAO adalah bahwa berbagai macam kritikan tersebut sebenarnya justru berlandaskan kitab-kitab hadits paling muktabar Ahlu Sunnah, yaitu Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
(lihat foto buku, klik untuk memperbesar)
Pembacaan Deklarasi Anti-Syiah
para orator
Acara ditutup dengan pembacaan deklarasi anti-Syiah oleh KH Athian Ali. Namun sebelumnya, dia memberi pengantar, antara lain:
“Gur Dur telah disesatkan oleh pemahaman-pemahaman sesat seperti Syiah ini. Karenanya kami sangat menghimbau pemerintah agar membela warga negaranya, hal yang paling asasi bagi orang beragama adalah keyakinan, pemerintah wajib membela 6 agama yang sudah diakui resmi pemerintah. Mereka tidak punya alasan berlindung di balik HAM, karena bukan termasuk HAM mencaci maki agama yang resmi. Ini adalah pidana. Kita semua mengharapkan kedamaian di negeri ini. Umat Islam sudah terlalu lama bersabar menghadapi kelompok-kelompok yang menyebarkan kebencian. Tapi kesabaran ada batasnya. Kami tidak bisa bersabar ketika akidah ini diinjak-injak. Demi akidah kami siap mengorbankan waktu tenaga, harta, bahkan nyawa!”Perkataannya disambut teriakan takbir dan “Hancurkan Syiah!”
KH Athian Ali
Pernyataan Athian ini sangat kontradiktif dengan acara itu sendiri yang penuh dengan hate speech dan bahkan seruan pembunuhan. Bahkan sebagaimana bisa dilihat dalam video rekaman di atas, Abu Jibril mengakui bahwa pihaknya sudah sering mencerca dan menuduh kaum Syiah.
Ahmad Fuad Fanani dari Maarif Institute, sebagaimana dikutip Jakarta Post (19/4) menyatakan, mengutuk keras acara Deklarasi Anti-Syiah ini karena “Ini adalah bentuk baru sektarianisme yang akan membakar konflik.”
Sementara itu, Bonar Tigor Naipospos dari Setara Institute untuk Perdamaian dan Demokrasi menyebut acara ini sebagai bentuk ‘hate speech’. “Hate speech adalah perilaku kriminal, sebagaimana tercantum dalam Pasal 156 UU Kriminal tentang pernyataan kekerasan dan penghinaan pada kelompok tertentu.” (Jakarta Post, 19/4)
Acara kemudian ditutup dan dilaksanakan sholat zuhur berjamaah. Usai sholat, LI mendekat ke KH Athian Ali yang sedang dikerumuni wartawan. Menurut Athian, pihaknya berencana untuk mendirikan ada posko-posko anti-Syiah di tiap masjid, serta menyebarkan petugas intel untuk sosialisasi “Syiah sesat” dan mengawasi tiap-tiap masjid.
Sementara itu, di hari yang sama, umat Syiah di Jakarta mengadakan acara pembagian bunga di Bundaran HI dalam rangka memperingati hari kelahiran putri Rasulullah, Sayyidah Fathimah Az-Zahra. Menurut Aminah Ali Assegaf, ketua bidang kemaslahatan perempuan dan anak DPP Ahlul Bait Indonesia (ABI), penggagas acara tersebut, pembagian bunga bermakna bahwa semua kaum muslim yang mencintai putri Rasulullah hendaknya menebarkan rasa damai dan kasih sayang sebagaimana yang selama ini diteladankan oleh Fathimah Azzahra.
Antara bunga dan caci-maki, siapakah sebenarnya yang menebar kebencian?
Sumber: http://liputanislam.com/liputan/deklarasi-anti-syiah-siapa-yang-menebar-kebencian/
Post a Comment
mohon gunakan email