Negara Imperial Persia (1925–1935) Negara Imperial Iran (1935–1979) کشور شاهنشاهی ایران Kešvare Šâhanšâhiye Irân |
||||||
|
||||||
|
||||||
Semboyan مرا داد فرمود و خود داور است "Marâ dâd farmoudo xod dâvar ast" [1] |
||||||
Lagu kebangsaan سرود شاهنشاهی ایران Sorude Šâhanšâhiye Irân |
||||||
Peta Iran dibawah Dinasti Pahlavi
|
||||||
Ibu kota | Teheran | |||||
Bahasa | Persia | |||||
Bentuk Pemerintahan | Monarki Konstitusional | |||||
Shah | ||||||
- | 1925-1941 | Reza Shah Pahlavi | ||||
- | 1941-1979 | Mohammad Reza Pahlavi | ||||
Perdana Menteri | ||||||
- | 1925-1926 | Mohammad Ali Foroughi | ||||
- | 1979 | Shapour Bakhtiar | ||||
Sejarah | ||||||
- | Dinasti Pahlavi mengambil alih kekuasaan | 1925 | ||||
- | Invasi Inggris-Soviet ke Iran | 1941 | ||||
- | Revolusi Iran | 1979 |
Dinasti Pahlavi berkuasa setelah Ahmad Shah Qajar, penguasa terakhir dari Dinasti Qajar, terbukti tidak mampu menghentikan invasi Inggris dan Uni Soviet terhadap Iran, dan akibatnya Dinasti Qajar digulingkan dalam kudeta militer, turun tahta dan akhirnya diasingkan ke Perancis. Majelis Nasional, yang dikenal sebagai Majlis, menyatakan Reza Shah sebagai shah yang baru. Pada tahun 1935, Reza Shah menginstruksikan seluruh kedutaan asing di negaranya untuk menyebut Persia dengan nama kuno, Iran.
Dihadapkan dengan meningkatnya ketidakpuasan publik dan pemberontakan-pemberontakan sepanjang tahun 1978, Mohammad Reza Shah Pahlavi akhirnya digulingkan dan memutuskan untuk pergi ke pengasingan bersama keluarganya pada Januari 1979, memicu serangkaian peristiwa yang dengan cepat menyebabkan pembubaran Negara Imperial Iran pada tanggal 11 Februari 1979, secara resmi mengakhiri tradisi kuno monarki Persia.
Pendirian Dinasti
Pada tahun 1921, Reza Shah, seorang perwira Cossack Brigade, menggunakan pasukannya untuk melakukan suatu kudeta terhadap pemerintahan Dinasti Qajar. Dalam waktu empat tahun ia telah membuktikan dirinya sebagai orang yang paling kuat di negeri ini dengan menekan pemberontakan, memunculkan ketertiban, dan mengusir pendudukan Inggris dan Uni Soviet. Pada tahun 1925, majelis khusus diselenggarakan untuk menggulingkan penguasa terakhir dari Dinasti Qajar, dan mengangkat Reza Shah, sebagai shah yang baru.Reza Shah memiliki rencana ambisius untuk modernisasi Iran. Rencana ini termasuk mengembangkan industri skala besar, pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur nasional, membangun sistem kereta api lintas negara, membangun sistem pendidikan umum, reformasi peradilan, dan meningkatkan pelayanan kesehatan. Dia menciptakan pemerintahan terpusat yang kuat serta dikelola oleh personil yang berpendidikan.
Dia mengirim ratusan pelajar Iran, termasuk anaknya, ke Eropa untuk belajar. Selama tahun 1925-1941, akibat berbagai proyek pembangunan Reza Shah, Iran berubah menjadi sebuah negara yang maju pesat. Pendidikan publik berkembang, dan kelas sosial baru bermunculan. Sebuah kelas menengah yang terdiri dari para profesional dan kelas pekerja industri telah muncul.
Pada pertengahan 1930-an, pemerintahan sekuler Reza Shah menyebabkan ketidakpuasan di antara beberapa kelompok, khususnya para ulama, yang menentang pemerintahan sekuler Reza Shah. Terlebih lagi ketika pada tahun 1935, Reza Shah menginstruksikan kepada seluruh delegasi asing di Iran untuk menggunakan istilah Iran sebagai korespondensi resmi dari Persia. Setelah adanya protes para ulama, penggantinya, Mohammad Reza Pahlavi, pada tahun 1959 mengumumkan bahwa kedua istilah, yaitu Persia dan Iran dapat digunakan secara bergantian.
Reza Shah mencoba menghindari keterlibatan Inggris dan Uni Soviet di Iran. Meskipun banyak proyek pembangunannya memerlukan ahli-ahli dan para teknisi asing, ia menghindari pemberian kontrak kepada perusahaan-perusahaan Inggris dan Uni Soviet. Meskipun Inggris, melalui kepemilikan dari Anglo-Iranian Oil Company, menguasai semua sumber daya minyak Iran, Reza Shah lebih suka untuk mendapatkan bantuan teknis dari Jerman, Perancis, Italia, dan negara-negara Eropa lainnya. Ini menciptakan masalah bagi Iran setelah tahun 1939, ketika Jerman dan Inggris menjadi musuh dalam Perang Dunia II. Reza Shah menyatakan Iran sebagai negara netral, tapi Inggris bersikeras bahwa para insinyur dan teknisi Jerman di Iran adalah mata-mata dengan misi untuk menyabotase fasilitas minyak Inggris di barat daya Iran. Inggris menuntut agar Iran mengusir semua warga negara Jerman, tapi Reza Shah menolak, mengklaim ini akan berdampak negatif proyek-proyek pembangunannya.
Perkembangan
Mohammad Reza Pahlavi menggantikan Reza Shah naik tahta pada tanggal 16 September 1941. Dia ingin melanjutkan kebijakan reformasi ayahnya, tapi persaingan untuk mengontrol pemerintahan terjadi antara ia dan seorang politisi profesional senior, Mohammad Mosaddegh.
Meskipun dalam sumpahnya ia bertindak sebagai penguasa sebuah monarki konstitusional yang akan tunduk kepada kekuasaan parlementer, Mohammad Reza Pahlavi semakin melibatkan diri dalam urusan pemerintahan. Pada tahun 1949 terjadi percobaan pembunuhan pada Mohammad Reza Pahlavi, dan kejadian itu dikaitkan dengan Partai Komunis Tudeh, mengakibatkan pelarangan partai tersebut dan perluasan kekuasaan konstitusional Shah.
Pada tahun 1951, Majlis (Parlemen Iran) mengangkat Mohammad Mossadegh sebagai perdana menteri baru, yang tak lama setelah menasionalisasi industri minyak milik Inggris. Mossadegh ditentang oleh Shah yang takut akan adanya embargo minyak yang dikenakan oleh Barat akan menyebabkan kehancuran ekonomi bagi Iran. Dalam kasus ini, Shah menyingkir, namun kembali setelah Inggris dan Amerika Serikat melancarkan suatu "kudeta" terhadap Mossadegh di bulan Agustus 1953 (Operasi Ajax). Mossadegh kemudian ditangkap oleh pasukan militer pro-Shah.
Dalam konteks Perang Dingin, Shah membuktikan dirinya sebagai sekutu yang tak terpisahkan dari Barat. Di dalam negeri, ia menganjurkan kebijakan reformasi, yang berpuncak dalam programnya pada tahun 1963, dikenal sebagai Revolusi Putih, yang termasuk reformasi tanah, perpanjangan hak suara perempuan, dan mengurangi tingkat buta huruf dalam masyarakat. Berkat kemajuan pembangunan yang pesat, dalam waktu kurang dari dua dekade Iran berhasil menjadi kekuatan ekonomi dan militer yang tak terbantahkan di Timur Tengah.
Mohammad Reza Pahlavi menganggap dirinya sebagai pewaris raja-raja Iran kuno, dan pada tahun 1971 ia mengadakan perayaan besar dalam rangka "2.500 tahun kekuasaan monarki Persia".
Jatuhnya Dinasti
- Lihat: Revolusi Iran
Pada pertengahan 1970-an, bergantung pada pendapatan minyak yang besar, Mohammad Reza Pahlavi memulai merencanakan proyek-proyek besar dalam rangka pembangunan nasional Iran, menindaklanjuti program Revolusi Putih. Namun kemajuan sosial-ekonomi tersebut justru menimbulkan ketidakpuasan kalangan ulama. Para pemimpin Islam Syiah, khususnya Ayatollah Ruhollah Khomeini, melampiaskan ketidakpuasan ini dengan menyerukan penggulingan Mohammad Reza Pahlavi dan kembali kepada tradisi Islam, yang disebut Revolusi Islam Iran. Dinasti Pahlavi runtuh menyusul pemberontakan yang meluas pada tahun 1978 dan 1979.
Mohammad Reza Pahlavi meninggalkan Iran dan menjalani perawatan medis di Mesir, Meksiko, Amerika Serikat, dan Panama, pada akhirnya ia bersama keluarganya menetap di Mesir hingga wafat, dengan status sebagai "tamu kenegaraan" oleh Presiden Anwar Sadat.
Referensi
- ^ "Iranian Empire (Pahlavi dynasty): Imperial standards". Diakses tanggal 2012-10-06.
Post a Comment
mohon gunakan email