Pesan Rahbar

Home » » BENARKAH ALQUR’AN ADALAH IMAM ?

BENARKAH ALQUR’AN ADALAH IMAM ?

Written By Unknown on Sunday 26 April 2015 | 22:24:00


Oleh: Shaleh AlJufri


BISMILLAH

BIMUHAMMAD WA AALI MUHAMMAD…….

Syi’ah Imamiah meyakini bahwa derajat Imamah (kedudukan pemimpin yang dipilih Allah SWT) lebih tinggi daripada keNabian atau keRasulan. Perhatikanlah bahwa di sini kami membandingkan derajat kedudukan dan bukan derajat seseorang. Dengan demikian dua orang imam pilihan Allah SWT yang keduanya memiliki posisi yang mungkin sama di mata Allah SWT, mempunyai derajat yang berbeda. Contohnya, di samping dua belas Imam Ahlulbait, Imam Ali bin Abi Thalib as adalah yang paling saleh. Demikian juga, Nabi Muhammad SAW lebih saleh daripada Imam Ali as meskipun keduanya dipilih Allah SWT sebagai pemimpin.

Dengan kata lain, Nabi Muhammad SAW derajatnya lebih tinggi di antara umat manusia, dan makhluk Allah yang paling saleh, paling dihormati di hadapan Allah SWT. Keyakinan di atas tidak meruntuhkan kedudukannya karena Nabi Muhammad SAW adalah seorang Imam pada zamannya juga.

Namun, membandingkan ‘tugas’ Nabi Muhammad SAW dan Imam bagaikan membandingkan apel dan jeruk atau seperti membandingkan tugas seorang dokter dan ahli teknik. Imamah dan keNabian sangat berbeda fungsinya meskipun keduanya dapat ada pada diri seseorang seperti pada Nabi Muhammad SAW atau Nabi Ibrahim as.


Bukti dari Quran

Orang-orang yang mengenal Quran hingga tahap tertentu, mengetahui bahwa keyakinan ini bukan sesuatu yang aneh. Sebenarnya Quran memberikan bukti bahwa kedudukan imamah lebih tinggi dari pada kedudukan keNabian atau keRasulan. Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung berfirman,

Dan takala Ibrahim diuji oleh tuhannya dengan beberapa perintah, ia melaksanakannya. Kemudian Ia berkata, “Dengarlah! Aku menun­jukmu sebagai pernimpin (IMAM ) bagi umat manusia.” (QS. al-Baqarah : 124).

Seperti yang kita lihat, Nabi Ibrahim as diuji oleh Allah SWT selama masa keNabiannya dan ketika ia berhasil melalui ujian itu (ujian dalam hidupnya, meninggalkan istrinya, mengorbankan putranya), ia dianugrahi oleh Allah SWT kedudukan imamah. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan imamah lebih tinggi daripada keNabian yang diberikan kepadanya setelah ia memperoleh kemampuan lebih lainnya. Derajat selalu diberikan dengan tingkatan yang terus meningkat. Kita tidak pernah melihat ada seseorang yang mendapatkan gelar doktoral lalu mendapatkan gelar diploma. Dalam aturan Allah SWT, tiada kekacauan seperti itu. Derajat pertama Nabi Ibrahim as adalah menjadi hamba Allah (abdi), kemudian menjadi Nabi, lalu menjadi Rasul, setelah itu menjadi Khalil, dan terakhir menjadi Imam. Ayat di atas, membuktikan bahwa Allah SWT mengangkat Imam dan pengangkatan Imam bukan urusan manusia.

Berikut ini penafsiran Sunni, Yusuf Ali, mengenai ayat di atas (QS. al-Baqarah : 124), berkomentar,
“Kalimat yang secara literal berarti ‘kata-kata’, digunakan dalam makna yang mistis, makna yang hanya diketahui Allah tujuan, kehendak dan ketentuannya. Ayat ini merupakan ringkasan dari ayat-ayat berikutnya. Nabi Ibrahim melaksanakan semua perintah Allah, yaitu mensucikan rumah Allah (baitullah), membangun tempat perlindungan yang suci, Kabah, dan menyerahkan segala kehendaknya kepada kehendak Allah. Ia dijanjikan diberi jabatan sebagai pemimpin bagi dunia. Ia bermohon untuk anak keturunannya dan doanya dikabulkan dengan kekecualian bahwa apabila keturunannya menyimpang dari ajaran Allah, Allah berjanji tidak akan meridhai orang yang terbukti salah.”.

Seperti yang kita lihat, Quran dengan jelas membenarkan pandangan Syi’ah dalam hal ini. Tetapi, karena Nabi Ibrahim, Muhammad dan beberapa Nabi lainnya adalah juga Imam, keyakinan ini (Imamah lebih tinggi daripada keNabian) tidak meruntuhkan derajat mereka.

Imam berarti seseorang yang diangkat oleh Allah SWT sebagai pemimpin atau penunjuk (lihat al-Anbiya:73; as-Sajdah:24).


Orang-orang harus taat dan mengikuti mereka.

Para Rasul adalah pembawa berita dan imam adalah pemberi petunjuk (QS. al-Ra’d:7).

Imam adalah cahaya petunjuk (QS. al-An’am: 97).

Muhammad SAW adalah seorang Nabi, Rasul dan seorang Imam. Setelah ia wafat, pintu keNabian dan keRasulan tertutup selamanya. Tetapi pintu imamah (kepemimpinan) masih terbuka karena ia memiliki penerus (khalifah, wakil), artinya seseorang yang melanjutkan kedudukan orang sebelumnya. Jelaslah bahwa pelanjut Nabi Muhammad SAW tidak memiliki derajat keNabian atau keRasulan. Kedudukan mereka hanyalah sebagai imam (pemimpin). Dan jumlah imam ini ada dua belas sebagaimana yang dinyatakan Nabi Muhammad sendiri. Perhatikan juga bahwa Quran dengan jelas menyatakan bahwa imam dan khalifah ditunjuk oleh Allah SWT dan penunjikannya bukan urusan manusia! Untuk membuktikan penunjikan imam oleh Allah SWT. Lihatlah ayat Quran berikut! Shad:20 tentang Nabi Daud, al-Baqarah:124 tentang Nabi Ibrahim, al-Baqarah:30 tentang Nabi Adam, al-A~raf 142, Thaha:29-36 dan al-Furqan:35 tentang Nabi Harun.

Seorang Wahabi mengartikan bahwa kaum Syi’ah bukanlah orang Islam karena mereka meyakini bahwa imamah lebih tinggi daripada keRasulan, tetapi ia tidak memberikan bukti dari Quran atau hadis yang sahih yang menyatakan sebaliknya. Tetapi kami telah memberikan bukti dari Quran dan dengan demikian penilaian kami lebih baik daripada penilaian mereka, apakah anda seorang Islam atau bukan.

Mengenai malaikat, seluruh umat Islam sepakat bahwa tingkatan Nabi lebih tinggi daripada para malaikat. Quran menyatakan bahwa semua malaikat bersujud di hadapan Nabi Adam. Hal ini cukup untuk membuktikan bahwa derajat Nabi lebih tinggi daripada derajat malaikat. Dan berdasarkan kesimpulan sebelumnya bahwa kedudukan imamah lebih tinggi daripada keNabian, maka derajat imam lebih tinggi daripada derajat malaikat juga.


Bukti dari Koleksi Hadis Sahih Sunni

Syi’ah Imamiah lebih jauh meyakini bahwa dua belas Imam dari Keluarga Nabi Muhammad SAW memiliki derajat yang lebih tinggi daripada semua Rasul kecuali Nabi Muhammad SAW. dengan kata lain, kedudukan pelanjut bahtera Nabi Muhammad SAW lebih tinggi dari pada penerus semua Nabi sebelumnya. Perhatikanlah bahwa penerus Nabi – Nabi sebelumnya adalah para Nabi ! Berikut ini referensi dari Hadis Sunni bahwa Imam Ali bin Abi Thalib memiliki kebajikan yang sangat tinggi dari pada para Nabi sebelumnya.

Nabi Muhammad SAW berkata :
jikalau engkau ingin melihat keteguhan dalam diri Nabi Nuh, ilmu pengetahuan Nabi Adam, kemurahan Nabi Ibrahim, kecerdasan Nabi Musa dan ketaatan Nabi Isa, lihatlah Ali bin Abi Thalib !”(1)


Cahaya Nabi Muhammad SAW dan Ali mendahului penciptaan Nabi Adam

Salman Farisi meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata,
“Aku dan Ali berasal dari cahaya yang sama di dalam genggaman Allah empat belas ribu tahun sebelum Ia menciptakan Adam. Ketika Allah menciptakan Adam, Ia membagi cahaya itu menjadi dua bagian, satunya adalah cahayaku dan satunya adalah cahaya Ali”(2)

Hal ini dengan jelas menunjukkan bahwa derajat Nabi Muhammad SAW dan Imam Ali lebih tinggi daripada seluruh manusia yang diciptakan Allah SWT.


Tidak ada orang yang dapat melintasi Jembatan Shirath kecuali dengan izin Ali

Anas bin Malik meriwayatkan, “Ketika kematian Abu Bakar semakin

dekat, Abu Bakar berkata bahwa ia mendengar Rasulullah berkata,
‘Sebuah rintangan menghadang di jembatan Sirath all-Mustaqim. Tidak ada seorangpun yang dapat melintasinya kecuali dengan izin Alibin Abi Thalib.’ Aku mendengar Rasulullah berkata, :

‘Aku adalah penghulu para Nabi dan Ali adalah penghulu para Pemimpin.”(3)

Imam Ali meriwayatkan, “Nabi Muhammad SAW berkata bahwa ketika Allah SWT mengumpulkan orang-orang yang pertama dan yang terakhir masuk surga, sebuah jalan dibentangkan menjembatani neraka. Tidak seorangpun dapat melintasinya kecuali memiliki bukti yang kuat berpemimpin (wilayah) kepada Ali bin Abi Thalib.”(4)


Ali adalah orang yang menjadi pemisah antara orang-orang yang masuk surga dan orang-orang yang masuk neraka

Nabi Muhammad SAW berkata kepada Ali,
“Engkau adalah orang yang memisahkan orang-orang yang akan masuk ke surga dan orang-orang yang akan masuk ke neraka pada Hari Kiamat. Engkau akan berkata kepada neraka, “Orang ini untukku dan yang itu untukmu.”(5)

Ali berkata, “Aku adalah pemisah orang-orang yang masuk neraka.”(6)

Nabi Muhammad SAW pernah berkata Ali, “Engkau adalah pemisah orang-orang yang masuk neraka.”(7)

Dan berikut ini sebuah catatan dari Syafi’i, salah satu imam fikih dari mazhab Sunni :
Ali akan memeriksa umat manusia dan memisahkan apakah mereka masuk surga atau masuk neraka. Ali, orang yang wngat meyakini Nabi Muhammad, adalah pemimpin golongan manusia dan golongan jin.

Sekiranya para pengikut Ali adalah Rafidhi sesungguhnya aku termasuk ke dalam golongan itu. Pada saat itu Ali merobek simbol Kabah dan menginjaknya di mana Allah telah meletakkan lengannya pada ‘malam Mikraj’. Sesungguhnya pada ke dua mata Ali terpancar cahaya Allah.

Umar bin Khatab berkata mengenai kebajikan Imam Ali, “Apabila seluruh planet dan tujuh lapis langit diletakkan pada sebuah sisi timbangan dan keimanan Ali pada sisi yang lain, sisi timbangan Ali akan memberati.”(8)


Ali adalah orang yang paling baik setelah Nabi Muhammad SAW

Jabir meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW berkata, “Ali adalah umat yang paling baik setelahku, dan barangsiapa yang meragukannya, ia adalah orang kafir.”(9)

Abu Dzar yang mengutip dari Abdullah yang mengutip dari Ali bahwa bahwa Nabi Muhammad berkata, “Barangsiapa yang tidak mengtakan bahwa Ali adalah orang terbaik dalam umatku, ia adalah orang kafir.”(10)

Barida juga meriwayatkan, “Nabi Muhammad SAW berkata kepada Fathimah, ‘Aku menikahkanmu kepada orang yang paling terbaik dalam umatku, orang yang paling berpengetahuan, sabar dan orang pertama yang masuk Islam di antara mereka.”(11)


Imam Mahdi

Sekarang mari kita lihat periode kedatangan Imam Mahdi, Imam terakhir dari keluarga Nabi Muhammad SAW, di masa yang akan datang.

Kaum Sunni telah meriwayatkan dalam kitab-kitab sahih mereka bahwa ketika Imam Mahdi datang, Nabi Isa as akan turun dan shalat di belakangnya. Hal ini menunjukkan bahwa derajat Imam Mahdi lebih tinggi daripada Nabi Isa yang merupakan salah satu Rasul utama Allah.

Diriwayatkan dalam Shahih Muslim bahwa Jabir Abdillah Anshari berkata bahwa ia mendengar Nabi Muhammad bersabda :
“Sekelompok dari umatku akan berperang demi kebenaran hingga Hari Kiamat mendekat. Saat itu Nabi Isa putra Maryam akan turun dan pemimpin saat itu akan memintanya untuk memimpin shalat tetapi Nabi Isa menolak. Ia mengatakan, “Sesun~guhnya, Allah telah mengangkat di antara kalian pemimpin bagi yang lainnya dan Ia mencurahkan anugrah kepada mereka.”(12)

Ibnu Abu Shaibah, seorang ahli hadis Sunni lainnya, guru dari Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan banyak hadis mengenai Imam Mahdi. Ia juga meriwayatkan bahwa Imam umat Islam yang akan memimpin shalat Nabi Isa adalah Imam Mahdi.

Jalaluddin Suyuthi menyebutkan,
“Aku telah mendengar beberapa umat yang menyangkal kebenaran yang telah disampaikan tentang Nabi Isa yang ketika datang, ia akan shalat di belakang Imam Mahdi. Mereka mengatakan bahwa Nabi Isa lebih tinggi kedudukannya untuk memimpin shalat daripada seseorang yang bukan Nabi. Ini merupakan pendapat yang aneh karena persoalan tentang Nabi Isa yang akan diimami oleh Imam Mahdi telah dibuktikan secara kuat melalui oleh banyak hadis sahih dari Rasulullah yang paling benar.”(13)

Selanjutnya Suyuthi meriwayatkan hadis mengenai hal ini. Hafizh dan Ibnu Hajar Asqalani menyebutkan bahwa Imam Mahdi berasal dari umat ini, dan Nabi Isa akan turun dan shalat di belakangnya.(14)

Hadis ini pun disebutkan oleh ulama lain. Ibnu Hajar Haitsami menuliskan,
“Ahlulbait bagaikan cahaya-cahaya yang menunjuki kami pada jalan yang benar dan apabila cahaya itu disembunyikan kita akan berhadapan dengan tanda kekuasaan Allah yang dijanjikan (Hari Kiamat). Ini akan terjadi ketika Imam Mahdi datang, seperti yang disebutkan dalam hadis dan Nabi Isa akan shalat di belakangnya, Dajjal akan dihancurkan dan tanda-tanda kebesaran Allah akan bermunculan susul menyusul.”(15)

Semuanya dengan jelas menunjukkan bahwa derajat Imam mahdi as lebih tinggi daripada Nabi Isa as yang merupakan salah satu dari lima Rasul utama Allah.


PENUTUP:

BENARKAH AL QUR’AN ADALAH IMAM?

FIRMAN-NYA :
“Dan Kami jadikan mereka IMAM IMAM yang menyeru manusia kepada api neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. Dan Kami te…ruskan untuk melaknat mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah). (QS. al-Qashash : 41-42)

Rasulullah saaw bersabda:
“Barangsiapa yang mati belum mengenal IMAM ZAMANNYA , maka matinya mati jahiliyah.” (Shahih Bukhari jilid 5, halaman 13, bab Fitan).

FirmanNYA SWT :
” Dan sesungguhnya ini Al qur’an yang sangat mulia,dalam kitab yang terpelihara, TIDAK ADA YANG MAMPU menyentuhnya selain HAMBA-HAMBA yang di SUCIKAN, diturunkan dari TUHAN SEMESTA ALAM, apakah kamu menganggap REMEH BERITA INI ? ” ( QS Al Waqi’ah 77-81 ).

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah membaca ayat :
Sesungguhnya Allah bermaksud meng­hilangkan dosa dari kalian, Ahlulbait, dan menyucikan kalian sesuci-sucinya (QS. al-Ahzab : 33)

dan kemudian Rasulullah bersabda,
“Dengan demikian, aku dan Ahlulbaitku bersih dari dosa-dosa.”

{Referensi Sunni: Shahih at-Turmudzi sebagaimana dikutip dalam: al-Durr al-Mantsur, Jalaluddin Suyuthi, jilid 5, hal. 605-606, ketika mengomentari Surah al-Ahzab ayat 33; Dala ‘il an-Nabawiyyah, Baihaqi; Karya-karya lain seperti Thabrani, Ibnu Mardawaih, Abu Nuaim, dan lain-lain.}

Ummu Salamah yang berkata bahwa Rasulullah SAW berkata ;
“Ali bersama Quran, dan Quran bersama Ali. Keduanya tidak akan pemah berpisah satu sama lain hingga keduanya kembali kepadaku di telaga (surga),”

Referensi Sunni:
{ ash-Shawa’iq al-Muhriqah oleh Ibnu Hajar Haitsami, bab 11, pasal 1, hal. 233; Tafsir al-Kabir oleh ats-Tsa’labi, di bawah tafsir Surah Ali Imran ayat 103.}


LALU TTG IMAM-IMAM PEMBERI PETUNJUK ?

Dan Kami jadikan di antara mereka imam-imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami karena mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami ” (QS. as-Sajdah : 24).


LALU TTG UMMAT YG DIPANNGIL DENGAN IMAM-IMAMNYA?

FIRMAN-NYA SWT :
(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpin (IMAM )-nya.… (QS. al-Isra : 71)


AL QUR’AN JUGA MAKNA’NYA?


Catatan Kaki:
1. Referensi hadis Sunni: Shahih, Baihaqi; Musnad Ahmad ibn Hanbal, sebagaimana yang dikutipnya; Syarh, Ibnu Abil Hadid, jilid 2, hal. 449; Tafsir al-Kabir, Fakhruddin Razi, menafsirkan ayat Mubilah, jilid 2, hal. 288. la menulis hadis ini sebagai hadis yang sahih; Ibnu Batutah meriwayatkannya sebagai hadis yang berasal dari Ibnu Abbas. la menyatakannya dalam bukunya Fath al-Mulk al-Ali bi Shihah Hadits-e­Bab-e Madinat al llm, hal. 34, oleh Ahmad bin Muhammad bin Shiddiq Hasani Maghribi; Orang yang telah mengakui bahwa Imam Ali yang merupakan gudang rahasia seluruh nabi adalah pemimpin makrifah, Muhyiddin Arabi, Arif Sya’rani telah menyalinnya di dalam bukunya al-Yuwaqit wa al-jawahir (ha1.172, pembahasan 32).
2. Referensi hadis Sunni: Mizan al-I’tidal, Dzahabi, jilid I, hal. 235; Fadha’il ash-Shahabah, Ahmad bin Hanbal, jilid. 2, hal. 663, hadis 1.130; ar-Riyadh an-Nadhirah, Muhib Thabari, jilid 2, ha1.164, jilid 3, ha1.154; Tarikh, lbnu Asakir. Catatan: ‘genggaman Allah’ artinya kekuasaan­Nya. Kalimat ‘dalam genggaman Allah’ artinya dalam kerajaan, singgasana, dan kehadiran-Nya.
3. Referensi hadis Sunni: Tarikh, Khatib Baghdadi, jilid 10, hal. 356; as ­Sawa’iq al-Muhriqah, Ibnu Hajar, bab 9, sub jilid 2, hal. 195.
4. Referensi hadis Sunni: ar-Riyadh an-Nadhirah, Muhibuddin Thabari, jilid 2, ha1.172.
5. Referensi hadis Sunni: as-Sawaiq al-Muhriqah, Ibnu Hajar, bab 9, sub jilid 2, hal. 195.
6. Referensi hadis Sunni: Kanz al-Ummal, Muttaqi Hindi, jilid 6, hal. 402; Radd al-Syams, Shathan Fundhaili.
7. Referensi hadis Sunni: Kunuz al-Haqa’iq, Abdurrauf Manawi, hal. 92
8. Referensi hadis Sunni: ar-Riyadh an-Nadhirah, Muhibuddin Thabari; Izalat al-Khifa Maqsad.
9. Referensi hadis Sunni: Kinuz al-Haqa’iq, Abdurrauf Manawi, hal. 92; Tarikh, Khatib Baghdadi, jilid 7, hal. 421.
10. Referensi hadis Sunni: Tarikh, Khatib Baghdadi, jilid 3, ha1.19; Tahdzib al-Tahdzib, Ibnu Hajar Asqalani, jilid 9, hal. 419.
11. Referensi hadis Sunni: Kanz al-Ummal, Muttaqi Hindi, jilid 6, hal. 398.
12. Referensi hadis Sunni: Shahih Muslim, Bahasa Arab, bag. 2, hal. 193; Musnad Ahmad ibn Hanbal, jilid. 3, hal. 45, 384; Sawa’iq al-Muhriqah, Ibnu Hajar Haitsami, hal. 251; Nuzul Isa ibn Maryanr Akhir az-Zaman, Jalaluddin Suyuthi, hal. 57; Musnad Abu Ya’la yang memberi versi hadis yang lain dengan kalimat yang lebih jelas yang berasal dari jabir. Nabi Muhammad berkata, “Sekelompok dari umatku akan terus berperang demi kebenaran hingga Nabi Isa putra Maryam akan turun. Pemimpin zaman saat itu akan memintanya memimpin shalat, tetapi Nabi Isa menjawab, ‘Engkau lebih berhak memimpin shalat dan sesungguhnya Allah telah melebihkan sebagian dafi kalian atas umat lainnya.’
13. Nuzul Isa Ibn Maryam Akhir az-Zaman, Jalaluddin Suyuthi, hal. 56.
14. Referensi hadis Sunni: Fat’h al-Bari, Ibnu Hajar Asqalani, jilid. 5, hal. 362.
15. Referensi hadis Sunni: Sawa”iq al-Muhriqah,Ibnu Hajar Haitsami, bab 11, hal. 19.

_______________________________

Allahumma shalli wasallim wabaarik alaa Muhammad wa Aali Muhammad ,Allahumma nawwir quluubana bi Muhammad wa Aalihil Ath’har.Allahumma’shrah shudhuurana bidzhuhuuril Hujjah Al Qa’im min Aali Muhammad waj’alna min anshaarihi wa Hizbihi Ya Karim.



Imam Ali bin Abu Thalib as :
Sesungguhnya suatu saat akan datang kepada Anda setelah saya, ketika tak ada yang lebih tersembunyi dari kebenaran, tak ada yang lebih nampak daripada kebatilan, dan tak ada yang lebih lumrah dari dusta terhadap Allah dan Rasul-Nya. Bagi manusia di masa itu, tak ada sesuatu yang lebih tak berharga selain Al-Qur’an yang dibaca sebagaimana seharusnya ia dibaca, dan tak ada sesuatu yang lebih berharga dari Al-Qur’an yang disalah-tempatkan dari kedudukannya. Dan di kota-kota tak ada yang lebih dibenci dari kebajikan, dan tak ada yang lebih disukai ketimbang kejahatan.Para pemegang Kitab itu akan membuangnya dan para penghafalnya akan melupakannya. Di hari-hari itu Al-Qur’an dan umatnya akan terasing dan tercampak. Mereka akan menjadi sahabat-sahabat yang berkumpul di satu jalan, tetapi tak seorang pun akan memberikan perlindungan kepada mereka. Akibatnya, di masa itu Al-Qur’an dan umatnya akan berada di antara manusia tetapi tidak termasuk kalangan mereka, akan berada pada mereka tetapi tidak bersama mereka, karena kesesatan tak akan bersesuaian dengan petunjuk sekalipun mereka mungkin berada bersama-sama. Manusia akan bersatu pada perpecahan dan oleh karena itu akan memutuskan diri dari umat, seakan-akan mereka adalah para pemimpin Al-Qur’an dan bukan Al-Qur’an pemimpin mereka.

Tak ada darinya yang akan tertinggal pada mereka, kecuali namanya, dan mereka tak akan mengetahui apa-apa kecuali tulisan dan kata-katanya. Sebelum itu mereka akan menimpakan kesukaran pada orang berkebajikan, menamakan pandangan orang bajik mengenai Allah hujatan palsu, dan menerapkan kepada orang bajik hukuman orang jahat.

Orang-orang sebelum Anda berlalu karena perpanjangan hawa nafsu mereka dan kelupaan akan kematian mereka, hingga peristiwa yang dijanjikan itu menimpa mereka, yang dalih-dalihnya ditampik, taubat ditolak serta hukuman dan pembalasan ditimpakan.

Wahai manusia, orang yang mencari nasihat dari Allah, mendapatkan petunjuk-Nya, dan orang yang mengambil sabda-Nya sebagai petunjuk, dipimpin kepada yang lebih lurus, karena pencinta Allah merasa aman dan lawan-Nya merasa takut. Orang yang mengetahui keagungan-Nya tidaklah pantas mengaku besar, tetapi kebesaran orang yang mengakui kebesaran-Nya ialah bahwa mereka mengagungkan Dia, dan keselamatan orang yang mengetahui kekuasaan-Nya terletak pada penyerahan diri kepada-Nya. Jangan melarikan diri ketakutan dari kebenaran seperti ketakutan orang sehat terhadap orang berkudis, atau orang sehat dari orang sakit.

Hendaklah Anda ketahui bahwa Anda tak akan pernah mengenal petunjuk kalau Anda tidak mengenali siapa yang telah meninggalkannya; Anda tak akan berpegang pada janji-janji Al-Qur’an apabila Anda tidak mengenali siapa yang telah melanggarnya, dan (Anda) tak akan pernah berpegang erat padanya kecuali apabila Anda ketahui siapa yang telah meninggalkannya. Carilah hal-hal ini dari orang-orang yang memilikinya, karena mereka adalah sumber hidupnya pengetahuan dan matinya kejahilan. Mereka adalah orang-orang yang perintah-perintahnya akan mengungkapkan kepada Anda (besarnya) pengetahuan mereka, diamnya mereka mengungkapkan (kemampuan) nya berbicara, dan wajah lahir mereka akan mengungkapkan batin mereka. Mereka tidak menentang agama, dan tidak saling berbeda tentang itu, sementara ada di antara mereka suatu saksi yang benar dan pembicara yang diam.

Hidupkanlah hati dan pikiranmu dengan menerimadan memperhatikan nasehat. Jadikanlah kesalehan sebagai penolong untuk menghilangkan keinginan- keinginan nafsumu yang tidak terkendali. Binalah budi pekertimu dengan pertolongan keyakinan yang tulus pada agama dan Allah.

Taklukkanlah keinginan-keinginan pribadimu, kesesatan hatimu dan kebandelanmu dengan senantiasa mengingat kematian. Sadarilah akan kefanaan hidup dan segala kenikmatannya. Insyafilah kenyataan dari kemalangan dan kesengsaraan yang senantiasa menimpamu serta perubahan keadaan dan waktu. Ambillah pelajaran dari sejarah kehidupan orang-orang terdahulu.

Jangan membicarakan apa yang tidak engkau ketahui. Jangan berspekulasi dan memberi pendapat atas apa yang kau tidak berada dalam kedudukan untuk memberi pendapat tentangnya. Berhentilah jika khawatir akan tersesat. Adalah lebih baik berhenti disaat kebingungan dari pada maju merambah bahaya-bahaya yang tak tentu dan resiko-resiko yang tak terduga.

Berjuanglah dan berjihadlah demi mempertahankan dan demi tegaknya kalimat Allah. Jangan takut dan khawatir bahwa orang-orang akan mengejekmu, mengecam tindakanmu dan memfitnahmu. Janganlah gentar dan ragu membela kebenaran dan keadilan.

Hadapilah dengan sabar penderitaan dan kesengsaraan yang menimpa. Hadapilah dengan berani rintangan yang menghalangi ketika engkau berupaya mempertahankannya. Sokonglah kebenaran dan keadilan setiap kali engkau menjumpainya.

Binalah kesabaran dalam menghadapi segala kesulitan, bencana dan kesengsaraan. Kesabaran merupakan salah satu diantara moral yang tertinggi dan akhlak yang mulia, dan merupakan suatu kebiasaan yang terbaik yang dapat dibina. Bersandar dirilah kepada Allah dan mintalah senantiasa perlindunganNya dari segala bencana dan penderitaan. Jangan mengharap pertolongan dan perlindungan dari siapapun kecuali Allah.

Ketahuilah bahwa sombong dan bangga diri adalah bentuk-bentuk kebodohan dan berbahaya bagi jiwa dan pikiran. Oleh karena itu, jalanilah kehidupan yang seimbang dan berusahalah untuk berlaku jujur dan tulus. Apabila mendapat bimbingan dari Allah untuk mencapai apa-apa yang diinginkan, maka janganlah berbangga dengan perolehan itu. Tunduk dan merendahlah dihadapan Allah dan sadarlah bahwa keberhasilan itu semata-mata karena kasih dan karunia-Nya.

(ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: