Pesan Rahbar

Home » » Politik Minyak, ISIS, dan Kedok Wahabi (Kejahatan Setan Amerika, Israel, dan Rezim Saud Saudi Arabia)

Politik Minyak, ISIS, dan Kedok Wahabi (Kejahatan Setan Amerika, Israel, dan Rezim Saud Saudi Arabia)

Written By Unknown on Saturday, 16 April 2016 | 19:13:00



"PRIMITIF, BIADAB, BINATANG!", berapa di antara kita yang belum pernah mengucap, atau minimal terpikir untuk mengucap? Satu-satunya alasan kita masih menahan diri untuk tidak menunjuk-nunjuk muka adalah adab dan budi pekerti, meskipun sebenarnya sudah di ujung lidah. Tapi apakah kita sudah mengumpulkan semua informasi yang diperlukan untuk membuat INFORMED DECISION saat kita memberikan judgement (menghakimi)? "JASMERAH! (jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah)", demikian kita diingatkan oleh Ir. Soekarno. Ironisnya, SEJARAH sebagai saksi utama dan kunci penting memahami "Radikalisme (Wahabisme)" malah justru yang selalu terlupakan. Selamat membaca!


THE ORIGIN of VIOLENCE

PERLU DIPAHAMI bahwa sejak ditemukan moda transportasi BBM, Minyak menjadi KOMODITAS NO.1 dunia sejak abad ke-20, dan Timur Tengah adalah wilayah kandungan minyak terbesar dunia dengan akses termudah, yang membuatnya vital dan strategis. PERLU DIKETAHUI bahwa baik yang menemukan moda transportasi BBM, maupun yang menemukan ladang minyak di Timur Tengah adalah Peradaban Barat (Eropa). Semua berawal ketika Tim Eskplorasi yang dikirim William Knox D'Arcy (Pengusaha Irlandia) menemukan ladang minyak luas di Persia (sekarang Iran), kemudian bersama Burmah Oil Co (BUMN Inggris) mendirikan APOC (Anglo Persian Oil Company), korporasi minyak milik Barat pertama di Timur Tengah, nantinya menjadi British Petroleum (BP Plc). Lalu Barat mengirim “sepasukan” Peneliti Minyak ke Timur Tengah, dan ladang-ladang minyak besar lainnya pun ditemukan, dari Semenanjung Arab sampai Laut Kaspia, sampai pantai utara Afrika, di daerah-daerah yang kita kenal sekarang dengan nama Arab Saudi, UEA, Kuwait, Irak, Suriah, sampai Libya dan Aljazair.

Penemuan ini adalah GAME CHANGER yang merombak total Geopolitik Internasional dan meredefinisi kebijakan luar negeri Barat dalam sekejap mata. Timur Tengah menjadi pertaruhan besar bagi konstelasi politik yang akan menentukan peta kekuatan dunia di masa mendatang (setidaknya menurut Barat). Satu-satunya penghalang adalah Kekaisaran Ottoman yang saat itu menguasai hampir seluruh Semenanjung Arab. Ottoman harus pergi. SUMBER: (1)


PERANG INTELIJEN BERMOTIF MINYAK

PERLU DIKETAHUI, setelah sadar perang terbuka head to head tidak akan mempercepat proses "pendongkelan" Ottoman dari Timur Tengah, Peradaban Barat menemukan metoda perang yang lebih efektif dan mematikan untuk digunakan kepada suku primitif penunggang unta di padang pasir ini, yakni: PERANG INTELIJEN. Militer Inggris lalu mengirim perwira-perwira jenius, diantaranya sang Legenda Thomas Edward Lawrence, yang membaur dan berhasil memprovokasi “Revolusi Arab” tahun 1916. Kekaisaran Ottoman sukses "didongkel" dari Timur Tengah hanya dalam waktu setahun! *For more reading, alias untuk bacaan lanjut silahkan tanya Google: Lawrence of Arabia, Arab Revolt.

FAKTA SEJARAH => "Revolusi Arab" adalah PERANG INTELIJEN BERORIENTASI MINYAK pertama yang dilancarkan Barat kepada Rezim penguasa Timur Tengah. Kesuksesan Lawrence of Arabia mengusir Ottoman kelak akan menjadi BLUE PRINT untuk PERANG INTELIJEN BERORIENTASI MINYAK di masa mendatang. SUMBER: (2)


POTONGAN KUE untuk "SANG ADIK"

Militer Inggris kemudian membuat perjanjian Darin dengan Ibnu Saud, yang menetapkan wilayah Arab Saudi dibawah proteksi Inggris. Kerajaan Inggris tidak hanya memberikan suplai persenjataan dan bantuan 5000 pound per-bulan, tapi juga menganugerahkan gelar SIR (ksatria) Order of Bath kepada Ibnu Saud. Memuluskan jalan untuk Rockefeller, owner konglomerasi minyak terbesar dunia Standard Oil untuk mendapatkan Konsesi Minyak Arab Saudi. Standard Oil Company of California (SOCAL), nantinya berubah nama menjadi Chevron, mendirikan Arabian American Oil Company (ARAMCO). Standard Oil of New Jersey, nantinya menjadi Exxon, Standard Oil of New York, nantinya Mobil Oil, menguasai ladang-ladang minyak Saudi Arabia. Pada tahun 1949, BP dan Shell telah menguasai 52% dari seluruh ladang minyak di Timur Tengah, dan Chevron, Exxon, Mobil, Texaco menguasai 42%. SUMBER: (3)

Arab Saudi menasionalisasi ARAMCO dengan membeli 25% saham pada tahun 1973, lalu membeli 60% saham pada 1974, dan 100% pada tahun 1980. Namun pada prakteknya, 4 raksasa minyak Amerika: Chevron, Exxon, Mobil & Texaco masih mengoperasikan ARAMCO. Pada tahun 1990, Exxon melaporkan saham kepemilikan sebesar 28,33% di ARAMCO kepada SEC (Bapepam untuk Wall Street), 10 tahun setelah nasionalisasi Exxon masih memiliki 28,33% saham ARAMCO. Seluruh kilang minyak pun masih dikelola oleh Mobil Oil & Shell. SUMBER: (4)


METODA "PERANG KOTOR"

Untuk mengamankan British Petroleum (BP), militer Inggris menduduki Iran dan menginstalasi Rezim "ramah kepada Barat" Shah Reza Pahlevi sebagai SHAH (Dinasti Pahlevi), meresmikan Iran sebagai suplier minyak Barat terbesar setelah Arab Saudi. Namun pada 1951, gerakan Nasionalis dipimpin PM Iran Mohammad Mosaddegh mencoba membatasi kekuasaan monarki Shah Pahlevi, dan menasionalisasi Anglo-Iranian Oil Company (BP).

Inggris dibantu C.I.A. (dinas intelijen Amerika) melancarkan Perang Intelijen menggulingkan PM Mossadegh melalui provokasi KUDETA yang dikenal dengan 28 Mordad Coup. Pada Agustus 2013, C.I.A. secara resmi mengakui operasi intelijen "pelengseran" PM Iran Mossadegh melalui penggerakan massa dengan cara memberikan sogokan kepada politisi dan petinggi militer Iran. British Petroleum (BP) menyumbang uang sebesar $25.000 untuk operasi tersebut. Berita ini dilansir CNN, BBC, dan berbagai media internasional pada 19-20 Agustus 2013 dengan headline “CIA admits role in 1953 Iranian Coup”.

Namun situasi kondusif tak bertahan lama, karena Dinasti Pahlevi kembali digulingkan kali ini oleh gerakan Islam Syi’ah Ayatullah Khomeini, mendirikan Republik Islam yang dikenal dengan Iranian Revolution 1979. C.I.A. kembali beraksi membiayai General Oveisi, petinggi militer loyalis Shah Pahlevi. Kapal perang USS Constellation berangkat dari Subic Bay Filipina menuju laut Arab untuk mendukung penghasutan "perang saudara" antara Loyalis Pahlevi V.S. Rezim Islam. Namun kali ini, operasi yang dibiayai oleh Rockefeller (Chevron) menemui kegagalan. SUMBER: (6)


PEMBIAYAAN PERANG IRAK-IRAN

Berdasarkan rekomendasi Zbigniew Brzezinski, National Security Advisor Gedung Putih kepada Presiden Carter: Saddam Hussein bisa dimanfaatkan untuk menumbangkan rezim Anti-Barat Ayatullah Khomeini, Presiden Jimmy Carter langsung instruksi C.I.A. membuka kantor di Baghdad yang disambut baik oleh Saddam Hussein. SUMBER: (7). Tak menunggu lama, A.S. langsung menerbitkan peringatan ke negara-negara sekitar akan eskalasi yang akan datang. Washington juga memberikan ultimatum kepada Soviet agar tidak turut campur. Saddam Hussein melihat ini sebagai "lampu hijau", dan agresi militer Irak ke Iran pun dimulai pada 22 September 1980. SUMBER: (8)

A.S. langsung mengeluarkan Irak dari Daftar Hitam “Negara sponsor Terorisme” untuk legitimasi pemberian bantuan. “Bantuan Ekonomi” milyaran Dollar langsung dicairkan, termasuk suplai senjata, suplai amunisi, sampai transfer teknologi militer. C.I.A. memberikan arahan TACTICAL untuk setiap operasi militer Irak, memberikan bocoran intel, bahkan pelatihan SPECIAL OPS. Departemen Defense Intelligence Agency Pentagon ikut buka kantor di Baghdad memberikan arahan langsung kepada A.U. Irak. Personel militer Irak menerima pelatihan dari Satuan Khusus Green Berets di Fort Bragg, North Carolina, juga pelatihan untuk Pilot Helikopter. SUMBER: (9)

Tak hanya itu, militer A.S. juga terlibat langsung melakukan serangan terhadap target-target militer Iran. C.I.A. melancarkan Operasi EAGER GLACIER sabotase target-target strategis di Iran menggunakan Agen Lapangan. Kapal perang USS Stark menyerang kapal-kapal Minyak Iran. Perang baru berakhir 8 tahun kemudian melalui intervensi PBB pada 20 Agustus 1988 Resolution 59, setelah menewaskan lebih dari 1.000.000 personel militer dan sipil. Namun upaya penggulingan rezim Islam Iran kembali gagal.


PENYEBARAN SISTEMATIS PAHAM RADIKALISME (WAHABISME)

Berdasarkan keterangan mantan Direktur C.I.A. James Woolsey, sejak akhir 1970-an dan awal 1980-an, Arab Saudi menghabiskan 87 milyar Dollar untuk sumbangan ke negara-negara berkembang (seperti Indonesia) untuk dana pembangunan/operasional Mesjid, Madrasah, Pesantren, dan Islamic Center, disertai dengan distribusi buku-buku agama, materi akademis, juga pembiayaan pendidikan calon Ustaz. Materi edukasi Islam tersebut yang DISISIPKAN materi BRAIN WASH (cuci otak) penghasutan kebencian, fanatisme, radikalisme, dan terorisme. Termasuk penghasutan kebencian terhadap Islam Syi’ah Iran. SUMBER: (10)

Berdasarkan Laporan Jean-Charles Brisard untuk U.N. Security Council (DK PBB), ia memiliki bukti terjadinya aliran dana $500 juta ke organisasi Al Qaeda dari lingkar keluarga kerajaan Arab Saudi hanya pada tahun 2002 saja. Lalu pada Desember 2004,U.S. Senate Finance Committee (Komite keuangan Daerah A.S.) mendapat laporan dari IRS (kantor pajak A.S.) perihal terjadinya alokasi "Zakat" untuk Terorisme oleh yayasan-yayasan Arab Saudi di Amerika: al Haramain dan Islamic Relief.

Pada Juli 2005, Stuart Levey, U.S. Treasury Undersecretary (Sekretaris Bendahara Negara) membuat laporan kepada Senate Committee Hearing (Komite Dengar Pendapat Senat) mengenai dukungan finansial dan pembiayaan Terorisme yang dilakukan Yayasan Arab Saudi di A.S. Muslim World League (WML). Perbankan Arab Saudi diketahui terang-terangan memberikan dukungan finansial kepada Terorisme. Islamic Development Bank (IDB) diketahui mengalirkan dana ke Yayasan Arab Saudi di Amerika Council on American-Islamic Relations (CAIR)yang menyalurkan-nya lagi ke organisasi-organisasi teroris global yang berafiliasi ke Al Qaeda, seperti: Al Quds, Lashkar-e-Taiba, Holy Land Foundation (HLF), World Assembly of Muslim Youth (WAMY), International Islamic Relief Organization (IIRO), dan Muslim Brotherhood (Ikhwanul Muslimin). SUMBER: (11)

U.S. Senate Committee on Governmental Affairs pada Juli 2003 memberikan pernyataan: banyak tokoh berpengaruh Arab Saudi menjabat posisi penting di organisasi pendukung teroris global seperti Grand Mufti Arab Saudi yang memegang jabatan di WML, juga Saudi Minister of Islamic Affairs yang menjabat posisi sekretaris di WAMY dan al Haramain. SUMBER: (12). Pada Maret 2002, Senator Bob Graham, ketua Senate Intelligence Committee (Komite Intelijen Senat AS), memberikan pernyataan bahwa jaringan teroris WTC 9/11 mendapat dukungan finansial dari lingkar keluarga kerajaan Arab Saudi, dituangkan dalam Laporan 27 halaman Congressional Inquiry's Final Report. Namun apa yang terjadi kemudian? “The Bush administration and FBI blocked a congressional investigation into that relationship” (Senator Bob Graham). Terjemahan: pemerintahan Bush dan FBI menghalang-halangi penyelidikan terhadap hubungan (Saudi dan Teroris) tersebut. SUMBER: (13)

Michael Scheuer, mantan kepala CIA Counter Terrorism Center (Unit Anti Teroris CIA), memberikan pernyataan kepada Wahington Post tahun 2005, “Bin Laden family in the US are nearly completely off limits to US law enforcement.”, Terjemahan: keluarga Bin Laden di Amerika hampir tidak bisa disentuh oleh penegakan Hukum. Bahkan setelah mengetahui Osama Bin Laden dibalik serangan WTC 9/11, keluarga Bin Laden (sanak saudara Osama) yang tinggal di Amerika diberikan izin untuk terbang pulang ke Arab Saudi tanpa satu pun melewati proses interogasi meskipun FBI telah menemukan dugaan koneksi mereka dengan para pembajak WTC 9/11. Setelah begitu banyak Fakta menunjuk hidung Arab Saudi sebagai MASTERMIND Terorisme global, daripada membom Arab Saudi, Amerika malah membom Irak.


PEMBIAYAAN MUJAHIDIN (TALIBAN) USIR SOVIET

Berawal dari ekspansi Soviet menginvasi Afghanistan pada tahun 1979, memberikan ancaman langsung terhadap kepentingan Barat terhadap Minyak Timur Tengah. Presiden Jimmy Carter memberikan respon dengan menerbitkan kebijakan yang dikenal dengan Carter Doctrine pada Januari 1980 yang berbunyi: "Amerika Serikat akan menggunakan kekuatan Militer bila diperlukan untuk mempertahankan kepentingan di Teluk Persia". Namun pilihan lagi-lagi jatuh kepada Perang Intelijen daripada head to head. Pada 3 Juli 1979, Presiden Carter menandatangani direktif Operation Cyclone yang memerintahkan C.I.A untuk melakukan COVERT OP (Operasi Intelijen) membiayai Mujahidin (Taliban) Afghanistan. SUMBER: (2)

Pembiayaan Etape Pertama dimulai $20-$30 juta per-Tahun pada 1980, diujung-tombaki oleh National Security Adviser, Zbigniew Brzezinski, diteruskan kabinet Ronald Reagan menjadi $630 juta per-Tahun pada 1987, oleh Senator Charlie Wilson sampai Soviet sukses diusir dari Afghanistan pada tahun 1989. Operasi pembiayaan C.I.A kepada Mujahidin (Taliban) Afghanistan ini melibatkan sukarelawan Arab yang dikomandani oleh Osama Bin Laden, yang menjadi cikal bakal pembentukan Al Qaeda, seperti Mujahidin yang menjadi cikal bakal pembentukan Taliban, yang mana keduanya akan balik menggigit sang majikan bertahun-tahun kemudian. SUMBER: (15)

C.I.A dan berbagai elemen pemerintah A.S. tentunya menyangkal memberikan pendanaan kepada Osama dan Al Qaeda yang waktu itu memang ikut membantu Mujahidin (Taliban). Karena itu sama saja mengakui ikut bertanggung jawab atas serangan WTC 9/11. For more reading Google: Carter Doctrine , Operation Cyclone atau Tanya Google untuk info selanjutnya.


PENGGULINGAN MUAMMAR GADDAFI

Berdasarkan Laporan yang diterbitkan oleh The Jamestown Foundation, Washington D.C. Institute for Research and Analysis, Khalifa Haftar yang merupakan Panglima Pasukan Pemberontak Libya adalah kolaborator C.I.A. sejak tahun 1969. The Jamestown Study bahkan memiliki pernyataan dari Khalifa Haftar dari wawancara pada tahun 1991 mengakui bahwa C.I.A. telah menjadi sponsor dan sumber pendanaan bagi paramiliter Anti-Gaddafi di Libya sejak 1988, juga memberikan Pelatihan di Training Camp. Satu lagi bukti kuat keterlibatan C.I.A di Libya adalah terdapatnya 3 orang anggota Al Qaeda dalam pasukan pemberontak: Abdel Hakim al Hasady, Salah al Barrani, Sufyan Ben Qumu, yang mana ketiganya adalah tahanan teroris C.I.A. di Guantanamo Bay sebelum tiba-tiba muncul di Libya. SUMBER: (16)

Operasi C.I.A di Libya saat penggulingan Gaddafi juga diberitakan oleh NEW YORK TIMES, bersama MI6 membantu mengumpulkan intel. Presiden Obama juga diberitakan memberikan instruksi kepada C.I.A untuk mempersenjatai pemberontak Anti-Gaddafi. Dan yang mutlak memperjelas, tentunya bantuan pemboman oleh NATO yang melemahkan kekuatan militer Gaddafi secara signifikan, memberikan kemenangan bagi pasukan pemberontak. SUMBER: (17)


PEMBIAYAAN PERANG SAUDARA SURIAH

Pembiayaan upaya penggulingan Rezim Assad sudah menjadi informasi publik, karena dari operasi rahasia, Amerika akhirnya tidak malu-malu mengakui dukungannya terhadap pemberontak Suriah. Bantuan terang-terangan Obama bervariasi dari meminta Kongres A.S. untuk menyetujui "intervensi militer" ke Suriah sekitar Medio Agustus/September 2013, sampai meminta Kongres untuk menyetujui permintaan dana bantuan $500 juta untuk pemberontak Suriah. Berita dukungan A.S. atas pemberontak Suriah ini sudah dilansir oleh media-media internasional BBC, CNN, RT (Russia Today), Washington Post, Telegraph UK, dan lain-lain. Namun sebenarnya keterlibatan Amerika sudah lebih jauh daripada yang diakui Obama.

The New York Times telah melansir elemen Al Qaeda dalam pasukan pemberontak Suriah sejak tahun 2012 dalam artikel "Syrian Rebels Tied to Al Qaeda Play Key Role in War". Mengusung nama "Nusra Front" di Suriah, adalah cell teroris Al Qaeda yang berbasis di Irak. Reporter Prancis Georges Malbrunot kepada harian Le Figaro, melaporkan peran vital C.I.A. sebagai supplier utama persenjataan untuk pemberontak Suriah. "C.I.A. lead convoys of arms deliveries. The Saudis in charge of financing. C.I.A and Saudi Arabia have supplied the militants in Syria 600 tons of weapons in 2013 alone".Terjemahan: C.I.A memimpin konvoi pengiriman senjata, sementara Saudi membiayai. Mereka telah mensuplai pemberontak Suriah 600 ton senjata selama tahun 2013 saja.

CNN dalam artikel "CIA-funded weapons have begun to reach Syrian rebels" Sept 2013, melaporkan dari Pentagon perihal pengiriman senjata oleh C.I.A. kepada pemberontak Suriah. RUSSIA TODAY dalam artikel "CIA trains and spies for Syrian rebels" Maret 2013, melaporkan peran C.I.A. dalam memberikan pelatihan dan bocoran intel kepada pemberontak Suriah. U.S.A TODAY dalam artikel "Syrian rebels pledge loyalty to al Qaeda" Juni 2013, menjelaskan peran elemen Al Qaeda dalam pemberontak Suriah. RUSSIA TODAY (RT) dalam artikel "Rebel leader supported by the West admits he fights alongside Al Qaeda" melaporkan joint op pemberontak Suriah bentukan Amerika dengan Al-Qaeda. Pemberontak Suriah Free Syrian Army pun mulai mengadaptasi metoda Al Qaeda danmelakukan pembersihan etnis, pembunuhan sistematis dan genosida terhadap warga sipil, menjadikan "Perang Saudara Suriah" menjadi tragedi kemanusiaan yang memakan korban sampai 160.000 jiwa. For more info, Google: Free Syrian Army beheading. WARNING! Graphic images!


ISLAMIC STATE ULTRA RADIKAL ISIS

"Kami tidak membiayai grup ekstrimis yang suatu saat bisa menggunakan senjata dari kami untuk menyerang kepentingan Barat." FORMAT BAKU jawaban Washington untuk menepis kritik/tuduhan pembiayaan Radikalisme (Wahabisme dan Takfirisme) di Timur Tengah. Amerika boleh-boleh saja menyangkal membiayai ISIS, seperti menyangkal membiayai Al Qaeda saat Osama Bin Laden membantu Mujahidin (Taliban) mengusir Soviet dari Afghanistan. "America has been funding people who are allies with ISIS...ISIS is stronger because we've been funding Islamic rebels in Syria." Terjemahan: America membiayai sekutu ISIS. ISIS menjadi kuat karena kita membiayai pemberontak Suriah. Pernyataan Senator Rand Paul (R-Ky) dari negara bagian Kentucky, menggugah pemikiran KRITIS: "Apakah dengan tidak mempersenjatai langsung teroris A, tapi mempersenjatai teroris B yang bekerjasama dengan teroris A, membebaskan Amerika dari tanggung jawab?"

Amerika membantah membiayai langsung Al Qaeda, NAMUN tutup mata dengan persenjataan yang disuplai ke Mujahidin (Taliban) yang bekerjasama dengan Osama Bin Laden. Amerika membantah membiayai langsung ISIS, NAMUN tutup mata dengan persenjataan yang disuplai ke Pemberontak Suriah yang sempat bekerjasama dengan ISIS. Dan tentunya Amerika tutup mata atas dukungan finansial dan pembiayaan sistematis yang diberikan sekutu-sekutunya Arab Saudi, Kuwait dan Qatar kepada ISIS, yang mana sumbangan tersebut telah menjadi komponen kunci kekuatan ISIS.

TELEGRAPH UK dalam artikel "How the West bankrolls ISIS" 5 Agustus 2014, melaporkan sumbangan $100 juta dari ketiga donor tersebut kepada ISIS pada tahun 2013 saja. Kuwait juga mengadakan penggalangan dana dan mendapatkan $30 juta untuk jihad ISIS di Suriah. RUSSIA TODAY (RT) dalam artikel "ISIS in Iraq stinks of CIA/NATO ‘dirty war’ op", melaporkan beberapa anggota ISIS mendapat pelatihan dari C.I.A di Yordania pada tahun 2012, termasuk pembiayaan yang diberikan Arab Saudi dan Qatar kepada ISIS. Andrew Doran mantan pejabat US State Department memberikan kesaksian kepadaConservative National Review akan adanya beberapa pejuang ISIS memiliki Paspor Amerika.


PENUTUP

Pada tahun 2012, orang mencibir dan mengolok-olok opini "Pemberontak Suriah Dibeking C.I.A.", dua tahun kemudian opini tersebut menjadi Fakta. Para skeptis mungkin akan menolak ide "Amerika berperan dalam pembentukan ISIS" hanya karena BBC dan CNN belum memberitakan demikian. Di sinilah benang merah Sejarah menjadi kunci penting untuk memahami "Radikalisme Islam alias Wahabisme". Karena Faktanya: Barat punya rekam jejak menjadi MASTERMIND Radikalisme, Wahabisme, dan Terorisme di Timur Tengah. Semoga pemaparan FAKTA SEJARAH ini dapat memberikan PERSPEKTIF yang lebih obyektif dan sehat, dengan harapan tiada lain kecuali semoga kita bisa menularkan energi positif dalam kondisi tingginya tensi horisontal saat ini. Amin!


Sumber:
(1) “THE PRIZE: The Epic Quest for Oil, Money, and Power” (Simon & Schuster) by Daniel Yergin
(2) “A Prince of Our Disorder: The Life of T. E. Lawrence” (Harvard University Press) by John E. Mack
(3) “A Brief History Of Major Oil Companies In The Gulf Region” (University of Virginia) by Eric V. Thompson
(4) “Big Oil & Their Bankers In The Persian Gulf: Four Horsemen, Eight Families & Their Global Intelligence, Narcotics & Terror Network” (Bridger House Publishing) by Dean Henderson
(5) “The Scramble for Empire, Suez, and Decolonization” (I.B.Tauris) by Wm. Roger Louis
(6) “Big Oil & Their Bankers In The Persian Gulf: Four Horsemen, Eight Families & Their Global Intelligence, Narcotics & Terror Network” (Bridger House Publishing) by Dean Henderson
(7) “Web of Deceit: The History of Western Complicity in Iraq, from Churchill to Kennedy to George W. Bush” (Other Press) by Barry Lando
(8) “The Death Lobby: How the West Armed Iraq” (Houghton Mifflin Company) by Kenneth Timmerman
(9) “Spider's Web: The Secret History of How the White House Illegally Armed Iraq” (Bantam Books) Alan Friedman
(10,11) “Saudi Arabia's Export of Radical Islam” by Adrian Morgan
(12) “Zarqawi: The New Face of Al-Qaeda” (Polity Press) by Jean-Charles Brisard & Damien Martinez
(13) “Intelligence Matters: The CIA, the FBI, Saudi Arabia, and the Failure of America's War on Terror” (Random House Inc) by Senator Bob Graham
(14) "War in Afghanistan" (Macmillan) by Mark Urban
(15) "Holy War Inc." *(Free Press) by Peter Bergen
(16) "Ex-Mujahedeen Help Lead Libyan Rebels" (The Wall Street Journal) by Charles Levinson
(17) "C.I.A. Agents in Libya Aid Airstrikes and Meet Rebels" (NY TIMES) by Mark Mazzetti

(Syiatulislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: