Pesan Rahbar

Home » » Deradikalisasi, Perlu Ideologi dan Pemahaman Agama Luas

Deradikalisasi, Perlu Ideologi dan Pemahaman Agama Luas

Written By Unknown on Sunday 13 September 2015 | 08:32:00

Hamdi Muluk (Foto: berita99)

Para pelaku aksi terorisme ini selama ini sering menjadikan ideologi dan pemahaman agama yang salah sebagai ‘senjata’ untuk menyebarkan paham mereka sekaligus merekrut anggota baru.

Untuk itu, penguatan ideologi, pemahaman agama, dibarengi deradikalisasi, harus terus digalakkan untuk mencegah penyebaran paham kekerasan serta kemungkinan terjadinya aksi terorisme.

Hal itu disampaikan guru besar psikologi Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Hamdi Muluk, Rabu 9 September 2015 di Jakarta. “Penguatan ideologi dan pemahaman agama serta deradikalisasi harus terus digalakkan untuk mencegah penyebaran paham kekerasan serta kemungkinan terjadinya aksi terorisme,” kata Hamdi.

Dia menjelaskan, bisa dipahami apabila yang berbicara ideologi dan agama sering dianggap dahsyat. Biasanya, para pengindoktrinasi akan selalu berusaha meyakinkan pengikutnya bahwa ideologi itu benar. Hal itu terus ditanamkan di benak para pengikutnya sampai mereka benar-benar yakin dan menjalankan.

“Kalau orang yakin terhadap ideologi tersebut maka dia selalu ingin mewujudkan dan meyakinkan kepada para pengikutnya bahwa ideologi itu benar, dan itu terus ditanamkan di benak para pengikutnya sampai mereka benar-benar yakin dan menjalankan,” tambah dia.

Dari situlah para pelaku aksi terorisme terus bergerilya untuk merekrut orang sebanyak-banyaknya. Tujuannya, kata Hamdi, untuk mewujudkan apa yang diyakini benar seperti Negara Islam, Khilafah Islamiyah, dan tidak ada lagi orang beragama lain.

“Tak boleh ada orang kafir atau beragama lain. Hanya seperti itu yang dipikirkan mereka para pelaku terorisme dalam mencari orang untuk direkrut dan didoktrin,” kata dia.

Selain ideologi dan agama, deradikalisasi juga harus terus ditingkatkan kepada para pelaku terorisme, baik yang masih berada dalam maupun di luar lembaga pemasyarakatan (Lapas).

“Ini penting, karena bila dibiarkan, para pelaku terorisme bisa menyebarkan ideologinya kepada para tahanan lain di dalam Lapas. Juga buat yang sudah bebas, bisa kembali menjalankan aksinya untuk merekrut anggota baru,” katanya.

Diketahui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memang terus melaksanakan deradikalisasi. Terakhir, lembaga itu melaksanakan Program Workshop Damai Dunia Maya di Medan, Sumatera Utara. Dihadirkan mantan teroris Khairul Ghazali yang dulu dikenal sebagai otak perampokan Bank CIMB Niaga Medan dan penyerangan Polsek Hamparan Perak.

Khairul mengakui saat aktif sebagai teroris, kerap menjadikan anak muda usia belasan dan 20-an tahun sebagai target utama rekrutmen. Dia mengaku pekerjaan itu mudah karena pemahaman agama di anak-anak muda itu memang dangkal.

Dalam melakukan “cuci otak” tersebut, Khairul Ghazali mengaku menggunakan pendekatan agama, memanfaatkan ayat-ayat suci yang ditafsirkan dengan gaya radikal.

Bagi para pelaku kriminal, misalnya, dia menawarkan pencucian dosa dan surga asalkan mau bergabung dengan kelompok teroris. Merayu target dengan sentimen dan isu keagamaan itulah yang paling mujarab dalam merekrut anggota baru selama ia jadi teroris, menurut Khairul Ghazali.

(Berita-99/Satu-Islam/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: