Pemimpin Syiah Nigeria sebelumnya bermazhab Maliki dan memeluk Syiah setelah bertemu dengan Imam Khomeini (ra) dan tarpikat dengan ajaran Syiah’.
Menurut laporan IQNA, Syaikh Ibrahim Ya’qub Zakzaky, pemimpin Syiah Nigeria pada bulan Agustus tahun ini pergi ke Masyhad guna berpartisipasi dalam festival internasional Imam Ridha (As) ke-13 dan pada malam penutupan festival, Ali Jannati, Menteri Kebudayaan dan Bimbingan Islam telah memberikan penghargaan kepadanya sebagai abdi teladan kebudayaan Razawi.
Seorang Pemimpin yang Karenanya Jutaan Masyarakat Afrika Memeluk Syiah
Syaikh Ibrahim Ya’qub Zakzaky yang lahir pada tahun 1953 di kota Zaria di timur laut Nigeria, pertama-tama bermazhab Maliki, untuk petama kalinya ia berjumpa dengan Imam Khomeini (ra) di Paris dan satu tahun setelah kemenangan Revolusi Islam Iran pada tahun 1980, saat ia menjadi mahasiswa jurusan ekonomi universitas Zaria dan diangkat sebagai wakil sekjen mahasiswa muslim Amerika, ia pergi ke Iran dan bertemu serta melakukan dialog dengan Imam (ra). Dalam pertemuan tersebut Imam (ra) menghadiahinya Al-Quran dan berkata, silakan hidayahilah masyarakat negaramu dengan Al-Quran. Setelah pertemuan tersebut akhirnya ia memeluk Syiah dan terpikat dengan ajaran Tasayyu’.
Sebelum Revolusi Islam, Syiah Di Nigeria hanya ada segelintir saja; namun setelah Revolusi Islam, dengan dipimpin oleh Syaikh Zakzaky, sekarang ini Nigeria berubah menjadi salah satu negara Syiah terbanyak dunia. Masyarakat Syiah Nigeria yang memeluk Syiah karena upaya Syaikh Zakzaky dan sangat mendukung revolusi, Imam dan Pemimpin Besar Revolusi (Rahbar), Mereka di Afrika populer dengan Khomeiniyyun (para pengikut Khomeini).
Ibrahim Zakzaky Dipenjara 9 Kali
Perlawanan Syaikh Zakzaky telah menciutkan servis mata-mata Amerika, Israel dan penganut faham Wahabi sejak tahun-tahun sebelumnya, sampai-sampai dia dipenjara sebanyak sembilan kali, dan terakhir kalinya adalah pada tahun 1996-1998. Tiga putranya bernama Sayid Muhammad, Sayid Hamid dan Sayid Ahmad telah syahid dalam demo hari Al-Quds tahun lalu dan menurut sebagian laporan (dimana kevalidannya belumlah terbukti), Sayid Ali satu-satunya anak laki-laki yang tersisa Syaikh Zakzaky juga bersama ibunya (Zainat Ibrahim) syahid dalam insiden serangan di kediaman ayahnya.
Disamping istri dan anak Syaikh Zakzaky, juga 300 orang Syiah Nigeria telah mati syahid dalam serangan tersebut.
Syaikh Muhammad Mahmud Turi, pemimpin markas propinsi Kano dan wakil Syaikh Zakzaky, Malam Ibrahim Usman, Jubir dan Jummai Gilima, salah seorang pemimpin tinggi Syiah Nigeria juga ikut syahid dalam serangan tersebut.
Dalam lawatan Syaikh Zakzaky ke Masyhad dan kehadirannya dalam festival internasional Imam Ridha (As) ke-13, staf berita festival ini telah melakukan pertemuan dan dialog dengannya, dan sebagian dialog yang tidak terpublikasikan ada pada jenjang berikutnya.
Hasrat Syaikh Zakzaky terhadap Imam Ridha dan Imam Husein (As)
Syaikh Zakzaky dalam ucapannya tentang Imam Ridha (As) mengatakan, berbicara tentang Imam Ridha (As) atau memaparkan tentang beliau tidak terbatas semata-mata hanya pada buku, makalah, konferensi, manusia dan bangunan dan gedung-gedung yang kita tempati. Kita harus melembagakan perangai ini dalam wujud diri kita, sebagaimana yang telah diucapkan oleh beliau. Adab dan moral ini harus termanifestasikan dalam perangai kita. Ini sangatlah lebih penting. Kita harus mengambil adab, jihad, rasionalitas, upaya, sabar dll dari beliau dan mengamalkannya.
“Ketika kembali ke negara kita masing-masing, kita harus mengamalkan ucapan Imam Ridha, yaitu “Allah merahmati seseorang yang telah menghidupkan perkara kami”. Lantas mereka bertanya apakah perkara engkau? beliau menjawab, mempelajari maarif ucapan kami dan mengajarkannya kepada masyarakat, karena jika masyarakat mengetahui keindahan-keindahan ucapan kami dan mereka mengetahuinya, maka sudah pasti mereka akan mengikuti kami,” lanjutnya.
Pemimpin Syiah Nigeria menegaskan, kita memiliki dua penghidup dalam sejarah biografi para imam, salah satunya adalah Imam Husein (As) dan lainnya adalah Imam Ridha (As). Imam Ridha (As) pada masanya telah menghidupkan agama sebanyak dua kali, itupun juga dalam kondisi dimana pemikiran-pemikiran menyimpang telah menembus dunia Islam. Imam Ridha (As) datang ke Khurasan dan memilih tempat ini untuk hijrah, sejatinya kehadiran beliau di Masyhad adalah hikmah Ilahi dan Allah hendak mendatangkan beliau ke tempat tersebut, beliau hidup dalam keterasingan dan syahid dalam keterasingan dan dikuburkan di tempat yang asing. Kesemua ini adalah hikmah Allah.
Dia mengungkapkan, Allah membawa Alim Āli Muhammad (Saw) ke tempat ini dan menurut saya, Imam Ridha (As) telah melangkahkan kakinya ke Khurasan guna menghilangkan pemikiran-pemikiran yang menyimpang, yang telah mendominasi dunia Islam, seperti penyelewengan Yahudi dan Kristen. Ide-ide yang masih ada sampai sekarang ini, seperti poin yang mereka katakan bahwa Al-Quran Syiah telah terdistorsi atau sebagian meyakini bahwa Al-Quran sama sekali tidak diturunkan kepada nabi.
Allamah Syaikh Zakzaky menegaskan, ketegangan dan kekerasan di dunia telah mencapai puncaknya; namun logika Imam Ridha (As) adalah logika dialog dan rasionalitas dan pada masa kita, Republik Islam Iran maju berkembang dengan mengikuti rasionalitas dan kebudayaan Razawi tersebut dan telah sukses. Republik Islam dengan menggunakan rasionalitas dan kebudayaan Razawi, telah menyelesaikan masalah nuklir di atas meja perundingan dan ini adalah sebuah pesan yang harus kita bawa dari negara ini ke negara kita masing-masing.
(IQNA/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email