Keterangan Foto: Bung Karno sudah canangkan Indonesia menjadi pusat peradaban dunia
Pamen TNI AL yang berdinas di Staf Asops Panglima TNI Letkol Laut (P) Salim dalam uraiannya mengemukakan bahwa Hadist Rasulullah Saw yang menyebutkan “Uthlubul ilmi walaw fi shin” atau ”tuntutlah limu walaupun sampai ke negeri China” merupakan penafsiran yang keliru. Karena kata “shin” yang dimaksud dalam hadist tersebut bukanlah negeri China melainkan Nusantara yang kini bernama Indonesia.
Menurut Salim berdasarkan penafsirannya, Shin merupakan negeri yang berperadaban maju. Hadist itu disebutkan Rasulullah di masa kenabiannya antara tahun 610 -633 masehi (usia kenabian Rasulullah 23 tahun). Dia berpendapat bahwa negeri yang berperadaban maju di masa itu bukan China melainkan Nusantara.
Pasalnya, di masa itu China sedang berkecamuk perang saudara besar-besaran diantara 5 dinasti yaitu Sui, Chen, Jian, Jin dan Tang yang telah memporak-porandakan seluruh dimensi dalam aspek kehidupan bermasyarakatnya. Sedangkan di belahan bumi lainnya juga masih mengalami keterbelakangan dan terus dilanda perang saudara.
Namun, ada sebuah negeri yang memiliki kriteria gemah ripah loh jinawi di mana iklim tropis dan bersahabat dilindungi oleh langit biru yang ceria serta dihiasi oleh banyak mahkluk indah berwarna-warni beterbangan, dilengkapi oleh dataran hijau yang subur kaya hayati maupun nabati disertai dengan terbentang luasnya lautan nan biru penuh isi. Itulah negeri yang merupakan kepingan surga yang jatuh serta mendapat berkah dari langit maupun bumi. Dan di situlah Negeri Shind.
Sambungnya, Hadits ini disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW pada masa kenabian Beliau dimana kondisi di muka bumi ini sedang dikonsumsi oleh demoralisasi secara masif yang bersifat jahilliyah (kebodohan-red) yang dapat berakhir kepada kemunduran bahkan kehancuran peradaban kemanusiaan itu sendiri.
“Sudah sepatutnya Beliau mereferensikan umat manusia untuk mengambil ilmu dari negeri-negeri yang maju dan layak dijadikan uswatun hasanah (contoh kebaikan-red),” ungkap Salim.
Lebih lanjut, lulusan AAL tahun 1995 itu menyebutkan sebuah wilayah yang kita kenal sekarang dengan sebutan Indonesia ini, pada era tersebut didominasi oleh sebuah kerajaan besar yang mendunia. Yang apabila disebutkan namanya niscaya akan menggetarkan hati lawan maupun kawan.
“Negeri ini elok dan permai tetapi jangan sekali-kali meremehkannya, serentak para ksatrianya akan meluluhlantakkan para musuh,” ujar Salim mengutip beberapa bagian buku Negeri Atlantis yang ditulis oleh Prof. Arysio Santos.
Julukan Lumbung Pangan Dunia pun tersematkan karena pencapaian keakbarannya dalam swasembada pangan, dengan disertai masyarakatnya yang taat hukum, berperadaban maju, tertata dalam bernegara dan sudah tentunya sebagai penguasa maritim dunia.
“Kerajaan ini dikenal dengan sebutan Kerajaan Sriwijaya dan era keemasan wilayah Negeri Shin ini dilanjutkan oleh Kerajaan Majapahit yang tidak kalah dahsyatnya,” tegas Pamen TNI AL yang pernah berdinas di Pusat Kajian Maritim (Pusjianmar) Seskoal tersebut.
Belum lagi, ulasnya, ketika membicarakan masa-masa jauh sebelum keemasan kerajaan-kerajaan itu yang terpampang dalam relief-relief candi yang ditemukan di Indonesia. Semuanya merujuk pada tingginya peradaban Nusantara masa lalu.
“Bila kita perhatikan dengan seksama di relief-relief yang terdapat di candi-candi yang ada di Nusantara, terpahat jelas bahwa peradaban leluhur kita semua adalah sangat tinggi. Manusia dari seluruh penjuru dunia datang untuk belajar dan tunduk kepada nenek moyang kita. Salah satu contohnya pada relief Candi Penataran, yang menyebutkan banyak peradaban dari luar datang untuk ditatar atau digurui,” bebernya.
Bukti lainnya ialah Situs Gunung Padang dan temuan-temuan lain yang belum terdeteksi. Hal itu semakin meyakinkan Pamen TNI AL asal Surabaya itu untuk membuktikan bahwa bangsa ini merupakan pusat peradaban dunia.
“Sejarah peradaban bangsa kita lebih tua dan jauh lebih maju dari peradaban manapun di dunia,” tegasnya.
Jauh sebelum Letkol Laut (P) Salim lantang berbicara soal itu saat ini, para founding fathers NKRI seperti Bung Karno dan Tan Malaka sudah kerap memberikan signal serupa. Bung Karno dalam beberapa pidatonya sudah menyebutkan bahwa Indonesia merupakan mercusuar dunia. Dengan falsafah Pancasilanya yang dia gagas bersama Panitia 9, Bung Karno telah mendengungkan negara Indonesia akan menjadi mercusuar dunia yang menerangi dari kegelapan akibat sistem yang diterapkan dan dipaksakan oleh salah satu kaum.
Sama halnya dengan Tan Malaka, melalui serentetan pengalamannya berkeliling di berbagai belahan bumi, pahlawan asal Payakumbuh, Sumatera Barat itu menyebutkan bahwa Indonesia merupakan Laboratorium dunia atau pusat keilmuan dunia. Selanjutnya Tan Malaka juga menyerukan untuk usir China, Arab, India, Belanda dan sebagainya dari tanah air Indonesia. Namun, bukan orangnya yang diusir melainkan sistem dan kebudayaannya yang bertentangan dengan filosofi kita.
Alhasil, figur ini menjadi incaran internasional kemudian karena dianggap berbahaya buat hegemoni mereka. Tan Malaka pun akhirnya tidak jelas keberadaanya hingga saat ini.
Setidaknya hal itu menjadi penting untuk membangkitkan kepercayaan diri bangsa yang telah sakit kronis ini dari berbagaistigma yang disematkan oleh asing termasuk China. Terlebih dalam menjalankan visi poros maritim dunia yang sejatinya merupakan visi yang melawan dunia, laiknya Bung Karno dan Tan Malaka dahulu.
“Di saat ini orang hiruk pikuk memperbincangkan siapa yang berhak memimpin bangsa, lupa bahwa kita keturunan bangsa yang peradabannya tinggi. Inilah karakter bangsa kita yang mudah diadu domba dibilang kita keturunan orang hebat malah dibuat mainan oleh bangsa lain. Mari kita lawan sistem itu dengan kembali ke Pancasila dan UUD 45,” pungkas Salim.
(Maritim-News/Ahmad-Samantho/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email