Islam adalah keduanya (Al Quran dan Ahlul Bait) yang tidak akan
terpisah hingga akhir zaman, hingga kehadiran Ahlul Bait Rasulullah yang
terakhir, Imam Mahdi afs yang dinanti-natikan. Ahlul Bait adalah
madrasah yang paling komplit yang mengandung berbagai khazanah ke-
Islaman. Madrasah ini telah terbukti menghasilkan kader-kader yang
mumpuni dan telah mempersembahkan karya-karya cemerlang bagi kehidupan
umat manusia.
|
Kerancuan Ahli Sunnah Dalam Menafsirkan Hadis 12 khalifah.
Pertanyaan di sini adalah, siapa 12 khalifah
tersebut ? Sunni hanya mengakui 4 khalifah. Sebelum memilih jawaban
yang benar dari soal ini, kita akan memberikan dua alternatif yang dapat
diasumsikan pada hadis itu dan maksud Rasul Saw darinya.
Maka, di sini hanya ada dua kemungkinan dan tidak ada pilihan ketiga di dalamnya. Kedua kemung-kinan tersebut adalah;
-
1. Maksud dari sabda Nabi tersebut adalah penjelasan fakta politik umat beliau yang akan terjadi sepe-ninggal beliau, dengan cara penyingkapan akan masa depan. Sebagaimana hal ini juga terjadi dalam berbagai hal yang lain. Dengan demikian maksud hadis ini adalah pemberitahuan beliau akan masa mendatang dan menimpa umat beliau, atau dapat kita istilahkan kemungkinan pertama ini dengan nama tafsir mustaqbali (futurologis).
-
2. Kemungkinan kedua adalah Nabi bermaksud menentukan kedua belas Imam dan penggantinya, maka tujuan hadis ini adalah pelantikan sesuai dengan tuntutan syariat bukan kabar akan masa mendatang. Kemungkinan ini disebut juga sebagai tafsir aqaidiyah (teologis).
Sejauh kajian ilmiah, kita dituntut untuk
mencermati dua kemungkinan ini dan memilih apa yang sesuai dengan bukti
logis maupun dogmatis. Hanya saja, karena Ahli Sunnah sejak awal telah
meyakini teori khilafah dan menolak teori pelantikan serta membangun
sistem akidah dan hukumnya di atas keyakinan ini, pada gilirannya mereka
tidak menemukan alternatif selain kemungkinan atau tafsiran pertama,
dan dengan segala cara berupaya menakwilkan apa-apa yang bertentangan
dengannya.
Kendati produk-produk penakwilan mereka itu jauh
dari nalar yang lurus dan kearifan insani, namun demikian ini adalah
konsekuensi yang tak terelakkan.
Semestinya, Ahli Sunnah memandang hadis ini secara
ilmiah dan bebas dari asumsi sehingga kita dapat melihat kelemahan
tafsir futuralistik itu. Maka, jika Nabi saw. bermaksud menjelaskan
ihwal kejadian di masa depan, mengapa beliau hanya menentukan dua belas
orang saja?
Bukankah masa depan itu lebih panjang dari sekedar jumlah dua belas pemimpin? Dan jika Rasulullah melihatnya dengan kaca mata khilafah yang sah yang sesuai dengan norma-norma syariat, maka Ahli Sunnah tidak akan siap untuk meyakini Khulafa Rasyidin dan menolak legalitas kepemimpinan selain mereka. Oleh karena itu, mereka kebingungan dalam menentukan dua belas pribadi pengganti yang telah disinggung oleh Rasulullah saw..
Puluhan ribu nabi telah diutus sepanjang sejarah hidup manusia di segala penjuru dunia. Umat Islam meyakini mata rantai kenabian bermula dari Nabi Adam as dan berakhir di tangan Muhammad SAW dan tidak ada lagi nabi sesudahnya.
Ditutupnya kenabian hanya bisa sesuai dengan hikmah dan falsafah diutusnya para nabi bila syariat samawi yang terakhir tersebut memenuhi seluruh kebutuhan umat manusia, di setiap masa dan di setiap tempat. Al Quran sebagai kitab samawi terakhir telah dijamin oleh Allah SWT keabadian dan keutuhannya dari berbagai penyimpangan hingga akhir masa.
Akan tetapi secara zahir Al Quran tidak menjelaskan hukum-hukum dan ajaran Islam secara mendetail. Oleh karenanya penjelasan perincian hukum menjadi tanggung jawab nabi untuk menerangkannya kepada seluruh umatnya.Sewaktu Nabi Muhammad SAW masih hidup tanggung jawab itu berada dipundaknya. Karena itu hadits-hadits Nabi Muhammad SAW menjadi hujah dan sumber autentik ajaran Islam. Namun apakah semasa hidupnya, Rasulullah SAW telah menjelaskan seluruh hukum dan syariat Islam kepada seluruh umat?.
Kalau tidak semua, siapa yang bertanggung jawab untuk menjelaskannya? Siapa pula yang bertanggung jawab menengahi silang sengketa sekiranya terjadi penafsiran yang berbeda tentang ayat-ayat Al Quran dalam tubuh umat Islam?
Saya sulit menerima jika dikatakan tanggung jawab penjelasan syariat Islam pasca Rasul jatuh ke tangan para sahabat. Sementara untuk contoh sederhana sahabat sendiri berbeda pendapat bagaimana cara Rasululullah melakukan wudhu dan salat yang benar, padahal Rasul mempraktikkan wudhu dan salat bertahun-tahun di hadapan mereka.
Untuk persoalan wudhu saja mereka menukilkan pendapat yang berbeda-beda, karenanya pada masalah yang lebih rumit sangat mungkin terjadi penukilan yang keliru. Ataupun tanggung jawab penafsiran Al Quran jatuh kepada keempat imam mazhab yang untuk sekadar menafsirkan apa yang dimaksud debu pada surah Al-Maidah ayat 6 saja sulit menemukan kesepakatan.
Kata mazhab Syafi’i debu meliputi pasir dan tanah, tanah saja kata Hanbali; tanah, pasir, batuan, salju dan logam kata Maliki; tanah, pasir dan batuan kata Hanafi (al-Mughniyah, 1960; Al-Jaziri, 1986).
Petunjuk Umat
Islam hanya dapat ditawarkan sebagai agama yang sempurna, yang
dapat memenuhi segala kebutuhan manusia jika di dalam agama itu sendiri
tidak terdapat perselisihan dan perpecahan. Karenanya, hikmah Ilahi
meniscayakan adanya orang-orang yang memiliki kriteria seperti yang
dimiliki Nabi Muhammad SAW untuk memberikan bimbingan kepada umat
manusia di setiap masa tentunya selain syariat.
Ilmu yang mereka miliki tidak terbatas dengan apa yang pernah disampaikan Nabi Muhammad SAW (sebagaimana maklum Nabi tidak sempat menjelaskan semua tentang syariat Islam) namun juga memiliki potensi mendapatkan ilmu langsung dari Allah SWT ataupun melalui perantara sebagaimana ilham yang diterima Siti Maryam dan ibu nabi Musa as (Lihat Qs. Ali-Imran : 42, Thaha:38).
Mereka menguasai ilmu Al Quran sebagaimana penguasaan nabi Muhammad SAW sehingga ucapan-ucapan merekapun merupakan hujjah dan sumber autentik ajaran Islam. Masalah ini berkaitan dengan Al Quran sebagai mukjizat, berkaitan dengan kedalaman dan ketinggian Al Quran, sehingga hukumnya membutuhkan penafsir dan pengulas.
Al Quran adalah petunjuk untuk seluruh ummat manusia sampai akhir zaman karenanya akan selalu berlaku dan akan selalu ada yang akan menjelaskannya sesuai dengan pengetahuan Ilahi. “Sungguh, Kami telah mendatangkan kitab (Al Quran) kepada mereka, yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Al-A’raf :52).
Pada ayat lain, Allah SWT berfirman, “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu
al-Kitab ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa
yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman. ” (Qs. An-Nahl : 64).
Dengan pemahaman seperti ini maka jelaslah maksud dari penggalan
hadits Rasulullah, Kutinggalkan bagi kalian dua hal yang berharga, Al
Quran dan Ahlul Baitku. (HR Muslim). Bahwa keduanya Al Quran dan Ahlul
Bait adalah dua hal yang tak terpisahkan hingga hari kiamat, memisahkan
satu sama lain akibatnya adalah kesesatan dan di luar dari koridor
ajaran Islam itu sendiri.
Penyimpangan
Rasul menyebut keduanya (Al Quran dan Ahlul Baitnya) sebagai
Tsaqalain yakni sesuatu yang sangat berharga. Keduanya saling melengkapi
dan tidak dapat dipisahkan. Penerus nabi adalah orang-orang yang tahu
interpretasi ayat-ayat Al Quran sesuai dengan makna sejatinya, sesuai
dengan karakter esensial Islam, sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT.
Rasulullah menjamin bahwa siapapun yang bersungguh-sungguh dan berpegang pada kedua tsaqal ini, maka tidak akan pernah mengalami kesesatan. Kemunduran dan penyimpangan kaum Muslimin terjadi ketika mencoba memisahkan kedua tsaqal ini.
Islam adalah keduanya (Al Quran dan Ahlul Bait) yang tidak akan terpisah hingga akhir zaman, hingga kehadiran Ahlul Bait Rasulullah yang terakhir, Imam Mahdi afs yang dinanti-natikan. Ahlul Bait adalah madrasah yang paling komplit yang mengandung berbagai khazanah ke- Islaman. Madrasah ini telah terbukti menghasilkan kader-kader yang mumpuni dan telah mempersembahkan karya-karya cemerlang bagi kehidupan umat manusia.
Imam Ja’far Shadiq (fiqh), Jalaluddin Rumi (tasawuf), Ibnu Sina (kedokteran), Mullah Sadra (Filsafat), Allamah Taba’tabai (tafsir) dan Imam Khomeini (politik), sebagian kecil orang-orang besar yang terlahir dari madrasah ini.
Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang ingin hidup seperti hidupku dan wafat seperti wafatku serta masuk ke surga yang telah dijanjikan kepadaku oleh Tuhanku yaitu Jannatul Khuld, maka hendaklah berwilayah kepada Ali dan keturunan sesudahnya, karena sesungguhnya mereka tidak akan mengeluarkan kamu dari pintu petunjuk dan tidak akan memasukkan kamu ke pintu kesesatan” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Bukhari juz 5, Sahih Muslim juz 2; Adzahabi dalam kitabnya Mizanul I’tidal juz 4; Al-Khawarizmi dalam kitabnya Al-Manaqib, Al-Qunduzi Al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah; Ibnu Hajar Asqalani as-Syafi’i dalam kitabnya Al-Ishabah juz 1).
Rasulullah saw bersabda, “Wahai manusia! Hormatilah Ali karena Allah
telah mengkaruniakan kelebihan kepadanya. Terimalah Ali karena Allah
telah melantiknya untuk kalian. Wahai manusia! Sesungguhnya Ali adalah
imam dari Allah. Allah sekali-kali tidak akan menerima taubat seorang
yang mengingkari wilayahnya. Dan Allah sekali-kali tidak akan
mengampuninya. Sudah pasti Allah akan melakukan hal demikian ini
terhadap orang yang menyalahi perintah-Nya mengenainya. Dan Dia akan
menyiksanya dengan siksaan pedih yang berpanjangan. Lantaran itu kalian
berhati-hatilah supaya kalian tidak menyalahinya. Justru itu kalian akan
dibakar di neraka di mana bahan bakarnya adalah manusia dan batu
disediakan kepada orang-orang yang ingkar” (Referensi Sahih Ahlussunnah :
Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi` al-Mawaddah; al-Khawarizmi
dalam kitabnya al-Manaqib; Ibnu Hajar dalam kitabnya Tahdhib al-Tahdhib
juz 1).
Rasulullah saw bersabda, “Wahai manusia! Dengan akulah demi Allah, para
Nabi dan Rasul yang terdahulu diberi khabar gembira. Aku adalah penutup
para Nabi dan Rasul. Akulah hujjah atas semua makhluk di bumi dan di
langit. Barangsiapa yang meragukan Ali adalah kafir sebagaimana kafir
jahiliyah. Dan barangsiapa yang meragukan sabdaku ini, berarti dia
meragukan seluruhnya. Orang yang meragukannya adalah neraka sebagai
balasannya” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Qunduzi al-Hanafi dalam
kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah; al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak juz
3).
Rasulullah saw bersabda, “Ali adalah pemimpin setiap orang yang beriman
sesudahku” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Tirmidzi, juz 5;
Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-mawaddah; Al-Khawarizmi
al-Hanafi dalam kitabnya Al-Manaqib; Ibnu Hajar dalam kitabnya
Al-Ishabah juz 2; An-Nasa’i As-Syafi’i dalam kitabnya Khashaish Amirul
Mukminin; Ibnu Asakir as-Syafi’i dalam kitabnya Tarjamah Ali bin Abi
Thalib dalam Tarikh Damsyiq juz 1; Ibnu Atsir dalam kitabnya Jami’
al-Ushul juz 9).
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mati tanpa ketaatan (kepada
seorang imam), mati sebagai murtad dan kafir.” (Referensi Sahih
Ahlussunnah : Ahmad ibn Hanbal dalam kitabnya Musnad Ahmad, juz 3).
“Barangsiapa yang mati tanpa berbaiat (terhadap seorang imam), maka ia mati sebagai kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim).
“Barangsiapa yang mati tanpa berbaiat (terhadap seorang imam), maka ia mati sebagai kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim).
“Barangsiapa mati dan tidak memiliki seorang imam, ia mati sebagai
seorang kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Mu’jam al-Kabir juz
10).
“Selama masih ada paling sedikit dua orang (di dunia), persoalan ini
(kekhalifahan) tetap berada di tangan Quraisy.” (Referensi Sahih
Ahlussunnah : Sahih Muslim, Sahih Bukhari, Musnad Ahmad)
“Barangsiapa yang mati tanpa seorang imam, maka ia mati sebagai kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Musnad Ahmad juz 4).
“Barangsiapa yang mati tanpa seorang imam, maka ia mati sebagai kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Musnad Ahmad juz 4).
“Barangsiapa yang mati tidak memiliki imam umatnya, maka ia mati sebagai
seorang kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Hakim dalam kitabnya
Mustadrak juz 1).
Dari Ali mengatakan bahwa Rasulullah saw ketika menafsirkan ayat
al-Qur’an, ‘(ingatlah) suatu hari ketika Kami memanggil setiap orang
dengan imamnya’ (QS.Al-Isra:71) beliau bersabda, ‘Setiap kelompok akan
dipanggil dengan imam zamannya.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Ad-Durr
al-Mantsur juz 4; AL-Qurthubi dalam kitabnya Tafsir).
Jabir berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 pemimpin dan khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang tidak bisa kudengar. Ayahku berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan Quraisy.’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Bukhari juz 4; Sahih Muslim; Sahih Tirmidzi; Sunan Abu Dawud; Musnad Ahmad).
Jabir meriwayatkan, “Aku dan ayahku pergi menemui Rasulullah saw. Kami
mendengarnya bersabda, ‘Persoalan ini (kekhalifahan) tidak akan berakhir
sampai datang 12 khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang
tidak kudengar aku menanyakan pada ayahku apa yang Rasulullah saw
sabdakan. Beliau saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan Quraisy.’”
(Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim).
Rasulullah saw bersabda, “Agama Islam akan tetap berdiri sampai 12
khalifah, yang semuanya dari golongan Quraisy, memerintah atas kamu.”
(Referensi Sahih Ahlussunnah: Sahih Muslim; Syarah Nawawi).
Jabir berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 imam dan pemimpin setelahku.” Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tak dapat kumengerti. Aku menanyakan pada seseorang di sampingku tentang itu. Ia berkata, “Semuanya dari golongan Quraisy’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih At-Tirmidzi juz 2).
Rasulullah saw bersabda, “Terdapat 12 khalifah untuk umat (Islam) ini.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Musnad Ahmad juz 5).
Jabir berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 imam dan pemimpin setelahku.” Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tak dapat kumengerti. Aku menanyakan pada seseorang di sampingku tentang itu. Ia berkata, “Semuanya dari golongan Quraisy’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih At-Tirmidzi juz 2).
Rasulullah saw bersabda, “Terdapat 12 khalifah untuk umat (Islam) ini.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Musnad Ahmad juz 5).
Rasulullah saw bersabda, “Agama ini akan tetap agung sampai datang 12
imam.” Mendengar hal ini, orang-orang mengagungkan Allah dengan berkata
Allahu Akbar dan menangis keras. Kemudian beliau saw mengatakan sesuatu
dengan suara yang pelan. “Aku bertanya pada ayahku, ‘Apa yang beliau
katakan?’ ‘Mereka semua dari golongan Quraisy,’ jawabnya.’” (Referensi
Sahih Ahlussunnah : Sahih Abu Dawud juz 2).
Awn mengutip ayahnya Abu Juhayfah sebagai berikut, “Aku dan pamanku
sedang bersama Rasulullah saw, ketika itu beliau bersabda, “Urusan
umatku akan terus berlalu sampai datang 12 khalifah.’ Kemudian beliau
memelankan suaranya. Aku bertanya oleh Rasulullah saw. Ia menjawab,
‘Wahai anakku!’ Rasulullah saw bersabda bahwa mereka semua dari golongan
Quraisy’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Mustadrak ‘ala ash-Shahihayn
juz 3).
Masyruq berkata, “Kami duduk dengan Abdullah bin Mas’ud, mempelajari
al-Qur’an darinya. Seseorang bertanya padanya, ‘Apakah engkau menanyakan
kepada Rasulullah saw berapa khalifah yang akan memerintah umat ini?’
Ibnu Mas’ud menjawab, ‘Tentu saja kami menanyakan hal ini kepada
Rasulullah saw dan beliau menjawab, ’12, seperti jumlah pemimpin suku
Bani Israil.’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Musnad Ahmad juz 1).
Jabir meriwayatkan, “Aku dan ayahku sedang berhadapan dengan Rasulullah
saw ketika beliau bersabda, ‘Pemerintahan dan khalifah umat islam ini
akan berjumlah 12. mereka tidak akan menderita meskipun orang-orang
tidak memberikan pertolongan.’ Dan menambahkan sesuatu yang tidak
kudengar. Aku menanyakan pada ayahku tentang hal itu, ‘Rasulullah saw
mengatakan bahwa mereka semua dari golongan Quraisy,’ jawabnya’”
(Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Mu’jam Al-Kabir oleh Thabrani juz 2).
Dalil 12 Imam adalah Dari Bani Hasyim
Hadis-hadis tentang 12 imam adalah sahih dan mutawatir, mereka semua dari golongan Quraisy. Sekarang dari bani apakah mereka?
Hadis-hadis tentang 12 imam adalah sahih dan mutawatir, mereka semua dari golongan Quraisy. Sekarang dari bani apakah mereka?
Jabir berkata, “Aku dan ayahku berada di hadapan Rasulullah saw ketika
beliau bersabda, ‘Akan ada 12 khalifah setelahku.’ Kemudian beliau
memelankan suaranya. Aku bertanya pada ayahku apa yang dikatakan oleh
Rasulullah saw dengan pelan. Ia menjawab bahwa Rasulullah saw bersabda,
‘Mereka semua berasal dari Bani Hasyim!’” (Referensi Sahih Ahlussunnah :
Al-Qunduzi Al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ Al-Mawaddah, Maktabah Ibnu
Taymiyah).
Siapakah 12 Imam Itu?
Siapakah mereka (Imam 12)? Keluarga suci (Ahlulbait) Nabi? Sahabat Nabi? Berikut ini adalah dalil-dalil Sahihnya dari kitab-kitab Ahlussunnah.
Siapakah mereka (Imam 12)? Keluarga suci (Ahlulbait) Nabi? Sahabat Nabi? Berikut ini adalah dalil-dalil Sahihnya dari kitab-kitab Ahlussunnah.
Dari Ibnu Abbas, “Rasulullah saw bersabda, ‘Barangsiapa ingin hidup dan
mati sepertiku dan ditempatkan di surga ‘Adn yang diciptakan Allah, maka
harus mengikuti Ali dan penerusnya dan para imam setelahku, karena
mereka adalah Ahlulbaitku. Mereka diciptakan dari tanahku dan diberikan
pengetahuan. Kesengsaraan bagi orang yang menolak derajat ketinggian
mereka. Kesengsaraan bagi orang yang menolak hubungan mereka dengaku.
Semoga Allah mencabutnya dari syafaat mereka’” (Referensi Sahih
Ahlussunnah : Hilyat Al-Awliya juz 1).
Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Rasulullah saw menyelesaikan shalat yang
pertama bersama kami, kemudian membalik badan menghadap kami dan
bersabda, ‘Wahai para sahabatku, Ahlulbaitku di sisimu adalahseperti
perahu Nuh dan gerbang Tobat. Maka setelahku, berpegang teguhlah pada
Ahlulbaiku, pengikut kebenaran dan keturunanku. Dan pasti kalian tidak
akan tersesat’ beliau di tanya,’Wahai Rasulullah, ada berapa jumlah imam
setelahmu?’ Beliau menjawab, ‘Mereka berjumlah 12 dari Ahlulbaitku’”
(Referensi Sahih Ahlussunnah : HR. Al-Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrak
Ash-Shahihain, juz 2, Al-Hakim berkata hadits ini Sahih; Musnad
al-Firdaus).
Seorang Yahudi memanggil Na’tsal untuk datang menemui Rasulullah saw dan
berkata, “Wahai Muhammad! Aku memiliki beberapa pertanyaan yang telah
lama kusimpan. Jika engkau dapat menjawabnya, maka aku akan mameluk
Islam dengan pertolonganmu.” Rasulullah saw bersabda, “Wahai Abu Amarah!
Engkau dapat menanyakannya padaku!” Ia bertanya, “Wahai Muhammad!
Bertahukanlah kepadaku penerus-penerusmu, karena tidak ada Rasul tanpa
penerus.” Rasulullah saw menjawab, “Penerusku adalah Ali bin Abi Thalib
dan setelahnya adalah kedua cucuku Al-Hasan dan Al-Husain, yang
setelahnya akan ada 9 imam dari keturunan al-Husain yang datang secara
berurutan.” Kemudian Yahudi itu berkata, “Sebutkan nama-nama mereka,
wahai Muhammad!” Rasulullah saw menyatakan, “Setelah al-Husain akan ada
putranya Ali (Zainal Abidin), setelahnya Muhammad (Al-Baqir), setelahnya
Ja’far (Ash-Shadiq), setelahnya Musa (Al-Kazhim), setelahnya Ali
(Ar-Ridha), setelahnya Muhammad (Al-Jawad) setelahnya Ali (Al-Hadi),
setelahnya Hasan (Al-Asykari) dan setelah Hasan putranya Hujjah Muhammad
Al-Mahdi. Maka jumlah mereka ada 12 imam.” (Referensi Sahih Ahlussunnah
: Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah).
PERLU DIGARIS BAWAHI Hadis 12 khalifah dari ahlulbait Nabi SAW SEMUA ITU
ADALAH HADITS DARI KITAB-KITAB SUNNI, jadi siapa yang berpegang pada
Sunnah ?? bagaimana lagi kalian mau menolaknya?
Saat Sang Rasulullah SAW yang mulia masih hidup maka tidak ada alasan untuk Pribadi Selain Beliau SAW untuk menjadi khalifah bagi umat Islam. Hal ini cukup jelas kiranya karena sebagai sang Utusan Tuhan maka Sang Rasul SAW lebih layak menjadi seorang Khalifah. Sang Rasul SAW adalah Pribadi yang Mulia, Pribadi yang selalu dalam kebenaran, dan Pribadi yang selalu dalam keadilan. Semua ini sudah jelas merupakan konsekuensi dasar yang logis bahwa Sang Rasulullah SAW adalah Khalifah bagi umat Islam.
Bagaimana kita tidak heran terhadap mereka itu yang membanggakan
diri sebagai Ahlussunnah, padahal mereka telah meninggalkan yang
berharga yakni Kitabullah dan keluarga Rasul betapapun mereka sendiri
telah meriwayatkan hadis tersebut dan menshahihkannya…?
Sesungguhnya mereka itu tidak berpegang baik pada Al-Qur’an maupun
pada keluarga Rasul, sebab dengan meninggalkan keluarga Rasul yang suci
itu berarti mereka telah meninggalkan Al-Qur’an, karena hadis yang mulia
menetapkannya bahwa Al-Qur’an dan keluarga Rasul itu tidak pernah
berpisah selama-lamanya, sebagaimana Rasulullah telah menyatakan hal itu
dengan sabdanya: “Tuhan Yang Maha Halus lagi Maha Sadar telah
memberitahukan padaku bahwa keduanya yakni Aal-Qur’an dan keluarga Rasul
tidak akan pernah berpisah sehingga menemui aku di telaga surga.”(Imam
Ahmad dalam Musnad-nya, V, hal. 189, dan al-Hakim dalam Mustadark, III,
hal. 148 dan ia menyatakan shahih menurut syarat Bukhari Muslim.).
Masalah Kekhalifahan adalah masalah yang sangat penting dalam
Islam. Masalah ini adalah dasar penting dalam penerapan kehidupan
keislaman, setidaknya begitu yang saya tahu .
Kata Khalifah sendiri menyiratkan makna yang beragam, bisa sesuatu
dimana yang lain tunduk kepadanya, sesuatu yang menjadi panutan, sesuatu
yang layak diikuti, sesuatu yang menjadi pemimpin, sesuatu yang
memiliki kekuasaan dan mungkin masih ada banyak lagi
Saat Sang Rasulullah SAW yang mulia masih hidup maka tidak ada alasan untuk Pribadi Selain Beliau SAW untuk menjadi khalifah bagi umat Islam. Hal ini cukup jelas kiranya karena sebagai sang Utusan Tuhan maka Sang Rasul SAW lebih layak menjadi seorang Khalifah. Sang Rasul SAW adalah Pribadi yang Mulia, Pribadi yang selalu dalam kebenaran, dan Pribadi yang selalu dalam keadilan. Semua ini sudah jelas merupakan konsekuensi dasar yang logis bahwa Sang Rasulullah SAW adalah Khalifah bagi umat Islam.
Lantas bagaimana kiranya jika Sang Rasul SAW wafat? siapakah Sang
Khalifah pengganti Beliau SAW? Atau justru kekhalifahan itu sendiri
menjadi tidak penting. Pembicaraan ini bisa sangat panjang dan bagi
sebagian orang akan sangat menjemukan. Dengan asumsi bahwa kekhalifahan
akan terus ada maka Sang khalifah setelah Rasulullah SAW bisa berupa:
Dari Zaid bin Tsabit RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda“Sesungguhnya Aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian dua Khalifah yaitu Kitab Allah yang merupakan Tali yang terbentang antara bumi dan langit, serta KeturunanKu Ahlul BaitKu. Keduanya tidak akan berpisah sampai menemuiKu di Telaga Surga Al Haudh. (Hadis Ini diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dalam Musnad Ahmad jilid 5 hal 182, Syaikh Syuaib Al Arnauth dalam Takhrij Musnad Ahmad menyatakan bahwa hadis ini shahih. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir jilid 5 hal 154, Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid jilid 1 hal 170 berkata “para perawi hadis ini tsiqah”. Hadis ini juga disebutkan olehAs Suyuthi dalam Jami’ Ash Shaghir hadis no 2631 dan beliau menyatakan hadis tersebut Shahih.).
Selamat menempuh ujian Allah SWT !!!
(syiahali/ABNS)
- Khalifah yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW.
- Khalifah yang diangkat oleh Umat Islam.
Dari Zaid bin Tsabit RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda“Sesungguhnya Aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian dua Khalifah yaitu Kitab Allah yang merupakan Tali yang terbentang antara bumi dan langit, serta KeturunanKu Ahlul BaitKu. Keduanya tidak akan berpisah sampai menemuiKu di Telaga Surga Al Haudh. (Hadis Ini diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dalam Musnad Ahmad jilid 5 hal 182, Syaikh Syuaib Al Arnauth dalam Takhrij Musnad Ahmad menyatakan bahwa hadis ini shahih. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir jilid 5 hal 154, Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid jilid 1 hal 170 berkata “para perawi hadis ini tsiqah”. Hadis ini juga disebutkan olehAs Suyuthi dalam Jami’ Ash Shaghir hadis no 2631 dan beliau menyatakan hadis tersebut Shahih.).
Hadis di atas adalah Hadis Tsaqalain dengan matan yang khusus
menggunakan kata Khalifah. Hadis ini adalah hadis yang Shahih sanadnya
dan dengan jelas menyatakan bahwa Al Ithrah Ahlul Bait Nabi SAW adalah Khalifah bagi Umat islam.Oleh karena itu Premis bahwa Sang Khalifah setelah Rasulullah SAW itu ditunjuk dan diangkat oleh Rasulullah SAW adalah sangat beralasan
Selamat menempuh ujian Allah SWT !!!
(syiahali/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email