Pesan Rahbar

Home » » Mencari-cari kesalahan

Mencari-cari kesalahan

Written By Unknown on Saturday 7 November 2015 | 19:55:00


Ketidaktahuan Atas Kesalahan Sendiri
Salah satu perilaku manusia yang paling lemah adalah ketidaktahuan atau kejahilannya atas kesalahan-kesalahannya sendiri. Dalam banyak hal jiwa tidak tahu akan suatu sifat yang tidak dikehendaki, yang akibatnya secara tidak sadar mengambil sifat semacam ini sebagai dasar kesengsaraan. Ketika seseorang menjadi budak kejahilannya, ia membunuh ruh moralitas di dalam dirinya. Setelah itu menjadi korban berbagai kecenderungan dan beragam nafsunya yang mengasingkannya dari kebahagiaan dan kesenangan.

Di bawah keadaan seperti ini, baik petunjuk maupun nasehat yang bersifat membangun tidak akan berpengaruh.

Kebutuhan pertama bagi keselamatan diri adalah menyadari kelemahan-kelemahan anda. Satu-satunya jalan agar manusia dapat menyingkirkan akhlak-akhlak buruknya dan menolong dirinya dari berbagai bahaya dalam kepribadiannya yang dapat mengarahkannya kepada penderitaan, adalah jika ia menyadari akhlak-akhlak semacam ini.

Suatu telaah yang hati-hati atas watak-watak jiwa manusia untuk mendidik umat manusia, merupakan langkah penting menuju integritas rohani dan perilaku. Renungan diri membuat seseorang menyadari berbagai kelemahan dan hal-hal positifnya, menghapus sifat-sifat yang tidak dikehendaki, dan menjernihkan cermin jiwanya dari noda dosa-dosa dengan mengadakan penyucian akhlak.

Kita melakukan suatu kesalahan yang tidak dapat diampuni ketika secara ceroboh tidak mengetahui cerminan sesungguhnya dari diri kita di dalam cermin perbuatan-perbuatan kita. Adalah tanggung jawab kita untuk menemukan watak kita sendiri untuk secara tepat menunjukkan sifat-sifat yang tidak dikehendaki yang tanpa terasa telah tumbuh di dalam diri kita. Tidak syak lagi, kita akan mampu mencabut akar-akar sifat semacam ini, bahkan menahannya agar tidak muncul dalam kehidupan kita dengan tenis menerus berjuang melawannya. Bagaimanapun juga, pencapaian sifat-sifat mulia memerlukan kesabaran melalui kerja keras yang tiada akhirnya. Masalah ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilaksanakan.

Bagi kita, untuk mencabut akar-akar kebiasaan yang berbahaya dan merusak, tidak mungkin hanya sekadar menyadarinya tetapi juga harus memiliki kehendak yang kuat ke arah sana. Lebih baik lagi bila kita mengerahkan tindakan-tindakan kita juga pemikiran kita menjadi lebih lurus dan lebih produktif. Hasil-hasil dari setiap langkah dalam proses ini akan membawa kira maju ke tahap selanjutnya.

Dr. Carl menulis:
Cara yang paling efektif untuk mengubah program harian kita menjadi program yang dapat diterima adalah dengan memeriksanya secara cermat setiap pagi dan meninjau kembali hasil-hasilnya setiap malam. Kemudian dengan cara yang sama pula kita menyelesaikan tugas tertentu pada kesempatan khusus; kita harus memasukkan ke dalam jadwal kita mengenai langkah-langkah tertentu sehingga orang lain dapat memanfaatkannya dari berbagai aktivitas kita. Dalam tingkah laku kita harus fair dan adil.

Rendahnya perilaku adalah sebagaimana kejijikan terhadap tubuh yang kotor. Maka, pentingnya membersihkan tubuh kita dari kotoran seperti mensucikan akhlak kita dari noda. Beberapa orang melakukan gerak badan sebelum dan atau sesudah tidur; demikian juga pentingnya merenungkan akhlak dan pemikiran kita sepenting gerak badan ini. Dengan mempelajari cara ini kita harus bertindak dan berupaya untuk memperhatikan batas-batas kira yang ditandai, kita dapat melihat kenyataan kira sendiri tanpa adanya penghalang. Keberhasilan kita dalam membuat keputusan secara langsung berhubungan dengan batin kita sendiri. Adalah wajib atas setiap orang, baik-tua atau muda, kaya atau miskin, terpelajar atau jahil, untuk mengetahui apa yang telah dilakukan dalam pengeluaran dan pendapatan harian, sebagaimana para saintis menulis tentang hasil-hasil eksperimen mereka. Dengan menggunakan cara seperti ini secara cermat dan sabar, jasmani dan rohani kita akan berubah ke arah yang lebih baik.

Sindiran dan Para Penghina
Adalah fitrah manusia dalam mencari kesalahan, kekeliruan dan rahasia orang lain serta mengkritik dan mengecam mereka atas dasar kelemahan-kelemahan ini. Namun dalam banyak hal, berbagai kesalahan dan kelemahan orang-orang ini sangat melampaui sifat-sifat mulia mereka. Mereka tidak tahu akan hal ini dan mendudukkan diri mereka di atas berbagai kemalangan orang lain.

Menghina orang lain merupakan suatu sifat jahat yang mengotori kehidupan manusia dan menurunkan watak perilakunya.

Unsur-unsur yang mendorong manusia untuk menjatuhkan orang lain menjadi lebih berbahaya ketika disertai dengan kesombongan, keangkuhan, dan egois. Kerumitan-kerumitan perilaku ini menghasut manusia untuk membuat keputusan-keputusan yang keliru dan berpikir bahwa mereka adalah orang-orang yang benar.

Orang-orang yang suka mengkritik orang lain telah menyia-nyiakan usahanya dengan cara-cara yang tidak dapat diterima oleh akal maupun hukum. Mereka terlalu bernafsu melihat berbagai kesalahan temannya untuk menghina dan merendahkan mereka, mereka tidak tahu bahwa dengan berbuat demikian mereka sebenarnya membuang kesempatan untuk melihat kesalahannya sendiri, atau membimbing dirinya kepada hidayah dan kebenaran. Orang-orang yang tidak teguh hatinya tidak melihat adanya syariat atau tidak menghormati martabat orang lain; mereka tidak dapat hidup secara harmonis dengan orang-orang yang paling dekat dengan mereka. Ketika orang-orang ini tidak dapat menemukan sasaran untuk menghina; mereka pun kembali kepada para sahabat dan teman mereka; dengan alasan tadi orang-orang ini tidak mampu mendapatkan sahabat-sahabat yang sesungguhnya, yang cinta dan rasa hormatnya dapat mereka rasakan.

Di sepanjang hidupnya manusia memperoleh kemuliaan; oleh karena itu, orang-orang yang suka menghina orang lain tidak bisa menyadari jumlah kerusakan yang mereka lakukan terhadap diri mereka sendiri, mereka tidak dapat menghentikan diri mereka dari reaksi sosial terhadap perbuatan-perbuatan salah mereka.

Perbuatan-perbuatan salah yang mereka lakukan tidak lain akan menimbulkan kebencian, permusuhan dan kejijikan. Mereka merasa bersalah, tetapi sebagaimana dikatakan, “Tidaklah mungkin mengembalikan burung ke sarangnya bila ia telah terbang jauh”.

Orang-orang yang ingin hidup bermasyarakat dengan orang lain harus menentukan berbagai tugas dan tanggung jawabnya sendiri, salah satu darinya adalah dengan selalu mencari sifat-sifat luhur dan perbuatan-perbuatan baik orang lain agar dapat memuliakan mereka. Ia juga harus menjauhkan dirinya dari sifat-sifat yang menghina martabat orang lain dan yang bertentangan dengan dasar-dasar cinta, karena cinta hanya tumbuh dan hidup di dalam rasa saling menghormati dan saling menaati di antara kedua kelompok. Orang yang memiliki kebiasaan menyembunyikan berbagai kelemahan orang-orang dan teman-teman yang dicintai akan merasakan hubungan yang lebih stabil.

Sertakanlah puji-pujian jika seseorang hendak menarik perhatian orang-orang yang ia cintai kepada titik-titik lemahnya sehingga orang tersebut mempunyai kesempatan untuk berubah. Tentu saja perlu bagi individu yang bermaksud menunjuki perhatian temannya kepada sifatnya yang tidak menyenangkan dengan menggunakan keahlian khusus agar tidak menghina atau “menyakiti perasaannya”.

Menurut seorang pendidik:
Adalah mungkin menarik perhatian pendengar anda kepada kesalahan-kesalahannya dengan suatu pandangan sekilas atau gerak isyarat, biasanya tidak perlu untuk berbicara secara langsung. Jika anda berkata kepada seseorang, ‘Anda membuat kesalahan’, maka ia tidak akan pernah setuju dengan anda karena anda telah menghina akalnya, kemampuannya untuk berpikir dan kepercayaannya. Menentangnya secara terang-terangan akan membuatnya melawan tindakan anda tanpa membetulkan berbagai pandangannya, meskipun anda buktikan kepadanya secara meyakinkan bahwa anda benar. Bila anda sedang berbincang-bincang dan tidak mengawalinya dengan, ‘Saya akan membuktikannya kepadamu,’ atau ‘Saya akan membenarkan itu’, ini berarti anda lebih cerdas atau lebih pandai dari orang yang anda ajak bicara.

Tindakan mengoreksi pemikiran seseorang merupakan tugas yang sulit, maka kenapa menambah lagi kesulitan dengan mengikuti prosedur yang salah dan menciptakan rintangan yang tidak dapat diubah. Bila anda mengusulkan untuk membuktikan sesuatu, adalah penting bahwa orang-orang tersebut tidak menyadari niat anda. Anda harus memulai tujuan anda dengan langkah-langkah yang tepat tanpa memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk mengetahui maksud anda. Ingatlah kata-kata berikut ketika anda berupaya dalam bidang ini: ‘Ajarlah orang tanpa harus menjadi guru.’

Ajaran Agama Terhadap Sifat Menyindir
Al-Quran memperingatkan penyindir terhadap nasib mereka yang suram, dan memperingatkan mereka tentang berbagai akibat perbuatan jahat mereka. Tertulis dalam Al-Quran:
“Sengsaralah setiap pemfitnah, pencemar nama baik”.

lslam mewajibkan kepada kaum Muslimin untuk memperhatikan aturan-aturan akhlak dan tingkah laku yang baik guna memelihara persatuan lslam juga melarang memfitnah dan menyindir untuk menghindari permusuhan dan lemahnya hubungan persaudaraan. Oleh karena itu, adalah tugas setiap Muslim untuk memperhatikan hak-hak orang lain dan menjauhkan diri dari sifat menghina dan merendahkan mereka.
Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s. berkata:
Seorang beriman menjadi lebih tenteram hatinya di dekat seorang beriman yang lain lebih daripada orang kehausan ketika menemukan air yang sejuk.
(Al-Kafi, jilid II, hal. 247)

Imam Al-Baqir a.s. berkata:
Cukuplah suatu kesalahan seseorang ketika mencari kesalahan-kesalahan orang dan tidak tahu bahwa ia mengalaminya, mengkritik orang lain karena sesuatu hal yang ia sendiri mengerjakannya, atau menyakiti sahabat karibnya yang oleh sebab itu tidak prihatin padanya.
(AI-Kaji, jilid II, hal. 459)

Datuk mereka, Imam Ali a.s. berkata:
Hindarilah persahabatan dengan orang-orang yang mencari kelemahan-kelemahan orang lain, karena persahabatan dengan mereka akan menjadikan tidak aman dari makar-makar mereka.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 148)

Kendati sebagian dari fitrah manusia adalah menolak kritikan, namun kita harus penuh perhatian terhadap kritik yang bersifat membangun. Di bawah bayang-bayang nasehat yang membangun kita mampu mempersiapkan berbagai unsur guna meningkatkan diri kita, Insya Allah.

Amirul Mukminin Ali a.s. mengingatkan kita akan kenyataan tersebut di atas ketika beliau berkata:
Biarlah orang yang paling dekat denganmu menjadi orang-orang yang membimbingmu untuk (menemukan) kelemahan-kelemahanmu, dan membantumu melawan berbagai inspirasi mu yang keliru.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 558)

Berikut ini adalah dari buku karya Dr. Dale Carnegie, How to Win Friends and Influence People:
Kita harus mendengarkan kritik dan menerimanya, karena jangan sampai kita mengharapkan dua per tiga hari tindakan dan pemikiran kira benar. Albert Einstein mengakui bahwa sembilan puluh sembilan persen dari gagasan dan kesimpulannya salah. Ketika seseorang hendak mengkritik saya, saya lihat diri saya menjadi defensif bahkan tanpa mengetahui apa yang ingin ia katakan; namun ketika hal ini terjadi, setelah itu saya membenci diri saya sendiri. Kita semua lebih menyukai pujian dan sanjungan dan menolak celaan dan kritikan tanpa memperhatikan tingkat ketepatan dan keakuratan berbagai ulasannya. Sesungguhnya kita bukanlah anak bukti dan logika, tetapi anak perasaan. Berbagai pikiran kita menjadi seperti perahu layar yang dilambungkan oleh gelombang perasaan di tengah laut yang gelap. Saat ini banyak di antara kita yang percaya diri, tetapi dalam usia empat puluh tahun kita akan melihat ke belakang mengenai diri kira dan kita pun tertawa terhadap berbagai tindakan dan pemikiran kita.

Imam Ali a.s. berkata:
Barangsiapa yang mencari kesalahan orang lain harus memulai dari dirinya.
(Ghumr Al-Hikam, hal, 659)

Dr. H. Shakhter berkata:
Sebagai ganti dari mengeluh terhadap berbagai ucapan atau tindakan orang lain, lebih baik merenungkan berbagai problem dan penderitaan anda sendiri, dan bila mungkin memperbaikinya. Adalah wajib atas tiap orang di antara kita untuk merenungkan berbagai problem kita, menemukan kesalahan-kesalahan dan kelemahan kita, dan memecahkannya jika mampu.
(Roshd e Shakhsiat)

Orang yang bodoh mencoba menyembunyikan kelemahan-kelemahannya dan tidak berusaha untuk menghilangkannya.

Menurut Imam Ali a.s.:
Adalah suatu kebodohan dalam diri seseorang yang membuatnya memperhatikan kesalahan-kesalahan orang lain dan tidak melihat apa yang tersembunyi tentang kesalahannya sendiri.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 559)

Dr. Auibuty berkata:
Karena kebodohan kita, kita sering tidak mengetahui kelemahan-kelemahan kita dan menyembunyikannya di balik kerudung kejahilan dan ketidaksadaran yang membujuk diri kita dengan cara ini. Adalah mengherankan, bagaimana manusia mencoba menyembunyikan kelemahan-kelemahan mereka dari mata orang lain tanpa pernah mencoba untuk menghapusnya. Namun ketika salah satu dari kesalahan mereka terungkap dan mereka tidak dapat menyembunyikannya, mereka pun menciptakan ribuan alasan untuk memuaskan diri mereka dan orang lain. Orang-orang ini mencoba untuk menutupi harga diri tentang berbagai kesalahan mereka di mata orang lain, mereka lupa bahwa hari demi hari gengsi terhadap kesalahan semacam ini akan menjadi lebih nyata. Tepatnya seperti benih yang tumbuh menjadi pohon yang perkasa.
(Dar Jostojuye Khushbakhti)

Mempelajari kepribadian adalah satu-satunya cara yang diterima oleh para psikolog untuk mendiagnosis dan mengobati berbagai macam penyakit. Imam Ali a.s. menasehati manusia dengan cara yang sama. Beliau berkata:
Adalah wajib bagi orang yang berakal untuk menunjukkan secara tepat tentang berbagai kelemahannya dalam agama, pendapat, perilaku dan akhlak, serta mengumpulkannya di dalam hati mereka atau dalam .sebuah buku dan berupaya untuk menghapusnya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 448)

Juga menurut seorang psikolog:
Duduklah dengan santai di dalam sebuah ruangan yang tenang dengan pikiran yang bersih dan pintalah keluargamu agar tidak mengizinkan orang lain mengganggumu. Tempat yang lebih menyenangkan dan lebih mengistirahatkanmu adalah tempat yang lebih baik; karena apa yang ingin kita lakukan memerlukan hukum dasar yang tidak mengizinkan pemikiran anda terganggu dengan hanya berkonsentrasi pada sasaran utama. Juga, jangan sampai tubuh anda dibelokkan oleh kebutuhan-kebutuhan jasmaniah anda.

Ambillah beberapa kertas buram yang murah dan sebuah pena yang dapat menulis dengan mudah. Saya menyebut kertas buram yang murah agar mengizinkan anda untuk menggunakan jumlah yang besar tanpa mengkhawatirkan biayanya. Saya juga menyebut pena yang mudah karena anda akan dikelilingi oleh ribuan faktor rohani dan psikologis ketika anda mempelajari diri anda, anda akan membutuhkan sebuah pena yang tidak akan mengganggu anda.

Buatlah sebuah daftar tentang berbagai jenis perasaan dan reaksi yang anda alami di dalam diri anda pada hari ini dan hari sebelumnya. Sekarang tinjaulah kembali masing-masing darinya, berpikirlah secara mendalam tentangnya, selanjutnya tulislah segala hal yang datang ke dalam pikiran anda mengenai berbagai perasaan ini tanpa adanya syarat-syarat atau batasan-batasan. Janganlah khawatir jika hal ini banyak memakan waktu.

Bila anda telah menuliskan semua tindakan, pemikiran, perasaan dan reaksi, bawalah pikiran anda ke naluri cinta diri, keterasingan, kesombongan… dan seterusnya. Sekarang cocokkanlah setiap tindakan atau pemikiran dengan naluri yang mendorongnya dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sederhana kepada diri anda: naluri manakah yang mendorong tindakan atau ucapan ini?

Tujuan psikologis dari analisis diri ini adalah untuk mengizinkan penderita merubah banyaknya kepribadian rohaninya sebanyak semangat hidupnya, dan berbagai kekuatan rohani yang bersifat membangun dapat menghapus berbagai reaksi psikologis dan berbagai keadaan bingung. Dengan cara ini ia akan secara sadar merasa bahwa ia adalah seorang pribadi yang baru. Oleh karenanya, ia akan menyadari tujuan-tujuan dan makna-makna baru dalam kehidupan dan mampu mengambil jalan baru dalam kehidupan bagi dirinya yang lain daripada kehidupan sebelumnya. (Ravankavi)

Psikologi Islam,
Mujtaba Musavi Lari

(Hauzah-Maya/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: