Pesan Rahbar

Home » » Sayidah Maksumah: Wanita Mulia dan Terhormat dari Keluarga Nabi SAW

Sayidah Maksumah: Wanita Mulia dan Terhormat dari Keluarga Nabi SAW

Written By Unknown on Saturday, 16 April 2016 | 23:33:00

Sumber Foto: ABNA

Hari ini bertepatan dengan kelahiran wanita suci dari Ahlul Bait Nabi Saw, Sayidah Fatimah Maksumah as. Sayidah Maksumah lahir dan besar dalam didikan keluarga penuh keimanan serta dipenuhi dengan manusia suci. Maka tak heran jika Sayidah Maksumah di kemudian hari berhasil meraih kesucian jiwa dan pengetahuan yang tinggi. Dari sisi ibadah, wanita suci ini tak diragukan lagi.

Sayidah Fatimah Maksumah as lahir di kota Madinah pada tanggal 1 Dzulqadah, tahun 173 hijriah. Beberapa tahun sebelum kelahiran putri mulia ini, Imam Jafar Shadiq as yang juga kakeknya menyampaikan kabar gembira ini. Beliau berkata, "Salah satu putri dari anakku berhijrah ke kota Qom (salah satu kawasan Iran). Putri itu bernama Fatimah binti Musa bin Jafar." Imam Jafar as-Shadiq as menambahkan, "Dengan keberadaan putri itu, kota ini (Qom) menjadi haram atau kota suci keluarga Rasulullah Saw."

Menyusul kabar gembira yang disampaikan Imam Jafar Shadiq as, keluarga Rasulullah Saw pun menanti-nanti kelahiran putri mulia tersebut. Pada akhirnya, putri Imam Musa al-Kadhim as dari hasil pernikahannya dengan Najmah, lahir di muka bumi ini yang bertepatan dengan tanggal 1 Dzulqadah. Dengan kelahiran Sayidah Fatimah Maksumah ini, Imam Ali ar-Ridha as yang juga saudaranya, diliputi rasa bahagia yang luar biasa. Masa kecil Sayidah Fatimah Maksumah as penuh dengan kenangan bersama ayahnya, Imam Musa al-Kadhim as dan saudaranya, Imam Ali ar-Ridha as. Sayidah Fatimah Maksumah as dibesarkan di bawah naungan dua manusia agung dan suci. Dengan demikian, Sayidah Fatimah Maksumah menimba ilmu dan menuai hikmah secara langsung dari dua sumber ilmu dan hikmah.

Kebahagiaan Sayidah Fatimah Maksumah di masa kecil itu tidak bertahan lama menyusul gugurnya Imam Musa Kazhim as selaku ayahnya di penjara penguasa lalim saat itu, Harun ar-Rasyid. Saat ayahnya gugur syahid, Sayidah Fatimah Maksumah as baru berumur sepuluh tahun. Setelah itu, Imam Ali ar-Ridha as menjadi satu-satunya pelindung setia Sayidah Fatimah Maksumah as. Dalam sejarah disebutkan, Imam Ali ar-Ridho as sangat menyayangi saudarinya . Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Sayidah Fatimah kepada saudaranya.

Dari sisi kesucian dan ketakwaan, Sayidah Fatimah Maksumah mempunyai derajat luar biasa. Kemuliaan akhlak, ketegaran, kesabaran dan istiqomah adalah di antara karakter mulia yang sangat tampak pada kepribadian agung Sayidah Fatimah Maksumah as. Pada suatu hari, sekelompok pecinta Ahlul Bait as tiba di kota Madinah untuk menemui Imam Musa al-Kadhim as dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kepada beliau. Setiba di Madinah, mereka mendengar kabar bahwa Imam Musa tengah melakukan perjalanan ke luar kota. Mereka akhirnya terpaksa menyampaikan pertanyaan-pertanyaan tersebut secara tertulis yang dititipkan kepada keluarga Imam Musa al-Kadhim as.

Berapa hari kemudian, mereka kembali mendatangi rumah Imam Musa al-Kadhim as untuk berpamitan. Pada saat itu, mereka menyadari bahwa Sayidah Fatimah menulis jawaban pertanyaan-pertanyaan yang pernah diserahkan untuk Imam Musa. Menemukan jawaban yang ditulis Sayidah Fatimah as, mereka sangat bahagia. Dalam perjalanan pulang dari kota Madinah, mereka bertemu dengan Imam Musa al-Kadhim as dan menceritakan apa yang dialami kepada beliau. Imam pun membaca jawaban yang ditulis Sayidah Fatimah dan membenarkannya.

Sayidah Fatimah sa berjuang keras dalam menuntut ilmu dan makrifat Islam. Beliau tidak menambah dan mengurangi ilmu yang disampaikan oleh ayahnya, saat menyampaikannya kepada masyarakat. Ini menunjukkan tanggung jawab besar dan amanat yang tertanam pada jiwa putri Imam Musa as. Sayidah Fatimah menuntut ilmu dari Imam Musa, bahkan membela kebenaran dalam kondisi sulit. Beliau pun menunjukkan bahwa dirinya tegar dan tak tergoyahkan dalam membela kebenaran. Sayidah Fatimah didampingi Imam Ali ar-Ridha as mengamalkan ilmu-ilmu yang didapatkan dari ayahnya.

Sa'ad Asy'ari berkata: "Di kota Khurasan saya hadir di hadapan Imam Ali ArRidha as, ia bersabda kepadaku: "Hai Sa'ad, di dekat kamu ada sebuah kuburan dari keluarga kami" Aku katakan kepadanya: "Jiwaku aku korbankan untuk mu, apakah yang anda maksud adalah makam Sayyidah Maksumah putri Musa bin Jakfar as? Beliau menjawab: "Ya, seorang yang berziarah ke makam sayyidah Maksumah dalam keadaan mengetahui kedudukan dan maqam beliau, adalah sorga baginya." Kemudian Beliau meneruskan sabdanya: "Ketika engkau pergi ke kuburannya, maka berdirilah di sebelah kanan kepalanya sambil menghadap kiblat dan bacalah ziarah ini, ? yaitu teks do'a ziarah yang sudah dikenal yang biasa dibaca setiap kali kita hendak berziarah ke makam suci tersebut.

Imam Ali ArRidha as bersabda: "Siapa saja yang tidak dapat menziarahiku, maka ziarahilah saudaraku di kota Rey atau saudariku di kota Qom, yang mana keduanya memiliki pahala sama dengan menziarahiku."
Imam Jawad as bersabda: "Siapa saja yang menziarahi Bibiku sayyidah Fathimah Maksumah sa di kota Qom baginya adalah sorga".

Pemimpin tertinggi Republik Islam Iran, Ayatullah Sayyid Ali Khomenei berkata: "Kota suci Sayyidah Maksumah adalah merupakan kubbah Islam dan poros yang sangat besar bagi hauzah ilmiah.

Dalam kesempatan lain beliau juga menegaskan bahwa: "Kita harus benar-benar banyak memanfaatkan keberadaan Sayyidah Maksumah, beliau adalah putri dari seorang Imam secara langsung, putri seorang Imam, saudari seorang Imam, bibi untuk seorang Imam dan beliau benar-benar sangat memiliki kebesaran. Dalam teks ziarah beliau kita membaca:

"Wahai Fathimah, syafaatilah aku untuk dapat masuk ke surga, karena engkau memiliki kedudukan di sisi Allah swt."

Oleh karena itu, kita harus menjaga warisan ini, terutama untuk penduduk kota Qom, seluruh kaum muslimin dan pengikut Ahlul bait khususnya penduduk kota Qom, terlebih-lebih bagi para pelajar agama dan para ulamanya harus benar-benar merasa kaya dengan menziarahi makam beliau, dan meminta bantuan dengan keberadaan beliau.

Pada tahun 200 hijriah, Imam Ali ar-Ridha as terpaksa meninggalkan kota Madinah menuju Khorasan di bawah tekanan penguasa lalim saat ini, Makmun. Imam Ridha as bertolak ke kota Marv, salah satu wilayah di Khorasan, tanpa membawa keluarganya. Setahun kemudian, Sayidah Fatimah Maksumah as merindukan kakaknya yang juga pemegang imamah setelah ayahnya, Imam Musa al-Kadhim as, bertolak menuju kota Marv. Dalam perjalanan ini, Sayidah Fatimah didampingi saudara-saudara dan ahlul baitnya. Berita perjalanan Sayidah Fatimah bersama keluarganya ke kota Marv pun menyebar di segala penjuru, sehingga para pecinta Ahlul Bait menanti-nanti kedatangan rombongan putri Imam Musa as di kota-kota yang bakal dilewati beliau dalam perjalanannya ke kota Marv. Para pecinta Ahlul Bait as menyambut Sayidah Fatimah di kota-kota yang dilewati beliau, dengan rasa suka cita dan kerinduan yang mendalam.

Dalam setiap penyambutan di berbagai kota, Sayidah Fatimah selalu menggunakan kesempatan tersebut untuk pencerahan kepada para pecinta Ahlul Bait. Beliau dalam berbagai pidatonya mengungkap kedok di balik arogansi para penguasa Bani Abbas dan politik busuk mereka. Pada dasarnya, Sayidah Fatimah sengaja berhijrah dari Madinah ke Marv sebagai bentuk protes terhadap kondisi yang ada. Perjalanan itu merupakan bagian dari perjuangan Sayidah Fatimah sa terhadap intimidasi dan kezaliman para penguasa Bani Abbas.

Namun sangat disayangkan, perjalanan Sayidah Fatimah Maksumah sa tidak berujung pada pertemuan dengan kakaknya, Imam Ali ar-Ridha as. Sebab, rombongan Sayidah Fatimah ketika tiba di kota Saveh, menjadi sasaran serangan pasukan Bani Abbas. Mereka menutup jalan yang dilalui Sayidah Fatimah dan menggugurkan saudara-saudara Imam Ali ar-Ridha yang mendampingi Sayidah Fatimah. Sayidah Fatimah sa dalam perjalanan tersebut jatuh sakit. Dalam kondisi sakit, Sayidah Fatimah menyadari tidak dapat melanjutkan perjalanannya ke Marv. Beliaupun meminta saudara-saudaranya untuk dihantarkan ke kota Qom. Sayidah Fatimah berkata, "Bawalah aku ke kota Qom, karena aku mendengar dari ayahku bahwa kota ini adalah pusat para pecinta Ahlul Bait as." Mendengar permintaan Sayidah Fatimah, mereka membawa beliau ke kota Qom.

Para pembesar dan masyarakat kota Qom ketika mendengar kedatangan putri Imam Musa as, berbondong-bondong menyambutnya. Seorang pecinta Ahlul Bait as dan pembesar di kota Qom yang bernama Musa bin Khazraj, menjadi tuan rumah yang akan menjamu Sayidah Fatimah selama di kota Qom. Sayidah Fatimah sa berada di kota Qom selama 17 hari. Karena rasa sakitnya, Sayidah Fatimah sa tidak dapat bertahan hidup lebih lama. Di kota suci Qom, Sayidah Fatimah Maksumah as tutup usia. Pada hari-hari terakhir masa hidupnya, Sayidah Fatimah lebih banyak menyibukkan diri bermunajat kepada Allah Swt.

Sayidah Fatimah yang berniat mengunjungi kota Marv, tidak dapat menemui saudara tercintanya, Imam Ali ar-Ridha as. Mendengar meninggalnya Sayidah Fatimah, para pecinta Ahlul Bait berkabung, terlebih bagi Imam Ali ar-Ridha as. Imam Kedelapan, Ali ar-Ridha as berkata, "Barang siapa yang berziarah ke kota Qom sama halnya berziarah kepadaku di Marv."

Sayidah Fatimah dimakamkan di kota Qom. Makam itu mempunyai daya tarik yang luar biasa bagi para pecinta Ahlul Bait dari seluruh dunia untuk mengunjungi kota tersebut. Berkat keberadaan Sayidah Fatimah di kota Qom telah berdiri pusat kota pendidikan agama atau hauzah. Kini, kota itu menjadi salah satu pusat pendidikan agama terbesar di dunia. Aura spritual yang dipancarkan makam suci Sayidah Fatimah Maksumah as memberikan pencerahan intelektual bagi para ulama.

(News-AQR/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: