Pesan Rahbar

Home » » Kiai Haji Zainal Mustafa, Pahlawan yang Ogah Tunduk Pada Jepang

Kiai Haji Zainal Mustafa, Pahlawan yang Ogah Tunduk Pada Jepang

Written By Unknown on Friday 20 May 2016 | 20:27:00


Kiai Haji Zainal Mustafa, Pahlawan Perjuangan Nasional asal Tasikmalaya adalah pendiri dan pengelola Pondok Pesantren Sukamanah. Pondok pesantren ini pada 25 Februari 71 tahun silam melakukan pemberontakan terhadap penjajah Jepang. Inilah pemberontakan pertama rakyat Indonesia di Jawa terhadap pemerintah militer Jepang.

Sikap Kiai Zainal itu di mata Aiko Kurasawa, 68 tahun, sejarawan Jepang yang menulis buku Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di Pedesaan 1942-1945, merupakan sikap yang unik. “Pada umumnya, kaum Islam pengalamannya cukup enak di masa Jepang. Saya tidak tahu mengapa di Tasikmalaya sampai ada pemberontakan. Mungkin karena figur Zainal Mustafa yang sudah anti terhadap Jepang sejak awal,” kata Aiko Kurasawa.

Aiko yang melakukan penelitian di Indonesia untuk tesis doktoralnya di Universitas Cornell, Ithaca, Amerika Serikat itu, pernah mengunjungi Pesantren Sukamanah pada 1981. Ia sempat mewawancarai saksi penting seperti istri ketiga Kiai Zainal, Kiai Wahab Muhsin keponakan Zainal, dan beberapa santri yang ikut pertempuran melawan Jepang.

Dari Wahab Muhsin yang adalah putra Kiai Haji Zainal Muhsin pendiri Pesanteren Sukahideung, Aiko mendapatkan alasan mengapa Kiai Zainal membenci Jepang. Pemicu utamanya adalah perintah Jepang agar santri dan kiai Sukamanah melakukan kyujo yohai (penghormatan terhadap Istana Kaisai Jepang di Tokyo) dengan ruku menghadap ke arah negara Jepang.

“Suatu kali ketika diadakan pertemuan seluruh ulama terkemuka di Singaparna, ia menolak menolak penghormatan ini sedang seluruh ulama yang lain melakukannya,” tulis Aiko di bukunya.

Hal senada juga diakui oleh Atam Rustam Hazim, 55 tahun, cucu Kiai Zainal Mustafa, saat ditemui Tempo di kompleks Pesantren Sukamanah, tiga pekan lalu. Penjajah Jepang kerap mengeluarkan imbauan-imbauan agar warga, dan santri serta kiai ruku tiap pagi ke Tokyo. “Beliau menentang,” kata Atam yang adalah putra Kiai Haji Mohammad Fuad Muhsin, menantu Zainal Mustafa.

Kiai Zainal Mustafa lahir di Kampung Bageur, Desa Cimerah, Kewedanaan Singaparna pada 1901. Dia dibesarkan dalam lingkungan keluarga petani yang taat beragama. Ibunya bernama Ratmah dan ayahnya bernama Nawapi. Nama kecilnya Umri dan Hudaemi. Setelah lulus Sekolah Rakyat, dia menimba ilmu di beberapa pesantren, di antaranya: Pesantren Gunung Pari, Cilenga Leuwisari, Sukaraja Garut, Sukamiskin Bandung dan Jamanis Rajapolah. Di Pesantren Gunung Pari beliau dibimbing oleh kakak misannya yang bernama Dimyati yang kemudian dikenal dengan nama Kiai Haji Zainal Muhsin.

Pada tahun 1927 Zainal Mustafa mendirikan pesantren di Kampung Cikembang dengan nama Pesantren Sukamanah. Pesantren itu memiliki santri lebih kurang 700 orang sehingga menimbulkan kecurigaan yang sangat besar bagi pemerintah Belanda pada saat itu. Dia dianggap sedang menyusun kekuatan rakyat Indonesia melawan penjajah.

Kiai Zainal Mustafa kerap diturunkan dari mimbar oleh kaki tangan pemerintah Belanda. Ia ditahan di penjara Tasikmalaya bersama Kiai Haji Ruhiyat (Pimpinan Pesantren Cipasung) pada 17 November 1941 dengan tuduhan menghasut rakyat. Sehari kemudian mereka dipindahkan ke penjara Sukamiskin Bandung dan dibebaskan pada 10 Januari 1942. Kiai Zainal ditangkap kembali dan ditahan di penjara Ciamis pada akhir Februari 1942 menjelang penyerbuan Jepang ke Jawa, dan dibebaskan oleh seorang kolonel Jepang pada tanggal 31 Maret 1942.

(Tempo/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: