Penulis buku Zainul Milal Bizawi memberikan buku kepada Mantan Wakil Ketum PBNU KH Asad Said Ali yang juga pamannya. (Foto: Pos Kota)
Islam Nusantara bukanlah suatu yang baru, karena telah membumi kalau merujuk fakta sejarah dalam penyebaran Islam di Nusantara.
Demikiuan disampaikan mantan Wakil Ketua Umum PBNU KH As’ad Said Ali pada peluncuran buku khazanah Islam Nusantara “Masterpiece Islam Nusantara” karangan Zainul Milal Bizawi di Galeri Nasional, Jakarta Pusat Sabtu 12 Maret 2016.
“Islam Nusantara telah didakwahkan dengan cara merangkul budaya. menyelaraskan budaya, menghormati budaya, dan tidak memberangus budaya,” kata As’ad.
Selain peluncuran buku, acara juga diisi dengan pameran foto khazanah Islam Nusantara. Acara itu, dihadiri para tokoh, alim ulama dan sejumlah pejabat negara.
Dikatakan As’ad, dari pijakan sejarah itulah, karakter Islam Nusantara menampilkan Islam yang ramah damai, terbuka, penuh sopan santun, tatakrama dan penuh toleransi.
Sikap inilah yang sampai sekarang bisa dirasakan dan menjadi tradisi yang terus berkembang dalam Islam Ahlussunah wal Jamaah.
“Maka penting para pelaku penyebar Islam Nusantara untuk bernarasi dengan tutur sebagai menyambung lokal historis untuk generasi penerus,” ungkapnya.
Menurut As’ad, melalui buku karangan Zinul Milal Bizawi inilah Islam nusantara semakin dikenal dan dikenang, karena melalui dokumen semacam buku inilah penting akan menjadi rujukan bagi umat Islam seluruh alam.
“Dalam buku karya Milal kali ini telah merangkai dengan apik bagaimana peran ulama santri dalam menyebarkan Islam di Indonesia,” ujarnya
As’ad juga mengatakan, Islam Nusantara dengan ciri khasnya mengedepankan jalan tengah (moderat), tidak ekstrem kanan dan kiri dan mengedepankan perdamaian. Islam Nusantara dinilai bisa ikut andil membantu menyelesaikan konflik dan peperangan di negara-negara Islam di Timur Tengah yang tak berkesudahan.
“Bahkan menjadi rujukan umat Islam di luar, yang kita tahu negara di Timur Tengah saat ini sedang mengalami kekacauan, tentu butuh tangan Tuhan untuk mencapai perdamaian,” tegasnya.
Untuk itulah lanjutnya, buku-buku tentang keberagamaan ataupun ajaran Islam Ahlussunah Waljamaah sangat penting untuk diterapkan dan menjadi acuan dalam rangka menentramkan umat dan suasana tanpa kekerasan, dan penuh kedamaian.
Penulis buku “Masterpiece Islam Nusantara”, Zinul Milal Bizawi menegaskan bahwa tradisi Islam Nusantara tidaklah antibudaya Arab, melainkan untuk melindungi Islam dari model Arabisasi dengan memahaminya secara kontekstual.
Islam Nusantara, kata dia, tetaplah berpijak pada akidah tauhid sebagaimana esensi ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Karenanya, kata Milal, kehadiran karakteristik Islam Nusantara bukanlah respons dari upaya Arabisasi atau pencampuran budaya Arab dengan ajaran Islam.
“Akan tetapi menegaskan pentingnya sebuah keselarasan dan kontekstualisasi terhadap budaya lokal sepanjang tidak melanggar esensi ajaran Islam,” ujarnya
Buku “Masterpiece Islam Nusantara ” karya Zainul Milal merupakan tindaklanjut dari buku laskar santri yang terbit sebelumnya. Narasi dalam buku Masterpiece menggunakan plot terbalik membujuk agar pembaca dapat menyelami dengan baik, tidak terputus dan menemukan sejarah sendiri serta sanadnya tidak lompat dan tak terputus. Sedangkan jejaring dalam buku ini menarasikan sejarah jejaring ulama santri dalam memperjuangkan ajaran Islam.
Menurut Zainul Milal, jejaring yang terbangun merupakan bagian masterpiece Islam Nusantara, begitu juga dengan kemerdekaan RI dan tegaknya NKRI serta wajah Islam Indonesia yang ramah, damai toleran merupakan bagian dari masterpiece Islam Nusantara.
“Dan masterpeace itu tidak lain adalah rahmat Allah bagi bangsa Indonesia, sehingga dapat dikatakan ini adalah masterpiece Allah yang telah memfirmankan Islam rahmatan lil alamin,” cetusnya.
(Pos-Kota/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email