Pesan Rahbar

Home » » Diwarnai Desingan 'Peluru', Ini Reka Ulang Adegan Serangan Umum 1 Maret 1949

Diwarnai Desingan 'Peluru', Ini Reka Ulang Adegan Serangan Umum 1 Maret 1949

Written By Unknown on Monday 4 April 2016 | 04:30:00

Foto: Bagus Kurniawan/detikcom

Peristiwa bersejarah Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949 di Yogyakarta direka ulang oleh komunitas penggiat sejarah Djokjakarta 1945 bersama komunitas lainnya. Reka ulang adegan serangan umum atau yang dikenal dengan peristiwa 6 jam di Yogyakarta digelar di halaman Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Minggu (6/3/2016).

Ratusan anggota komunitas Reenactor dari luar Yogyakarta seperti dari Bandung, Jakarta, Surabaya dan lain-lain turut hadir memeriahkan acara tersebut. Mereka ada yang mengenakan pakaian seragam tentara Belanda, seragam pejuang atau tentara Indonesia maupun masyarakat biasa atau petani.

Foto: Bagus Kurniawan/detikcom

Adegan drama selama lebih kurang 25 menit itu dimulai dengan peristiwa agresi Belanda kedua pada tanggal 18 Desember 1948 dengan menduduki ibukota RI di Yogyakarta melalui Lapangan Udara Maguwo. Setelah ibukota Yogyakarta diduduki, Pangsar Jenderal Sudirman memilih menyingkir dengan melakukan perang gerilya hingga wilayah Jawa Timur.

Perundingan antara kedua belak pihak dilakukan. Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang waktu itu menjabat Menteri Pertahanan berinisiatif untuk melakukan serangan kilat atau mendadak. Tujuannya untuk menunjukkan bila RI masih ada. Sedangkan pelaksana serangan umum adalah Letkol Soeharto.

Adegan peperangan dimulai setelah masuknya tentara Belanda yang menggunakan tank ke dalam benteng disertai pengibaran bendera Belanda. Layaknya seperti perang betulan, suara desingan peluru berasal dari mercon atau petasan kembang api yang disulut di sekitar lokasi. Masyarakat yang menonton juga tidak diperbolehkan mendekat agar tidak terkena ledakan mercon yang bisa nyasar.

Foto: Bagus Kurniawan/detikcom

Adegan drama berakhir ditandai dengan ditariknya semua tentara Belanda dari Yogyakarta dengan dikenal peristiwa Yogya Kembali. Usai memperagakan adegan drama tersebut semua peserta kemudian saling bersalaman. Para penonton pun memberikan apresiasi dengan memberikan tepuk tangan yang meriah.

"Kami ingin memberikan pesan kepada generasi penerus bahwa peristiwa SO 1 Maret 1949 itu adalah peristiwa bersejarah yang pernah terjadi di Yogyakarta saat menjadi ibukota RI. Perjuangan dulu itu benar-benar berperang melawan Belanda," ungkap Sarjono dari Paguyuban Wehrkreise III Yogyakarta kepada wartawan seusai acara.

(Detik/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: