Pesan Rahbar

Home » » Memberi Teladan, Metode Pendidikan Terbaik

Memberi Teladan, Metode Pendidikan Terbaik

Written By Unknown on Friday, 30 January 2015 | 22:32:00


Orang tua dan para guru selalu memikirkan bagaimana pendidikan yang benar dan mencari metode terbaik. Karena mereka senantiasa berhadapan dengan anak-anak dan remaja yang membutuhkan pembelajaran dan pendidikan guna menempa sifat-sifat baik dalam dirinya dan menjauhkan sifat-sifat buruk. Tapi terkadang ada hal-hal yang merusak pendidikan terhadap anak dari sisi orang tua itu sendiri atau guru. Padahal niat mereka betul-betul tulus ingin melatih dan memperbaiki perilaku anak. Hal ini kembali pada ketidaktahuan sebagian orang tua atau guru akan kaidah pendidikan dan cara-caranya yang tepat.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli psikologi membuktikan bahwa 75 persen proses belajar didapatkan lewat penglihatan dan pengamatan. Sementara 13 persennya melalui indera pendengaran. Dengan mengamati gaya perilaku kebanyakan orang tua dan guru akan jelas bahwa mereka berusaha mendidik generasi selanjutnya lewat jalan menegur dan nasihat berulang-ulang. Padahal, pendidikan dengan cara ini tidak banyak berpengaruh, bahkan hasil yang didapatkan justru membuat anak menjadi keras kepala.

Sekaitan dengan hal ini, para psikolog berkata, "Mendidik itu pada dasarnya membebaskan anak didik dari segala kebergantungan dan membuatnya bergantung pada hal-hal yang membawanya kepada pertumbuhan dan kesempurnaan, bukannya membentuknya menjadi seorang yang taat akan keinginan kita."

Menurut para psikolog, naluri "mencontoh" merupakan satu naluri yang kuat dan berakar dalam diri manusia yang semakin menguat lewat melihat. Berkat naluri ini, seorang anak belajar banyak tentang cara hidup, adat, makan, memakai pakaian, cara berbicara dari ayah dan ibunya kemudian melakukannya. Manusia sepanjang umurnya, sedikit atau banyak, mencontoh orang lain, tapi di usia antara satu hingga enam tahun, anak-anak lebih banyak menggunakan naluri ini. Dengan demikian, anak-anak dan remaja dengan melihat perilaku orang tua dan gurunya mereka sedang membentuk perilakunya sendiri di kemudian hari.

Dalam tahapan pertumbuhan dan proses belajar, ciri khas seorang yang menjadi teladan bagi anak-anak dan remaja sangat penting. Semakin sempurna seorang dewasa yang menjadi teladan bagi anak-anak, maka tingkat penerimaan dan keberlansungannya juga semakin banyak. Anak-anak sangat menyukai perilaku orang yang diteladaninya dan dengan senang hati berusaha membentuk dirinya seperti orang yang diteladaninya itu.

Sejatinya, seorang pendidik dengan perbuatannya lebih baik dan lebih berpengaruh dalam mendidik anak-anak, ketimbang bahasa lisan. Bila seorang pendidik; orang tua atau guru, tidak memiliki kelayakan dalam berlaku, dimana perilakunya bertentangan dengan apa yang diucapkannya, maka dengan sendirinya mereka akan mendidik anak dengan cara itu. Hasil-hasil penelitian ahli psikologi mengakui bahwa seorang anak dalam kehidupannya sangat membutuhkan contoh dan teladan. Ia membutuhkan contoh untuk memahami apa yang harus dilakukannya dan perilaku apa yang harus ditampakkannya.

Allah Swt dalam al-Quran menegaskan bahwa apa saja yang kita katakan harus kita amalkan. Demi mendidik fitrah manusia, Allah Swt memperkenalkan Nabi Muhammad Saw sebagai teladan terbaik. Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu." (QS. Al-Ahzab: 21) Allah Swt menyebut pribadi Rasulullah Saw sebagai teladan terbaik agar manusia terdorong untuk mengikuti perilaku beliau. Nabi Saw sendiri menyebut tujuan pengutusannya untuk mendidik akhlak manusia. Beliau bersabda, "Saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."

Metode paling penting yang dipakai oleh Nabi Muhammad Saw dalam mendidik umat Islam adalah memberi contoh. Nabi Saw mengatakan sesuatu kepada umatnya, setelah terlebih dahulu mengamalkannya. Itulah mengapa, kaum Muslimin dengan senang hati melakukan perbuatan yang diperintah beliau. Karena mereka menyaksikan sendiri bagaimana beliau lebih dahulu dalam mengamalkan perbuatan baik yang diperintahkannya dan tidak melakukan perbuatan yang dilarangnya. Benar, ketika perbuatan seseorang merupakan manifestasi dari keyakinan, maka orang itu menjadi simbol keindahan pendidikan.

Nabi Muhammad Saw dalam semua dimensi kehidupannya senantiasa menampakkan wajah penuh senyum, ucapan yang menyentuh dan penuh kasih. Dalam riwayat dari Imam Husein as disebutkan, "Saya bertanya kepada ayahku Amirul Mukminin Ali as tentang ciri khas kehidupan Nabi Saw dan akhlak beliau. Ayahku berkata, ‘Wajah beliau senantiasa menebar senyuman kepada orang-orang yang duduk bersamanya, ramah dan lemah lembut. Beliau tidak pernah menunjukkan sikap kasar, keras, suka marah, mengumpat, mencari kesalahan dan menjilat. Tidak seorangpun yang putus asa ketika menghadapnya. Siapa saja yang mendatangi pintu rumahnya, tidak akan pulang dengan putus asa."

Dari Imam Baqir as diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Ada lima hal yang tidak akan saya tinggalkan hingga ajal menjemput; makan dengan hamba-hamba Allah di atas tanah, menaiki keledai tanpa pelana, memeras susu kambing dengan tangan sendiri, memakai pakaian tenunan dari kapas dan mengucapkan salam kepada anak-anak. Semua ini akhirnya menjadi sunnah dalam Islam."

Anas bin Malik, sahabat Nabi Saw berkata, "Setiap kali Nabi Saw tidak melihat seorang sahabatnya selama tiga hari, beliau pasti menanyakan kondisi sahabat itu. Bila tidak ada dan sedang dalam perjalanan, beliau mendoakannya dan bila tidak dalam perjalanan, maka beliau pergi menemuinya dan bila sakit, beliau pasti menjenguknya." Semua ini masih setetes dari lautan keutamaan akhlak Nabi Muhammad Saw. Dengan perilaku yang seperti ini, beliau mampu mendidik para sahabat dan memiliki tempat khusus di hati mereka.

Dalam kehidupan tokoh-tokoh agama dapat disaksikan banyak poin penting pendidikan yang sangat indah. Banyak kutipan tentang kehidupan Imam Khomeini ra dan Imam Khamenei yang sangat mendidik. Imam Khomeini ra menyebut Nabi Muhammad Saw sebagai teladannya dan dengan mengikuti perilaku beliau, Imam berusaha menunjukkan jalan yang benar kepada orang lain dengan perilakunya.

Doktor Farideh Mostafavi, anak perempuan Imam Khomeini ra mengenai cara pendidikan ayahnya mengatakan, "Imam tidak pernah mendiktekan perbuatan agama kepada kami. Dalam keluarga, ketika kami menyaksikan perilaku Imam, itu sendiri sudah dapat mempengaruhi kami. Senantiasa kami berusaha untuk mencontoh perilakunya, sekalipun kami tidak bisa seperti beliau. Dari sisi pendidikan, beliau menjadi teladan bagi kami. Ketika beliau berkata, ‘Jangan melakukan itu' dan kami melihat beliau sendiri tidak melakukannya, maka kami tidak melakukannya.

Imam Khomeini ra tidak pernah memerintahkan kepada kami untuk melakukan shalat. Beliau sendiri mengambil air wudhu setengah jam sebelum waktu shalat Zuhur tiba dan setelah itu melaksanakan shalat. Pada waktu itu kami di halaman rumah masih asik bermain... Ketika Imam Khomeini ra memandang penting shalat dan melaksanakannya, maka yang dilakukannya adalah berbicara dengan bahasa perbuatan kepada anak-anaknya. Perilaku beliau ini memberikan pengaruh yang sangat mendalam kepada jiwa anak-anaknya."

Kembali pada masalah pendidikan dapat dikatakan bahwa modal dalam proses mendidik yang benar ada pada diri setiap orang. Seorang pendidik seharusnya berbagi pengalaman pendidikannya kepada anak didik, bukan memberikannya nasihat lewat buku atau lisan. Seorang pendidik memberikan kesempatan anak didinya untuk memiliki pengalaman sendiri dan pada waktu yang tepat hadir untuk mengingatkan kesalahan-kesalahan yang dilakukannya.

(IRIB-IIndonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: