Keyakinan Presiden Soekarno yang mengatakan bahwa pesawat terbang merupakan hal yang penting bagi Indonesia akan selalu dikenang Bacharuddin Jusuf Habibie. Terinspirasi dengan pernyataan tersebut, B.J. Habibie muda bercita-cita untuk membuat pesawat yang dibangun oleh otak dan tenaga manusia Indonesia.
Setelah menamatkan kuliah RWTH Aachen Germany dengan predikat summa cum laude, Habibie kembali ke tanah air untuk mewujudkan cita-citanya, menghubungkan Indonesia dengan pesawat terbang. Habibie merupakan generasi muda yang dikirim oleh Bung Karno ke luar negeri untuk belajar.
Setelah kembali ke Indonesia, Habibie yang kemudian menjabat Menteri Negara Riset dan Teknologi bersama dengan timnya mulai membangun pesawat terbang buatan sendiri. Pesawat tersebut kemudian diberi nama N-250, pesawat penumpang sipil (airliner) regional komuter turboprop.
N-250 pertama kali diluncurkan pada tahun 1995 dan menjadi bintang pameran pada Indonesian Air Show 1996 yang diadakan di Cengkareng. Namun mimpi Habibie untuk memproduksi massal N-250 kandas setelah Indonesia dihantam krisis moneter pada 1997.
Kini di tangan putra sulungnya Ilham Habibie, mimpi Presiden Republik Indonesia ke-3 tersebut kembali diwujudkan. Bersama dengan sang ayah, keduanya membangun pesawat terbang yang disebut sebagi penyempurnaan N-250. Pesawat tersebut diberi nama Regio Prop 80 (R80).
Pesawat R80 dikembangkan oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI), perusahaan perancang pesawat terbang komersil milik Habibie. Ilham yang juga komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI) perusahaan rancang bangun dan subkontraktor pesawat terbang, tengah menggandeng PT Dirgantara Indonesia.
Alasan dipilihnya PT DI lantaran pesawat terdahulu N-250 sukses membuat dunia terpukau. Sehingga Ilham ingin R-80 atau disebut Regional 80 menjadi suksesor terdahulu yang dibuat Habibie. R80 secara teknologi akan berbeda dari rancangan bapaknya.
Dalam video yang diunggah oleh The Habibie Center dalam Facebook, Ilham Habibie menjelaskan, R-80 memiliki kapasitas daya angkut 80 penumpang dan bertenaga dua msein turbopop. R-80 sangar ideal untuk terbang pada jarak dekat dan menengah, di negara kepulauan seperti Indonesia, dan negara yang memiliki geografis yang sama.
"Impian saya adalah teknologi seperti ini dapat digunakan di mana pun di dunia. Untuk menyatukan orang-orang, membawa mereka ke dalam sebuah kebersamaan, dan untuk memajukan ekonomi pada suatu negara melalui jenis pesawat ini."
(Merdeka/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email